JAMBI KINI SEMINGGU – PADANG – Suasana Padang Panjang berubah semrawut. Bila biasanya, truk-truk tronton dan mobil berat jenis lainnya, lewat tengah malam hingga subuh, Selasa (26/8) mereka malah kandas di kota ini.
“Sejak dari Muaro Bungo saya sudah mengintai semua SPBU, tapi tidak satu pun yang menyediakan solar. Menjelang subuh tadi, saya tiba di sini. Mobil tak mungkin melanjutkan perjalanan. Minyaknya sudah kering. Setelah belasan jam melewati Jalan Lintas Sumatera, akhirnya saya kandas di Padang Panjang,” ujar Ritonga, sopir truk tronton dari Jakarta tujuan Padang Sidempuan, bernada puitis, kepada Singgalang, Selasa (26/8) di jalan nasional Padang Panjang-Bukittinggi
Menurutnya, sekitar pukul 04.45 WIB, truk beroda 12 itu memasuki jalan lingkar utara Padang Panjang dalam keadaan BBM sudah sangat tipis. Ritonga berharap, dia bisa mengisi solar di SPBU Gantiang. Tapi apa daya, SPBU itu tidak beroperasi malam hari. Ritonga pun menyaksikan, ada ratusan truk tronton dan bis ukuran besar yang sudah diparkir di pinggir jalan.
Melihat kenyataan demikian, dia pun menyadari, SPBU Gantiang pasti kehabisan stok solar. Dia pun langsung mengambil posisi untuk ikut antrean. Hingga pukul 16.00 WIB kemarin, truk yang dikemudikan Ritonga bersama truk dan bus besar lainnya, terlihat masih terparkir di jalan nasional Padang Panjang-Bukittinggi tersebut.
Akibat banyaknya truk dan bis ukuran besar yang antre kehabisan BBM, jalan raya itu pun nyaris lumpuh total. Kendaraan tak bisa lewat karena macet yang menghadang. Petugas kepolisian yang sudah berjaga-jaga di sana, kewalahan melakukan pengaturan arus lalu lintas.
Pertigaan di depan MTsN Padang Panjang itu macet total. Ratusan kendaraan berbagai jenis tak bisa lewat. Kemacetan jadi parah demikian, disebabkan yang mengantre di SPBU itu adalah mobilmobil ukuran besar. Ini berbeda dengan sehari sebelumnya, di mana SPBU Gantiang masih menyediakan solar.
Antrean puluhan truk dan mobil ukuran besar lainnya, juga terlihat di jalan nasional Padang Panjang-Kubu Karambie. Mereka mengantre menunggu datangnya solar di SPBU Ngalau. Tapi apa daya, galau mereka hingga kemarin sore belum terjawab oleh SPBU Ngalau karena belum ada kepastian, entah kapan solar akan masuk.
SPBU Ngalau terletak di dalam kota. Biasanya, kendaraan-kendaraan ukuran besar seperti truk dan bis, tidak boleh melewati jalan itu. Mereka harus berbelok ke kanan di kawasan batas kota dari arah Solok. Tapi lantaran harap akan dapat BBM, mereka nekad masuk kota sejak dinihari.
“Kami begitu harap akan bisa membeli solar di SPBU Ngalau ini, tapi apa daya, rupanya solar tidak ada pula di sini. Sampai kami bisa mengisi solar, kendaraan terpaksa diparkir di sepanjang jalan ini dulu,” kata seorang sopir bis pariwisata yang berbasis di Padang Panjang.
Berbeda dengan SPBU Silaiang, lantaran sudah lama dikenal tidak menyediakan solar dan tak bisa dimasuki mobil besar, kemarin terlihat diantre ratusan mobil ukuran kecil untuk membeli premium. Antrean panjang terlihat sejak pukul 06.00 WIB hingga kemarin siang.
“Premium masuknya malam. Kami baru buka pukul 06.00 WIB. Antrean bisa berlangsung tertib. Siang ini, kami masih dapat melayani konsumen yang antri dengan sabar,” sebut seorang petugas.
Macet 6 jam
Sementara itu, didapat laporan antre BBM di SPBU Tanah Badantuang, Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum) Sijunjung macet total lebih kurang 6 jam sepanjang 2 km dari arah Padang ke Kiliran Jao, Selasa (26/8).
Dari pantuan Singgalang di SPBU setempat Selasa (26/8) di tengah antre sesekali muncul keributan di antara pembeli BBM. Beberapa aparat kepolisian dari Polres Sijunjung berjaga-jaga. Sementara polisi lalu lintas Polres sibuk mengatur arus kendaraan.
Jasrizal, pengelola SPBU Tanah Badantuang mengatakan, antrean panjang akan sering dilihat. Ini disebabkan pasokan BBM untuk SPBU Tanah Badantuang dikurangi.
“Biasanya tidak ada batasan, tergantung permintaan, tapi setelah subsidi dikurangi kita hanya diberi satu tangki solar dan satu tangki premium sehari dan hari Jumat tidak ada sama sekali,” ucapnya.
Andin (45) salah seorang sopir truk tujuan Jambi, saat diwawancarai curiga, sepertinya pemerintah ini tidak lagi memihak kepada rakyat. “Dengan dikurangi BBM kita rakyat kecil ini yang kena dampaknya, biasa ke Jambi dari Padang saya bisa menempuh perjalanan paling cepat itu satu hari satu malam, sekarang ini bisa satu minggu. Saya lebih banyak tidur dijalan, karena solarnya habis,” ucapnya.
Lain lagi cerita masyarakat setempat Nopi (38).
“Dengan dikurangi subsidi BBM, bisa-bisa kehidupan kita lumpuh, jangankan untuk pergi belanja ke pasarnya saja, ngantar jemput anak sekolah saja sudah tak bisa, karena bensin motor tidak ada, jadi kalau saya pikir tindakan pemerintah mengurangi subsidi BBM tersebut hanya menyusahkan masyarakat saja,” ucapnya. (211/ac)s
“Sejak dari Muaro Bungo saya sudah mengintai semua SPBU, tapi tidak satu pun yang menyediakan solar. Menjelang subuh tadi, saya tiba di sini. Mobil tak mungkin melanjutkan perjalanan. Minyaknya sudah kering. Setelah belasan jam melewati Jalan Lintas Sumatera, akhirnya saya kandas di Padang Panjang,” ujar Ritonga, sopir truk tronton dari Jakarta tujuan Padang Sidempuan, bernada puitis, kepada Singgalang, Selasa (26/8) di jalan nasional Padang Panjang-Bukittinggi
Menurutnya, sekitar pukul 04.45 WIB, truk beroda 12 itu memasuki jalan lingkar utara Padang Panjang dalam keadaan BBM sudah sangat tipis. Ritonga berharap, dia bisa mengisi solar di SPBU Gantiang. Tapi apa daya, SPBU itu tidak beroperasi malam hari. Ritonga pun menyaksikan, ada ratusan truk tronton dan bis ukuran besar yang sudah diparkir di pinggir jalan.
Melihat kenyataan demikian, dia pun menyadari, SPBU Gantiang pasti kehabisan stok solar. Dia pun langsung mengambil posisi untuk ikut antrean. Hingga pukul 16.00 WIB kemarin, truk yang dikemudikan Ritonga bersama truk dan bus besar lainnya, terlihat masih terparkir di jalan nasional Padang Panjang-Bukittinggi tersebut.
Akibat banyaknya truk dan bis ukuran besar yang antre kehabisan BBM, jalan raya itu pun nyaris lumpuh total. Kendaraan tak bisa lewat karena macet yang menghadang. Petugas kepolisian yang sudah berjaga-jaga di sana, kewalahan melakukan pengaturan arus lalu lintas.
Pertigaan di depan MTsN Padang Panjang itu macet total. Ratusan kendaraan berbagai jenis tak bisa lewat. Kemacetan jadi parah demikian, disebabkan yang mengantre di SPBU itu adalah mobilmobil ukuran besar. Ini berbeda dengan sehari sebelumnya, di mana SPBU Gantiang masih menyediakan solar.
Antrean puluhan truk dan mobil ukuran besar lainnya, juga terlihat di jalan nasional Padang Panjang-Kubu Karambie. Mereka mengantre menunggu datangnya solar di SPBU Ngalau. Tapi apa daya, galau mereka hingga kemarin sore belum terjawab oleh SPBU Ngalau karena belum ada kepastian, entah kapan solar akan masuk.
SPBU Ngalau terletak di dalam kota. Biasanya, kendaraan-kendaraan ukuran besar seperti truk dan bis, tidak boleh melewati jalan itu. Mereka harus berbelok ke kanan di kawasan batas kota dari arah Solok. Tapi lantaran harap akan dapat BBM, mereka nekad masuk kota sejak dinihari.
“Kami begitu harap akan bisa membeli solar di SPBU Ngalau ini, tapi apa daya, rupanya solar tidak ada pula di sini. Sampai kami bisa mengisi solar, kendaraan terpaksa diparkir di sepanjang jalan ini dulu,” kata seorang sopir bis pariwisata yang berbasis di Padang Panjang.
Berbeda dengan SPBU Silaiang, lantaran sudah lama dikenal tidak menyediakan solar dan tak bisa dimasuki mobil besar, kemarin terlihat diantre ratusan mobil ukuran kecil untuk membeli premium. Antrean panjang terlihat sejak pukul 06.00 WIB hingga kemarin siang.
“Premium masuknya malam. Kami baru buka pukul 06.00 WIB. Antrean bisa berlangsung tertib. Siang ini, kami masih dapat melayani konsumen yang antri dengan sabar,” sebut seorang petugas.
Macet 6 jam
Sementara itu, didapat laporan antre BBM di SPBU Tanah Badantuang, Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum) Sijunjung macet total lebih kurang 6 jam sepanjang 2 km dari arah Padang ke Kiliran Jao, Selasa (26/8).
Dari pantuan Singgalang di SPBU setempat Selasa (26/8) di tengah antre sesekali muncul keributan di antara pembeli BBM. Beberapa aparat kepolisian dari Polres Sijunjung berjaga-jaga. Sementara polisi lalu lintas Polres sibuk mengatur arus kendaraan.
Jasrizal, pengelola SPBU Tanah Badantuang mengatakan, antrean panjang akan sering dilihat. Ini disebabkan pasokan BBM untuk SPBU Tanah Badantuang dikurangi.
“Biasanya tidak ada batasan, tergantung permintaan, tapi setelah subsidi dikurangi kita hanya diberi satu tangki solar dan satu tangki premium sehari dan hari Jumat tidak ada sama sekali,” ucapnya.
Andin (45) salah seorang sopir truk tujuan Jambi, saat diwawancarai curiga, sepertinya pemerintah ini tidak lagi memihak kepada rakyat. “Dengan dikurangi BBM kita rakyat kecil ini yang kena dampaknya, biasa ke Jambi dari Padang saya bisa menempuh perjalanan paling cepat itu satu hari satu malam, sekarang ini bisa satu minggu. Saya lebih banyak tidur dijalan, karena solarnya habis,” ucapnya.
Lain lagi cerita masyarakat setempat Nopi (38).
“Dengan dikurangi subsidi BBM, bisa-bisa kehidupan kita lumpuh, jangankan untuk pergi belanja ke pasarnya saja, ngantar jemput anak sekolah saja sudah tak bisa, karena bensin motor tidak ada, jadi kalau saya pikir tindakan pemerintah mengurangi subsidi BBM tersebut hanya menyusahkan masyarakat saja,” ucapnya. (211/ac)s
Tidak ada komentar:
Posting Komentar