Polri diminta memberikan respons terukur untuk menanggapi rangkaian penembakan terhadap prajurit di lapangan. Demikian dikatakan Anggota Komisi III DPR Bambang Soesatyo ketika dikonfirmasi, Minggu (18/8/2013).
"Kendati penembakan terhadap prajurit Polri akhir-akhir ini hanya terjadi di bagian selatan Jakarta, rangkaian peristiwa itu bukan lagi sekadar teror, melainkan serangan mematikan yang direncanakan," kata Bambang.
Politisi Golkar itu mengungkapkan respon Polri sangat diperlukan untuk menjaga moral prajurit. Ia pun mengaku
prihatin dan ikut berbelasungkawa atas wafatnya Aipda Kus Hendratno dan Bripka Ahmad Maulana yang ditembak di Jalan Graha Bintaro, Kecamatan Pondok Aren, Jumat (16/8/2013) pekan lalu.
prihatin dan ikut berbelasungkawa atas wafatnya Aipda Kus Hendratno dan Bripka Ahmad Maulana yang ditembak di Jalan Graha Bintaro, Kecamatan Pondok Aren, Jumat (16/8/2013) pekan lalu.
"Saya pernah mengingatkan bahwa derajat ancaman terhadap prajurit Polri di beberapa daerah akhir-akhir ini cenderung meningkat," tuturnya.
Bambang mengamati bahwa rangkaian penembakan terhadap prajurit Polri akhir-akhir ini terjadi di wilayah Selatan Jakarta, dan Tengerang. Pekan sebelumnya, terjadi penembakan terhadap rumah anggota Satuan Narkoba Polda Metro Jaya di Cipondoh, Tangerang. Di pekan pertama Agustus, Aiptu Dwiatno ditembak di kawasan Ciputat, sementara menjelang akhir Juli lalu, Aipda Patah Saktiyono ditembak di Cirendeu, Tangerang.
"Ini bukan lagi teror melainkan serangan mematikan. Saya berharap pimpinan Polri segera melancarkan operasi khusus untuk melumpuhkan para pelaku penembakan itu," ungkapnya.
Kalaupun rangkaian peristiwa ini masih dilihat sebagai teror, ujar Bambang, Polri semestinya meningkatkan operasi antiteror.
Menurut Bambang, respon Polri amat diperlukan agar semua prajurit bisa melihat institusi mereka berupaya melakukan perlindungan.
"Dengan operasi yang fokus pada upaya melumpuhkan pelaku penembakan, moral prajurit Polri akan terjaga dan keluarga mereka tidak akan resah," ujarnya.
Bambang mencatat selain rangkaian penembakan di Jakarta dan sekitarnya, jajaran Polri di daerah mendapat ancaman serangan bom. Pada 13 Mei 2013, pos polisi di Jl Mitra Batik Kota Tasikmalaya dilempar bom molotov. Tersangka kasus ini tewas ditembak setelah sebelumnya menusuk anggota satuan lalu lintas Polres Tasikmalaya Kota, Aiptu Widartono.
Pada awal Juni, Mapolres Poso di Sulawesi Tengah, diserang pelaku bom bunuh diri. Dan pada Sabtu (20/7/2013) dini hari, giliran kantor Mapolsek Rajapolah, Tasikmalaya, diteror ledakan bom panci.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar