Anak Tukang Cuci Itu Ingin Menjajal Arsenal
Laurencius Simanjuntak - detiksport
Laurencius/detikSport
Jayapura - Kabar baik itu datang dari sang pelatih. Usai berlatih di suatu sore, Terens Owang Prisca (15), siswa sekolah sepakbola Numbay Star, Jayapura, direkomendasikan sang pelatih, Amos Makanoay, untuk mengikuti seleksi bibit muda pesepakbola nasional, Tunas Garuda.
"Saat ditunjuk, saya bilang saya siap dan akan berlatih dengan sungguh," kata Terens saat berbincang dengandetikSport di Jayapura, Minggu (12/6/2011).
Terens pun mengikuti semua petunjuk pelatih. Mulai dari pendaftaran, seleksi, hingga akhirnya ia keluar sebagai empat pemain terbaik dari Bumi Cenderawasih. Dia terpilih bersama tiga peserta yang lain, Mariano Orthis Padokan (15), Yunus Novriandi Modow (16) dan Frengky Pare Kagoya (14).
"Saya baru kasih tahu Mace (ibu-red) setelah terpilih. Kata Mace, ini menjadi napas kehidupan buat keluarga," tutur siswa SMP Negeri 6 Jayapura itu.
Ibu, kata Terens, senang bukan kepalang mendengar ia bisa lolos ke Jakarta untuk mengikuti seleksi lanjutan program Demokrat Bakti Negeri itu. Kegembiraan tersebut bisa dimengerti jika melihat perjalanan hidup keluarga Terens yang jauh dari mudah.
Saat balita Terens sudah ditinggal oleh ayahnya, yang menikah lagi dengan wanita lain. Ibu Terens, Mariangke Fonataba, terpaksa berjuang seorang diri untuk menghidupi tiga anaknya dengan menjadi tukang cuci dan setrika di rumah seorang anak mantan pejabat daerah.
"Sejak umur 6 tahun saya tinggal di rumah nenek di Sentani," kata Terens yang kini jadi Tim Persipura U-15.
Menjadi anggota skuad Persipura U-15 tidak membuat Terens berubah. Pengidola Lionel Messi itu kini tinggal di rumah pejabat Dinas Pekerjaan Umum. Di rumah tersebut Terens ikut membantu mengerjakan pekerjaan rumah tangga.
"Di rumah bos PU saya pagi siram bunga, sapu-sapu. Lalu naik ke rumah satunya lagi," tuturnya.
Dengan bayaran yang tak tentu, Terens tetap membantu ibunya yang tinggal bersama dua orang saudaranya di Angkasa, sebuah daerah dataran tinggi Jayapura. "Kalau menang pertandingan, seperti waktu dengan Persigubin dulu, saya dapat Rp 460 ribu, saya langsung kasih Mace,” ujarnya.
Amos, sang pelatih, mengaku bangga perjuangan Terens yang akhirnya bisa menembus Jakarta. Dia berharap, anak kelahiran Jayapura 13 Oktober 1996 itu juga bisa lolos untuk bisa bertanding melawan tim Arsenal junior di London, akhir Oktober nanti.
Jika Terens tembus ke London, ia bakal menjadi anak didik ketiga Amos yang berhasil ke luar negeri. Sebelumnya SSB Numbay Star yang berdiri 2007 lalu, berhasil mencetak Yanto Basna, yang lolos berlatih ke Uruguay U-15 dan Evan Huae ke Malaysia U-13.
"Saya ingin seperti mereka. Di Arsenal, saya juga ingin bertemu Theo Walcott, ujar Terens yang kagum dengan kecepatan pemain depan timnas Inggris itu.
Serupa dengan tiga anak terbaik Papua lainnya, Terens juga belum punya bayangan tentang kota London. Tapi, ia berjanji akan berlatih sebaik mungkin demi membahagiakan ibunya, dan tentunya sang pelatih yang telah membawakan kabar baik itu.
( lrn / din )
Tetap update informasi di manapun dengan http://m.detik.com dari browser ponsel anda!
Laurencius Simanjuntak - detiksport
Laurencius/detikSport
"Saat ditunjuk, saya bilang saya siap dan akan berlatih dengan sungguh," kata Terens saat berbincang dengandetikSport di Jayapura, Minggu (12/6/2011).
Terens pun mengikuti semua petunjuk pelatih. Mulai dari pendaftaran, seleksi, hingga akhirnya ia keluar sebagai empat pemain terbaik dari Bumi Cenderawasih. Dia terpilih bersama tiga peserta yang lain, Mariano Orthis Padokan (15), Yunus Novriandi Modow (16) dan Frengky Pare Kagoya (14).
"Saya baru kasih tahu Mace (ibu-red) setelah terpilih. Kata Mace, ini menjadi napas kehidupan buat keluarga," tutur siswa SMP Negeri 6 Jayapura itu.
Ibu, kata Terens, senang bukan kepalang mendengar ia bisa lolos ke Jakarta untuk mengikuti seleksi lanjutan program Demokrat Bakti Negeri itu. Kegembiraan tersebut bisa dimengerti jika melihat perjalanan hidup keluarga Terens yang jauh dari mudah.
Saat balita Terens sudah ditinggal oleh ayahnya, yang menikah lagi dengan wanita lain. Ibu Terens, Mariangke Fonataba, terpaksa berjuang seorang diri untuk menghidupi tiga anaknya dengan menjadi tukang cuci dan setrika di rumah seorang anak mantan pejabat daerah.
"Sejak umur 6 tahun saya tinggal di rumah nenek di Sentani," kata Terens yang kini jadi Tim Persipura U-15.
Menjadi anggota skuad Persipura U-15 tidak membuat Terens berubah. Pengidola Lionel Messi itu kini tinggal di rumah pejabat Dinas Pekerjaan Umum. Di rumah tersebut Terens ikut membantu mengerjakan pekerjaan rumah tangga.
"Di rumah bos PU saya pagi siram bunga, sapu-sapu. Lalu naik ke rumah satunya lagi," tuturnya.
Dengan bayaran yang tak tentu, Terens tetap membantu ibunya yang tinggal bersama dua orang saudaranya di Angkasa, sebuah daerah dataran tinggi Jayapura. "Kalau menang pertandingan, seperti waktu dengan Persigubin dulu, saya dapat Rp 460 ribu, saya langsung kasih Mace,” ujarnya.
Amos, sang pelatih, mengaku bangga perjuangan Terens yang akhirnya bisa menembus Jakarta. Dia berharap, anak kelahiran Jayapura 13 Oktober 1996 itu juga bisa lolos untuk bisa bertanding melawan tim Arsenal junior di London, akhir Oktober nanti.
Jika Terens tembus ke London, ia bakal menjadi anak didik ketiga Amos yang berhasil ke luar negeri. Sebelumnya SSB Numbay Star yang berdiri 2007 lalu, berhasil mencetak Yanto Basna, yang lolos berlatih ke Uruguay U-15 dan Evan Huae ke Malaysia U-13.
"Saya ingin seperti mereka. Di Arsenal, saya juga ingin bertemu Theo Walcott, ujar Terens yang kagum dengan kecepatan pemain depan timnas Inggris itu.
Serupa dengan tiga anak terbaik Papua lainnya, Terens juga belum punya bayangan tentang kota London. Tapi, ia berjanji akan berlatih sebaik mungkin demi membahagiakan ibunya, dan tentunya sang pelatih yang telah membawakan kabar baik itu.
( lrn / din )
Tetap update informasi di manapun dengan http://m.detik.com dari browser ponsel anda!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar