Bahan Bakar Minyak (BBM) lenyap dari hampir semua SPBU dalam beberapa hari belakangan. Aktivitas ekonomi masyarakat luas mulai terganggu. Jika kondisi ini berlanjut, Sumbar bisa lumpuh dalam banyak hal.
Tatakelola BB
M di republik nan cantik ini selalu saja dibungkus politik pencitraan, lambat laun akan berdampak buruk. Kelangkaan kali ini, terjadi justru di masa transisi kepemimpinan nasional.Kondisi antrean panjang di banyak SPBU mewarnai Kota Padang sejak Minggu (24/8) malam hingga siang kemarin. Aktivitas berbagai sendi kehidupan mulai terganggu.
Di sejumlah titik, antrean bahkan mengular hingga 1 Km lebih. Menurut informasi, ini sebagai akibat pembatasan jatah Bahan Bakar Minyak (BBM) sejak 4 Agustus lalu. Pihak Pertamina akan mencoba mengawasi dan membatasi pembelian BBM bersubsidi.
Antrean sepanjang kurang lebih 1 Km terlihat pada SPBU Khatib Sulaiman, tepatnya di samping Kampus Akbid dan Stikes Alifah Padang, kemarin.
Antrean panjang terjadi akibat habisnya stok BBM jenis premiun, bahkan antrean berlangsung sejak pukul 07.30 WIB. Akibatnya, arus Jalan Khatib Sulaiman menuju Rasuna Said jadi macet. Soalnya, kendaraan yang antre rata-rata roda empat tersebut, mengular hingga ke tepi jalan.
Manager Operasional SPBU Khatib Sulaiman, Mulyadi, mengatakan, kekosongan premiun terjadi akibat meningkatnya pembelian minyak di penghujung minggu, seperti Sabtu dan Minggu. “Saat ini, dua mobil tangki akan datang untuk memenuhi stok yang kurang, dan diperkirakan akan sampai paling lama siang nanti (kemarin—red),” ujarnya.
Pengendara yang melakukan pengisian BBM di SPBU tersebut, Roni (28) mengatakan, kekosongan premiun terjadi di mana-mana. “Dari pada kosong tangki motor, harus beli pertamax,” tegasnya.
Selain premiun yang habis di SPBU Khatib Sulaiman, BBM jenis solar pun habis sejak Jumat lalu. Pihak SPBU tidak bisa memastikan, apakah akan ada pendistribusian solar ke SPBU tersebut atau tidak.
Sementara itu, pantuan di lapangan, sejumlah SPBU ternyata mengalami antrean panjang yang sama. Seperti dua SPBU yang ada di Khatib Sulaiman ini, pada SPBU kilometer 12 By Pass, Kayu Gadang sudah memasang plang BBM habis semenjak Minggu malam. Akibatnya, sejumlah kendaraan yang akan mengisi BBM terpaksa balik kanan. Kondisi itu masih terlihat hingga siang. Satu tangki BBM jenis premium baru masuk dan selesai bongkar sekitar pukul 15.30 WIB, Senin kemarin.
“Dari pagi nganggur, Da,” ujar seorang karyawan SPBU tersebut kepada Singgalang yang mengakui di tempat itu BBM bersubsidi telah habis semenjak pukul 21.00 WIB, Minggu malam.
Salah seorang warga, Fakhri yang lagi antre BBM kepada Singgalang, Senin (25/8) mengatakan, dirinya terkejut terjadi kelangkaan BBM tersebut tanpa ada informasi sebelumnya dari pemerintah.
Malah dia memperkirakan ada kaitannya dengan lolosnya Jokowi-JK menjadi presiden dan wakil presiden RI.
“Kalau begini ceritanya, belum lagi presiden dan wakil presiden terpilih dilantik, BBM sudah sulit. Ini cara lama yang selalu dilakukan untuk menyukseskan rencana akan menaikkan harga BBM. Janganlah rakyat yang sudah hidup susah semakin diperparah lagi,” ujarnya.
Begitu juga warga lain, Desi yang seharusnya bisa berjualan namun karena mengantre minyak terlalu lama, akibatnya tak bisa berjualan.
Pesisir Selatan
Kelangkaan BBM mulai terjadi di sejumlah SPBU di Pesisir Selatan. Seperti yang terlihat di SPBU Sago, Kecamatan IV Jurai, Senin (25/8).
Sejak pagi hingga sore, pasokan BBM, khusus jenis premium ke SPBU tersebut belum datang. Padahal, masyarakat sangat membutuhkan.
Sementara, solar hingga siang kemarin masih tersedia. Beberapa mobil parkir di areal SPBU menunggu pasokan BBM datang dari Depot BBM Teluk Kabung, Padang.
Imul (50), seorang pengedara mengaku, di sejumlah SPBU seperti di Sago, Kecamatan IV Jurai dan Kapuh, Kecamatan Koto XI Tarusan sejak pagi kehabisan stok BBM jenis premium.
“Saya terpaksa membeli BBM jenis premium di kios pinggir jalan, karena stok di SPBU kosong. Beruntung harganya masih normal. Jika dua atau tiga hari ke depan kondisinya tidak berubah, maka dipastikan harga BBM di kios pengecer melonjak tajam,” ucapnya.
Di tempat terpisah petugas SPBU Sago, Dewi ketika ditanya membenarkan sejak pagi hingga sore, stok BBM jenis premium tidak tersedia.
Soalnya, mobil tengki pengangkut BBM dari Teluk Kabung masih antre. Namun untuk jenis solar hingga sore masih tersedia.
Menurutnya, jatah BBM untuk SPBU ini masih tetap, tidak ada pengurangan dari Pertamina. “Kami tetap mendapat jatah untuk jenis premium 2 tangki masing-masing berkapasitas 14 ribu liter per hari. Sedangkan untuk jenis solar 1 tangki berkapasitas 14 ribu liter yang datang sekali dua hari,” sebutnya.
Bensin Rp13 ribu
Kesulitan membeli BBM semua jenis, hingga kemarin masih terjadi di Tanah Datar. Bahkan, ketika ada penjual bensin ketengan dengan harga Rp10 ribu hingga Rp13 ribu/liter, masyarakat pun tak enggan membeli.
“Ini bukan perkara harga mahal atau murah, bukan pula masanya lagi untuk menghujat pedagang ketengan yang menjual jauh di atas harga ditetapkan pemerintah. Masalah kita sekarang adalah ada atau tidaknya BBM yang mau dibeli,” ujar Yongky (26) seorang mahasiswa di Batusangkar.
Lima SPBU yang ada di Tanah Datar, masing-masing Cubadak, Simpang Kiambang, Parak Jua, Pangian, dan SPBU Gantiang di batas Kota Padang Panjang, kemarin pagi hingga siang sudah tidak punya stok lagi. Pengelola SPBU itu terpaksa menghentikan sementara operasionalnya.
Darurat BBM di Luhak nan Tuo, sebenarnya sudah terjadi sejak Jumat (22/8). Pada Sabtu (23/8), bukan saja di SPBU yang tidak menyediakan BBM, hampir seluruh pedagang ketengan yang dikenal dengan pompa Pertamini pun tak menjual premium lagi. Kondisi demikian berlanjut hingga Senin (25/8).
Kurangi perjalanan
Bupati Tanah Datar M. Shadiq Pasadigoe, kepada Singgalang, menyatakan, agar antrean kendaraan dan kemacetan di daerah-daerah sekitar SPBU bisa berlangsung dengan tertib, pihaknya menurunkan petugas khusus untuk melakukan pengaturan.
“Cobalah perhatikan kondisi di Tanah Datar, kesemrawutan bisa dihindari. Kita menurunkan petugas untuk melakukan pengaturan. BBM adalah masalah vital,” ujarnya.
Dikatakan, terkait dengan pemberlakuan pembatasan distribusi BBM bersubsidi oleh Pertamina ke SPBU, pihaknya mengimbau kepada segenap warga Tanah Datar agar membatasi perjalanan menggunakan kendaraan bermotor.
Padang Pariaman
Kelangkaan BBM juga terjadi pada SPBU di wilayah Padang Pariaman, sejak tiga hari belakangan. Bahkan, ada sebagian SPBU yang BBM-nya habis alias tidak ada. Kemacetan di SPBU yang tersedia BBM-nya tak dapat dihindari.
Seperti SPBU di Toboh Gadang, sejak Minggu pagi hingga malamnya terjadi antrean panjang mobil dan motor. Truk juga banyak mengular, sehingga memacetkan jalan jalur Pariaman-Padang itu. Senin kemarin antrean masih banyak, karena pasokan BBM di situ habis sejak malamnya.
Pantauan Singgalang, para pengecer menjual bensinya beragam pula. Ada yang Rp7,5 ribu hingga Rp8,5 ribu seliter. Kondisi demikian sudah lumrah pula. Para pengecer beralasan, BBM sedang langka. Mereka susah mendapatkannya di SPBU terdekat.
Sementara, di SPBU Pasar Usang, Nagari Sungai Buluah BBM jenis bensin dan solar sejak pagi Senin sudah habis. “Saya untung Minggu malam sudah mengisi BBM mobil, sehingga Senin ini bisa lancar pergi bekerja,” kata Syofrion Mansur, seorang pejabat di lingkungan Inspektorat Padang Pariaman yang tinggal di Padang.
Meskipun BBM langka, tidak menghalangi pengguna kendaraan untuk hilir mudik. Buktinya, jalur Padang-Bukittinggi di Lubuk Alung, dan jalur Pariaman-Padang di Pauh Kambar tampak masih tetap ramai dilalui kendaraan umum dan pribadi.
Indra, seorang mahasiswa asal Padang Pariaman di Padang, Minggu kemarin sempat akan terkurung di jalan gara-gara tak dapat BBM. “Untung di SPBU Toboh Gadang ada. Tapi antreannya lumayan panjang. Pas saya mengisi bensin motor, BBM-nya belum habis, sehingga saya bisa kembali ke Padang,” katanya.
Sawahlunto
Masyarakat Sawahlunto mengeluh kelangkaan BBM. Dua SPBU di Talawi dan Muaro Kalaban ratusan kendaraan antre. Masyarakat dipaksa membeli Partamax yang harganya sangat tinggi dibandingkan bensin, namun karena terpaksa mereka harus membelinya.
“Apa boleh buat, tapi bagus untuk mesin,” kata seorang tukang ojek Aciak (48). Masalahnya, ongkos ojek tidak bisa dinaikkan.
“Di sinilah kami menjadi tekor,” tambah dia.
Sementara, pantauan Singgalang pada sejumlah kios eceran di Sawahlunto, kelangkaan BBM sudah terjadi sejak seminggu lalu, puncaknya Sabtu (24/8) yang mengakibatkan banyak kendaraan sulit beraktifitas terutama mobil pribadi. Hanya satu dua orang yang masih menjual BBM harganya mencapai Rp10.000/liter.
Pengecer di kawasan Lubang Panjang, Indra ketika dikonfirmasi Senin menyatakan terpaksa menaikkan harga BBM eceran karena dia harus membeli BBM itu ke Kabupaten Solok, ongkos menjemput saja mahal,” sebut Indra.
Senada dengan dia, Uni Dar salah satu pedagang BBM lainnya di kawasan Pondok Kapur menyebutkan, sebetulnya ia tidak tega menaikkan harga. “Tapi bagaimana lagi, kondisi yang memaksa,” katanya. Ia menjual Rp10.000/per liter.
Rao Pasaman
Kelangkaan BBM terjadi di Kecamatan Rao dan sekitarnya. SPBU Pertanian Nagari Padang Mentinggi, Minggu malam diserbu pengendara dan pengecer yang membawa jeriken sesaat BBM datang dari Padang.
Pantuan Singgalang pada SPBU tersebut sekitar pukul 21.30 setidaknya terdapat ratusan jeriken yang disusun hingga ke pinggir jalan. Akibatnya dapat ditebak Senin pagi SPBU tersebut kembali kosong. Sementara itu BBM jenis premium yang dijual di tingkat pedagang eceran malah sampai menembus Rp15.000 perliter.
Masyarakat pengguna kendaraan pun tak kuasa menahan kecewa, BBM ludes hanya beberapa jam setelah datang. Kalau saja penjualan ke para pedagang eceran bisa dibatasi, BBM tersebut tentu akan lebih lama berada di SPBU.
Edi seorang pengendara roda dua yang ditemui Senin pagi meminta aparat terkait untuk menertibkan pembelian dalam jeriken.
Pasaman Barat
Antrean panjang pada sejumlah SPBU di Pasaman Barat terjadi hingga 1,5 kilometer. Ratusan kendaraan roda dua dan roda empat membludak di sekitar SPBU Base Camp, Nagari Kinali, Kecamatan Kinali, Senin (24/8).
Antrean tidak hanya di lokasi SPBU, tapi juga merambat ke jalan nasional Kinali-Padang, baik dari arah Simpang Ampek, maupun dari arah Padang.
Ketika pihak SPBU memulai pengisian BBM sejak pukul 07.00 WIB, pengendara yang bakal mengisi BBM terlihat tidak beraturan.
Sayang di tengah antrean, masih saja ada oknum SPBU mengisi BBM menggunakan jeriken.
Tak ayal, melihat aksi oknum SPBU tersebut, sejumlah pengendara heboh dan meminta dihentikan. Yang membuat suasana di SPBU Baskem semakin heboh, pihak SPBU terlihat sempat mematikan mesin aliran listrik di SPBU, ketika melihat pengendara yang antre memprotes pengisian jeriken.
Warga setempat Yesrizal dan Ajo Baskem kepada Singgalang menyampaikan, derita mereka untuk mendapatkan BBM di SPBU sudah lebih dari cukup. Apalagi melihat oknum petugas yang masih melayani pengisian jeriken.
“Kenapa pihak SPBU masih saja melayani pengisian jeriken saat antrean panjang ini,” sesalnya.
Payakumbuh
Kelangkaan BBM di Payakumbuh, sejak dua hari belakangan ini. Warga kota sejak Sabtu (23/8) hingga Senin (25/8) mengeluh.
Dari pantauan Singgalang pada sejumlah SPBU, antrean mengular. Seperti di SPBU Parit Rantang, sejak pagi sampai menjelang Maghrib antrean kendaraan sampai ke jalan utama. Sedangkan untuk kendaraan roda empat tidak terlalu banyak.
Sedangkan di SPBU Koto nan Ompek, sudah tutup karena stok BBM habis. Jentra, seorang pemilik kendaraan bermotor yang ikut antre di SPBU Parit Rantang, kepada Singgalang mengatakan, ia sudah berputar-putar mencari BBM. “Sudah sejak kemarin saya mencari minyak (BBM-red) tapi tidak ada di sejumlah SPBU. Hanya di SPBU Parit Rantang ini yang masih memiliki stok,” ujarnya.
Dikatakan, stok yang ada di SPBU Parit Rantang terbatas, sedangkan kendaraan yang antre sangat banyak.
“Kabarnya harga minyak akan dinaikkan oleh pemerintah yang baru saja terpilih. Makanya hal seperti ini sudah sering terjadi. Kita tidak heran lagi dengan kelangkaan yang terjadi, kalau ada isu kenaikan harga minyak. Tapi yang menjadi korban adalah kita, rakyat kecil,” kata Jentra lagi.
Sementara itu, Hikmat warga Payakumbuh lainnya, menyampaikan, kelangkaan sekarang tidak seperti biasanya. Menurutnya, sudah sejak dua hari ini BBM habis, sehingga pengguna kendaraan terpaksa membeli BBM di pinggir jalan.
“Karena di sejumlah SPBU tidak ada, terpaksa membeli bensin di eceran walau harganya mahal. Kita berharap, kalau pemerintah betul-betul manaikan harga BBM, jangan stoknya untuk daerah di gantung-gantung seperti ini. Mau dijual berapapun pasti dibeli masyarakat kalau memang stok ada. Kalau sudah seperti ini banyak kerugian ekonomi yang didapatkan masyarakat. Belum lagi rugi waktu dan rugi uang. Karena waktu untuk antre bisa digunakan untuk melakukan usaha lain,” katanya.
Solok
Sopir di Kota Solok dan sekitarnya pun kalimpasiangan. Kendaraan bermotor khusus roda empat ke atas parkir di kawasan SPBU. Bahkan kemacetan terjadi di jalan By Pass. Demikian pemantauan Singgalang, Senin (25/8)
Seorang petugas SPBU, Upik mengatakan, kelangkaan BBM subsidi lantaran ada pengurangan jatah dibandingkan dari tiga hari belakangan.
Kendaraan yang khususnya bermesin solar, parkir di SPBU sejak sebelum subuh. Sedangkan kendaraan bensin sejak subuh hingga sore kemarin. Pemilik motor membeli BBM eceran Rp12 ribu/liter.
“Dalam melanjutkan perjalanan, kendala mati tagak telah menghadang, jalan terbaik tidur di SPBU atau jalan-jalan tertentu di Kota Solok sementara menunggu bensin datang,” ujar Yud, seorang warga.
Sejak tiga hari belakangan, masyarakat yang bermukim di kawasan SPBU dibikin pusing, sopir menutup jalan masuk, sehingga sering terjadi adu mulut.
Untuk mengantisipasi bentrok warga dengan sopir mestinya pengusaha SPBU meminta petugas dari kepolisian untuk turun tangan.
Dharmasraya
Di sini, sejumlah SPBU juga kehabisan BBM. Pantauan Singgalang Senin (25/8) di sejumlah SPBU terlihat antrean panjang.
“Kami sudah antrean beberapa jam,” sebut seorang sopir truk Ardi (55) dari Jakarta tujuan Padang.
Mulai dari wilayah Bakauheni, Lampung, sampai ke Dharmasraya, keluhan yang dirasakan para sopir adalah sama, yakni soal bahan bakar.
Secara terpisah Riyan (21) dan Yogi (2O) mahasiswa salah satu perguruan tinggi, mengemukakan, bensin dan solar memang langka beberapa hari terakhir. Meskipun ada, dijual mahal dengan harga Rp10 ribu per liter, yang dibeli dari kios minyak di pinggir Jalinsum.
Beralih ke Pertamax
Langkanya BBM sejak dua hari belakangan membuat sebagian masyarakat beralih pada Pertamax. Harga Pertamax antar satu SPBU berbeda satu sama lainnya.
Keberadaan BBM yang tidak disubsidi negara tersebut, rupanya tidak memutus rantai antrean panjang masyarakat dalam mendapatkan BBM.
Pantauan Singgalang, di SPBU Khatib Sulaiman, stasiun bermerk Pertamax dipenuhi pengendara. Baik roda dua maupun roda empat.
“Bensin subsidi habis, terpaksa beralih ke Pertamax. Meski mahal tetap dibeli. Kalau tidak, kendaraan ini didorong dulu baru jalan,” kata Andi, seorang warga Padang, saat mengantre di SPBU Khatib, Senin (25/8).
Sebelumnya, Andi berusaha mencari pedagang bensin eceran, namun tidak satupun yang menjual bensin subdisi. Sebab menurut pedagang mereka pun kesulitan mendapat bensin sejak dua hari terakhir. Makanya tidak satu pun pedagang bensin eceran yang menjajakan bensin di lapaknya.
Sulitnya pedagang eceran mendapatkan bensin bersubdisi diakui Munir, salah seorang pedagang bensin eceran di Jati Parak Salai. “Sejak kemarin mencari bensin tidak dapat. Sudah tiga SPBU yang dijelajahi, dapatnya Pertamax. Itu pun tidak saya jual. Sebab hanya cukup untuk tiga motor milik saya,” terang Munir.
Teti, seorang petugas SPBU di Khatib mengatakan, antrean panjang di stasiun minyak bermerek Pertamax sering kali membuat masyarakat tertipu. Mereka menyangka antrean tersebut untuk mendapatkan bensin bersubsidi, ternyata tidak.
“Masyarakat mengira antrean panjang di mesin Pertamax, bensin subsidi. Setelah diisi baru mereka sadar. Sebab jumlah bensin yang mereka minta dengan uang yang dikasih sangat sedikit. Awalnya banyak yang protes, tapi setelah sadar mereka ngisi Pertamax barulah, mereka diam seribu bahasa,” ujar Teti.
Sementara, Asisten II Setdaprov Sumbar, Syafruddin mengatakan terjadinya kelangkaan BBM karena adanya pengurangan jatah di masing-masing provinsi. Kondisi itu menurutnya akan berdampak pada aktivitas masyarakat.
“Kami dari pemerintah provinsi berupaya mengurangi dampak sosial yang akan terjadi, agar masyarakat kita tidak resah dan tetap aman dalam beraktivitas,” katanya.
Misalnya saja berkoordinasi dengan pihak Kepolisian saat terjadi antrean panjang di masing-masing SPBU. Selain itu pemerintah provinsi awal September mendatang juga akan mengadakan pertemuan terkait pengurangan jatah BBM bersubsidi dari pemerintah pusat.
Bukittinggi
Di Bukittinggi kelangkaan BBM juga terjadi.
“Untuk antre di jalan menuju SPBU ini saya mesti membawa anak-anak yang masih kecil, belum lagi kerjaan di rumah ditinggal, ini juga belum pasti saya dapat jatah, takutnya pas giliran saya malah habis, “ ungkap salah seoarang pembeli BBM di SPBU Garegeh Senin (25/8) sore.
Pantauan di SPBU Garegeh, By Pass, Bangkaweh hingga di Simpang Yarsi, antrean sudah mengular di jalan raya.
Bahkan sebagian pengguna jalan yang tidak mengetahui kalau antrean BBM, justru ikut-ikutan dalam barisan.
Pedagang bensin ketengan pun tidak banyak ditemui di Bukittinggi. Dulu pedagang ketengan sering ditemukan jika BBM besubsidi langka. Eri (50) salah seorang di antaranya menyebutkan, mereka malah baru mendapat jatah pada tengah malam karena membeli bensin dengan gerigen.
“Sudah tiga hari BBM bersubsidi langka, tidak selalu saya mendapat jatah membeli dengan gerigen, malah harus antri tengah malam, entah kapan berakhirnya seperti ini,” ungkapnya sambil melayani pembeli.s
Tidak ada komentar:
Posting Komentar