Para korban 65 yang sedang menonton film The Act of Killing (Jagal)
Film dokumenter The Act of Killing (Jagal), yang menggambarkan peristiwa berdarah di Indonesia pada periode 1965-1966, dilaporkan memicu kegaduhan di China, Selasa (22/1). Warga
China menyatakan keterkejutan dan kemarahan mereka di media sosial di internet setelah menonton film yang masuk nominasi Oscar untuk kategori Film Dokumenter Terbaik tersebut.
Menurut laman surat kabar Hongkong, South China Morning Post (SCMP), edisi Selasa, kemarahan dan sentimen nasionalisme warga China muncul setelah mengetahui bahwa banyak warga etnik China yang menjadi korban dalam peristiwa berdarah tersebut.
Sejumlah penulis blog China bahkan membandingkan peristiwa yang mengawali Orde Baru di Indonesia itu dengan tragedi Pembantaian Nanking tahun 1937, saat tentara imperial Jepang membantai sekitar 300.000 warga China semasa pendudukan Jepang atas China.
Menurut perkiraan sejumlah organisasi hak asasi manusia, 500.000-1 juta orang tewas dalam peristiwa 1965 di Indonesia itu. Hubungan diplomatik Indonesia-China juga sempat dibekukan selama 23 tahun setelah peristiwa tersebut, tepatnya sejak 30 Oktober 1967 hingga 8 Agustus 1990.
Buku sejarah
Para bloger dan aktivis media sosial di China kemudian menuntut Pemerintah China bersikap lebih keras terhadap Indonesia. Mereka juga menuntut peristiwa yang tidak terlalu diketahui oleh khalayak luas di China itu dimasukkan ke dalam buku sejarah.
SCMP menyebut, banyak warga China baru tahu mengenai film buatan sutradara Amerika-Inggris, Joshua Oppenheimer, itu setelah banyak media di daratan China mengulasnya. Bahkan, surat kabar People's Daily, koran resmi Partai Komunis China (PKC), turut menulis soal film yang banyak memperoleh penghargaan itu.
Menurut SCMP, di laman mikroblog Sina Weibo, diskusi mengenai peristiwa 1965 tersebut berkembang hingga peristiwa kerusuhan 1998, saat banyak warga etnis China juga menjadi korban.
"Sebrutal apakah kau, Indonesia?" tulis seorang pengguna Weibo. Pengguna lain mengusulkan agar Pemerintah China menghentikan bantuan luar negerinya ke Indonesia. Sejumlah pengguna bahkan menyerukan agar warga China melakukan "boikot pariwisata" terhadap Bali.
SCMP mengutip Chen Zonghe, seorang konsultan asal Shanghai, yang menulis, "Baik Indonesia maupun China harus bertindak dan memberikan penjelasan atas sejarah ini."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar