Rachmadin Ismail - detikNewsKasus Ruyati
Abdulrahman Al Khayyath
Jakarta - Dubes Arab Saudi di Indonesia Abdulrahman Al Khayyath kembali menegaskan sikapnya tentang kasus TKI Ruyati. Tak pernah ada permintaan maaf maupun pernyataan lalai saat bertemu dengan Menlu Marty Natalegawa.
"Terkait dengan siaran pers yang dibagikan kepada media, demikianlah yang dapat disampaikan. Tentu apa yang menjadi sikap pemerintah Indonesia akan disampaikan pada pihak di Arab Saudi," kata Al Khayyath saat ditemui di kediamannya, Jl Teuku Umar, Menteng, Jakpus, Senin (27/6/2011) malam. Ucapan Al Khayyath diterjemahkan dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia.
Al Khayyath tak mau berkomentar terlalu banyak soal masalah ini. Dia berharap, soal 'perang' minta maaf ini tidak diperpanjang dan menjadi polemik di masyarakat sehingga mengganggu hubungan kedua negara.
Hal yang sama juga dikatakan Menkum HAM Patrialis Akbar yang hadir dalam pertemuan tersebut. Menurut Politisi PAN ini, kasus minta maaf bisa mempengaruhi keharmonisan Indonesia dan Arab Saudi. Dia juga khawatir, masalah ini mempengaruhi warga Indonesia yang saat ini berada di negeri makmur tersebut.
"Ini membuat citra kedua negara bermasalah. 1,5 Juta warga kita di sana, kasihan kan," tegasnya.
Sebelumnya, melalui siaran pers yang diterbitkan 23 Juni lalu, Kedutaan Besar Arab Saudi tegas-tegas membantah pernyataan Marty Natalegawa. Pihak Arab Saudi mengklaim tidak pernah mengakui lalai dan minta maaf terkait kasus Ruyati.
"Kedutaan menjelaskan secara tegas bahwa Yang Mulia Duta Besar tidak menyampaikan kepada Yang Mulia Menlu RI bahwa Ia mengungkapkan permohonan maaf Kerajaan atas tidak memberitahukan pihak Kedutaan Indonesia di Riyadh mengenai pelaksanaan eksekusi hukuman mati terhadap TKI/Ruyati," begitu bunyi siaran pers itu.
Pernyataan resmi Kedutaan Arab Saudi itu kontan membuat publik bertanya-tanya. Sebab, sehari sebelumnya, Marty dengan tegas menyebutkan pihak Arab Saudi telah mengakui kelalaiannya dan meminta maaf kepada Indonesia.
"Betul, mereka menyampaikan penyesalannya mengenai perkembangan ini kepada kami tadi. Beliau menyampaikan bahwa intinya mereka lalai karena tidak menyampaikan kepada kita, seharusnya disampaikan," kata Marty di Istana Negara pada 22 Juni.
Statemen yang saling bertolak belakang itu makin digunjingkan setelah Marty seperti enggan menanggapi persoalan itu. Ditemui di Istana Presiden pada 24 Juni, Marty hanya menyebutkan semua yang disampaikan ke pers telah sesuai fakta.
"Nggak ada lagi yang saya sampaikan mengenai masalah itu. Kami kira semua sudah sesuai fakta," kata Marty. Marty juga tidak secara tegas membantah semua pernyataan Kedubes Arab Saudi.
(mad/her)
Abdulrahman Al Khayyath
"Terkait dengan siaran pers yang dibagikan kepada media, demikianlah yang dapat disampaikan. Tentu apa yang menjadi sikap pemerintah Indonesia akan disampaikan pada pihak di Arab Saudi," kata Al Khayyath saat ditemui di kediamannya, Jl Teuku Umar, Menteng, Jakpus, Senin (27/6/2011) malam. Ucapan Al Khayyath diterjemahkan dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia.
Al Khayyath tak mau berkomentar terlalu banyak soal masalah ini. Dia berharap, soal 'perang' minta maaf ini tidak diperpanjang dan menjadi polemik di masyarakat sehingga mengganggu hubungan kedua negara.
Hal yang sama juga dikatakan Menkum HAM Patrialis Akbar yang hadir dalam pertemuan tersebut. Menurut Politisi PAN ini, kasus minta maaf bisa mempengaruhi keharmonisan Indonesia dan Arab Saudi. Dia juga khawatir, masalah ini mempengaruhi warga Indonesia yang saat ini berada di negeri makmur tersebut.
"Ini membuat citra kedua negara bermasalah. 1,5 Juta warga kita di sana, kasihan kan," tegasnya.
Sebelumnya, melalui siaran pers yang diterbitkan 23 Juni lalu, Kedutaan Besar Arab Saudi tegas-tegas membantah pernyataan Marty Natalegawa. Pihak Arab Saudi mengklaim tidak pernah mengakui lalai dan minta maaf terkait kasus Ruyati.
"Kedutaan menjelaskan secara tegas bahwa Yang Mulia Duta Besar tidak menyampaikan kepada Yang Mulia Menlu RI bahwa Ia mengungkapkan permohonan maaf Kerajaan atas tidak memberitahukan pihak Kedutaan Indonesia di Riyadh mengenai pelaksanaan eksekusi hukuman mati terhadap TKI/Ruyati," begitu bunyi siaran pers itu.
Pernyataan resmi Kedutaan Arab Saudi itu kontan membuat publik bertanya-tanya. Sebab, sehari sebelumnya, Marty dengan tegas menyebutkan pihak Arab Saudi telah mengakui kelalaiannya dan meminta maaf kepada Indonesia.
"Betul, mereka menyampaikan penyesalannya mengenai perkembangan ini kepada kami tadi. Beliau menyampaikan bahwa intinya mereka lalai karena tidak menyampaikan kepada kita, seharusnya disampaikan," kata Marty di Istana Negara pada 22 Juni.
Statemen yang saling bertolak belakang itu makin digunjingkan setelah Marty seperti enggan menanggapi persoalan itu. Ditemui di Istana Presiden pada 24 Juni, Marty hanya menyebutkan semua yang disampaikan ke pers telah sesuai fakta.
"Nggak ada lagi yang saya sampaikan mengenai masalah itu. Kami kira semua sudah sesuai fakta," kata Marty. Marty juga tidak secara tegas membantah semua pernyataan Kedubes Arab Saudi.
(mad/her)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar