WARTA KOTA/ANGGA BHAGYA NUGRAHA
Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo saat membuka Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) di Balai Agung, Balai Kota, Jakarta Pusat, Selasa (25/3/2014). Jokowi memaparkan beberapa program yang tengah dijalankan di hadapan tamu undangan. Dia menjelaskan mengenai pengelolaan limbah yang masih belum maksimal hingga Mass Rapid Transit (MRT). Warta Kota/angga bhagya nugraha
Apabila benar dugaan adanya relawan Jokowi menerima uang karena melakukan gerakan melalui dunia maya guna mendukung pencapresan Joko Widodo, mereka bisa dijerat pidana. Secara hukum mereka bisa dijerat baik si penerima atau pemberi uang.
Relawan Jokowi yang melakukan 'serangan udara' di internet ini lazim disebut 'cyber troops'.
"Itu mesti ada dua alat bukti, baik orangnya yang mau terima uang, penerima juga bisa kena, pemberi kena. Tapi mesti tertangkap tangan," kata Anggota Komisi III DPR Ruhut Sitompul Minggu(30/3/2014).
Politisi Partai Demokrat ini juga mempertanyakan asal usul adanya uang tersebut.
"Itu kan jadi tanda tanya, darimana asal uangnya. Kalau begitu nanti menang Jokowi harus cari untuk balik modal," ujarnya.
Kendati demikian kata Ruhut, biarlah penegak hukum yang bekerja. Dirinya enggan melakukan intervensi mengenai hal tersebut, ia percaya aparat bisa bekerja dengan baik.
"Tapi biarlah aparat penegak hukum yang bekerja ada polisi ada KPK ada kejaksaan aku enggak mau salah kaprah," ujarnya.
Sebelumnya, tim sukses Joko Widodo dikabarkan membentuk semacam jaringan udara yang bergerak melalui internet. Mereka masuk melalui media sosial seperti Facebook dan Twitter serta banyak media massa online.
Bahkan, kabarnya mereka menarik banyak orang untuk dilibatkan dalam serangan udara tersebut. Sebagian besar dibayar sekitar Rp 500 ribu hingga Rp 1 juta per kepala hanya untuk membuat ramai dunia maya dengan isu-isu soal Jokowi.
Politisi PDI Perjuangan Eva Kusuma Sundari membenarkan adanya tim udara dari Jokowi. Hanya saja ia mengaku tidak tahu menahu detail mengenai adanya massa bayaran di dunia maya.
"Iya (memang ada tim udara), tapi aku tidak tahu detailnya. Banyak yang daftar," ujarnya.
Jokowi-Ahok Social Media Volunteers (Jasmev) juga membantah adanya massa bayaran yang dikerahkan untuk pemenangan Joko Widodo melalui dunia maya. Kabarnya, massa tersebut dibayar Rp 500 ribu hingga Rp 1 juta per kepala dan bertugas membuat pencitraan baik ke Joko Widodo.
"Tidak benar, tidak ada relawan Jokowi di dunia maya yang dibayar,"ujar Koordinator Jasmev, Kartika Djoemadi, saat dihubungi Tribunnews, Minggu(30/3/2014).
Menurut Kartika tidak ada akun lain di Twitter atau Facebook yang mengerahkan massa bayaran untuk pemenangan Joko Widodomenjadi presiden selain akun resmi yang memang bertugas melakukan 'serangan udara' untuk pencitraan Joko Widodo.
"Relawan Jokowi di sosial media ada beberapa gugus besar, relawan @jasmev2014 atau @Jokowi4Me atau @PartaiSocmed atau @JKW4P dan tidak ada yang dibayar,"ujar Kartika.s
Tidak ada komentar:
Posting Komentar