Senin ini, 31 Maret 2014, umat Hindu di Bali serentak merayakan Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1936. Namun ritual ini tidak dilakukan warga di desa Tenganan, Karangasem.
Meski penganut agama Hindu seperti masyarakat Bali pada umumnya, mereka tetap berkativitas seperti hari biasa. Hanya saja tidak boleh ke luar kampung untuk menghargai warga yang sedang melakukan Tapa Brata Penyepian.
Warga Desa Tenganan Dauh Tukad, Karangasem, Bali, ini tidak merayakan Nyepi lantaran ajaran yang diterima dari nenek moyangnya tidak mengenal perayaan Nyepi maupun tradisi mengarak Ogoh-ogoh.
Salah seorang warga, Luh Winarti, mengatakan pada saat Nyepi, umat Hindu di Bali akan melakukan Tapa Brata Penyepian. Ada empat hal yang tidak boleh dilakukan saat Nyepi, yaitu Amati Geni atau tidak menyalakan api, Amati Karya atau tidak bekerja. Kemudian Amati Lelanguan atau tidak menikmati keindahan dan Amati Lelungan yang berarti tidak bepergian.
Jelang perayaan Nyepi, kemarin warga di Gianyar Bali menggelar perang api. Tradisi ini dilakukan untuk mebersihkan diri dari rasa dengki dan mengusir roh jahat agar tidak mengganggu masyarakat pada saat menjalankan Tapa Brata Penyepian.
Tradisi Mesiat Geni atau perang api digelar warga di desa ini pada malam sebelum Nyepi. Peserta terdiri dari puluhan pemuda desa. Sedangkan yang digunakan untuk berperang adalah serabut kelapa yang sudah kering dan dibakar terlebih dahulu.
Warga Desa Tenganan Dauh Tukad, Karangasem, Bali, ini tidak merayakan Nyepi lantaran ajaran yang diterima dari nenek moyangnya tidak mengenal perayaan Nyepi maupun tradisi mengarak Ogoh-ogoh.
Salah seorang warga, Luh Winarti, mengatakan pada saat Nyepi, umat Hindu di Bali akan melakukan Tapa Brata Penyepian. Ada empat hal yang tidak boleh dilakukan saat Nyepi, yaitu Amati Geni atau tidak menyalakan api, Amati Karya atau tidak bekerja. Kemudian Amati Lelanguan atau tidak menikmati keindahan dan Amati Lelungan yang berarti tidak bepergian.
Jelang perayaan Nyepi, kemarin warga di Gianyar Bali menggelar perang api. Tradisi ini dilakukan untuk mebersihkan diri dari rasa dengki dan mengusir roh jahat agar tidak mengganggu masyarakat pada saat menjalankan Tapa Brata Penyepian.
Tradisi Mesiat Geni atau perang api digelar warga di desa ini pada malam sebelum Nyepi. Peserta terdiri dari puluhan pemuda desa. Sedangkan yang digunakan untuk berperang adalah serabut kelapa yang sudah kering dan dibakar terlebih dahulu.
Meski cukup berbahaya namun para peserta tak tampak merasa kesakitan saat terkena lemparan api dari lawannya. Selain mengusir rasa dengki, tradisi turun temurun ini dipercaya dapat menyucikan desa dari hal-hal buruk.
Doa untuk Pemilu 2014
Ritual Tawur Agung Kesanga di Pura Agung Giri Natha, Semarang, Jawa Tengah diawali dengan doa bersama yang dipimpin Panindita I Nyoman Wedu. Sebelum doa digelar, umat Hindu mengusung sesaji untuk digunakan sebagai persembahan di altar. Usai berdoa, prosesi dilanjutkan dengan ritual membersihkan pura dan membakar sejumlah sesaji sebagai tolak bala.
Tawur Agung Kesanga merupakan upacara memohon kepada Sang Hyang Widhi Wasa atau Tuhan Yang Maha Esa agar unsur alam semesta seperti tanah air, api dan udara dalam keadaan seimbang.
Doa untuk Pemilu 2014
Ritual Tawur Agung Kesanga di Pura Agung Giri Natha, Semarang, Jawa Tengah diawali dengan doa bersama yang dipimpin Panindita I Nyoman Wedu. Sebelum doa digelar, umat Hindu mengusung sesaji untuk digunakan sebagai persembahan di altar. Usai berdoa, prosesi dilanjutkan dengan ritual membersihkan pura dan membakar sejumlah sesaji sebagai tolak bala.
Tawur Agung Kesanga merupakan upacara memohon kepada Sang Hyang Widhi Wasa atau Tuhan Yang Maha Esa agar unsur alam semesta seperti tanah air, api dan udara dalam keadaan seimbang.
Sehingga dapat memberikan kesejahteraan bagi manusia, karena tahun ini bertepatan dengan pemilu. Dalam doanya umat Hindu memohon agar pelaksanaan Pemilu bisa berlangsung tertib dan aman.
Anak Agung Ketut Darmadja panitia Tawur Agung, mengatakan usai menggelar ritual doa di altar, umat melakukan Purwadaksima atau berjalan mengeliingi pura sebanyak tiga kali. Selanjutnya warga melaksanakan Catur Brata Penyepian. s
Anak Agung Ketut Darmadja panitia Tawur Agung, mengatakan usai menggelar ritual doa di altar, umat melakukan Purwadaksima atau berjalan mengeliingi pura sebanyak tiga kali. Selanjutnya warga melaksanakan Catur Brata Penyepian. s
Tidak ada komentar:
Posting Komentar