Gio: Ingin Prestasi, Bentuk Sistem Pendidikan Pemain Muda
Arya Perdhana - detiksport
Detiksport/Meylan FredyJakarta - Ia adalah kapten ketiga Belanda yang pernah menjejak final Piala Dunia serta pemenang titel-titel liga dan Eropa di level klub. Giovanni van Bronckhorst berbicara soal akar dirinya di Maluku serta masukan untuk sepakbola Indonesia.
detikSport mendapat kesempatan istimewa untuk bertemu dan mewawancarai Van Bronckhorst yang tengah berkunjung ke Indonesia. Wawancara dilakukan di Hotel Grand Hyatt, Jakarta, Jumat (24/6/2011) sore WIB.
Van Bronckhorst tampil santai dengan mengenakan kaus dan celana pendek. Sepanjang wawancara, eks pemain RKC Waalwijk, Feyenoord Rotterdam, Glasgow Rangers, Arsenal dan Barcelona itu antusias dan ramah menjawab setiap pertanyaan.
Berikut adalah kutipan wawancara detikSport dengan Gio, sapaan pria 36 tahun yang punya darah Maluku di tubuhnya itu.
detiksport: Selamat sore Gio. Wartawan detikSport ada yang bertemu orang tua Anda di Afrika Selatan (Piala Dunia 2010) tahun lalu.
Gio: Wah. Menyenangkan sekali.
D: Gio, bicara tentang orang tua. Apa peran orang tua dalam membangun karakter, disiplin dan kepribadian Anda?
G: Sangat penting, karena kedua orang tua saya mendukung saya saat saya masih muda. Mereka mengajari saya nilai-nilai, memastikan saya mendapatkan pendidikan. Mereka punya peran sangat penting dalam proses untuk saya menjadi seperti sekarang ini.
D: Sebagai orang dengan darah indonesia, apa yang Anda pikirkan tentang Indonesia?
G: Saya merasa sebagai orang Belanda, saya lahir di Belanda. Orang tua berasal dr Maluku, itulah akar saya. (Sebagai catatan, ibu Giovanni, Fransien, adalah wanita asal Maluku. Sedangkan ayah Gio, Victor, juga separuh Maluku)
Saya merasa terhubung saat berada di sini. Keluarga saya banyak yang tinggal di Belanda, tapi banyak juga yang masih tinggal di Maluku. Tentu saja saya merasa terhubung dengan wilayah asal dari kakek saya.
D: Setelah empat hari berada di Indonesia, apakah ada pengetahuan baru yang Anda dapat?
G: Pengetahuan baru ya. Yang saya tahu, Jakarta adalah kota yang sangat besar. Saya merasa sangat terhormat dengan cara orang memperlakukan saya di sini. Sangat hangat, sepakbola sangat populer di sini.
D: Soal sepakbola, sekarang Anda adalah asisten pelatih di Feyenoord
G: Iya, saya asisten pelatih di Feyenoord dan juga asisten pelatih timnas U-21 Belanda
D: Apakah Anda bisa membantu sepakbola Indonesia dengan misalnya mendatangkan pemandu bakat untuk melihat bakat pemain di sini
G: Karir kepelatihan saya bakal banyak di Belanda.
Penting buat sepakbola Indonesia untuk jadi lebih baik. Dimulai dengan pengembangan pemain muda. Kami di Belanda terkenal dengan pembinaan pemain mudanya. Sangat penting membangun sistem yang bagus agar banyak bakat yang bisa menembus sistem nasional.
Buatlah satu liga saja. Dua liga di satu negara itu, akan menghambat perkembangan dan kemajuan sepakbola Indonesia. Buatlah satu liga yang kompetitif. Membuat kompetisi makin ketat dan pengembangan makin cepat.
Belanda bagus karena kami punya sistem pendidikan pemain muda yang bagus dan liga yang kuat dan kompetitif. Itulah yang harus dibangun di sini. Indonesia harus melakukannya.
D: Bicara tentang Liga Belanda, Eredivisie dan seterusnya, apakah liga ini cocok buat pemain-pemain dari luar Eropa sebelum mereka main di liga lain.
G: Tentu saja. Tingkat persaingan di Belanda lebih rendah dari Inggris atau Spanyol. Tapi tergantung juga dari liga mana Anda berasal, karena bila Anda berasal dari liga yang tidak bagus, perbedaannya tetap terlalu besar.
D: Kapan Anda mau naik jabatan sebagai pelatih kepala?
G: Dua tahun lagi saya baru mengambil lisensi profesional saya. Dalam beberapa tahun ini. Saya harus berkembang juga sebagai pelatih. Saya masih baru (Gio tersenyum mengatakan ini--red).
D: Tim mana yang ingin Anda latih nanti?
G: Tentu saja, Feyenoord adalah tim saya. Saya juga pernah bermain di tim-tim hebat selama karir saya. Semuanya akan tergantung kepada seberapa berkembangnya saya. Tim akan memilih Anda bila Anda kapabel dalam melatih.
Saya terus berusaha menjadi pelatih yang bagus, tanpa memikirkan akan menangani tim mana.
D: Tapi apakah Anda punya tim yang sangat diimpikan untuk dilatih? Timnas Belanda mungkin?
G: (Melatih) tim nasional selalu jadi kehormatan.
Pada hari Kamis (23/6), Gio bertemu dengan kapten Arsenal, Cesc Fabregas. detikSport mencoba menanyakan apakah Gio punya petunjuk tentang akan ke mana Fabregas pindah.
D: Kemarin anda bertemu Fabregas. Ada pengetahuan ke mana dia akan pergi?
G: Tidak tahu. Kami berbicara mengenai hal-hal lain. Kami bertemu dan minum sedikit.
D: Sebagai pemain yang bermain di Arsenal, Barcelona dan timnas Belanda, tiga-tiganya memiliki ciri menyerang. Apakah filosofinya mereka sama?
G: Ya, kami senang menguasai bola. Kami selalu berpikir untuk maju ke depan. Saya pikir, kedua, ketiga tim ini sangat mirip.
D: Filosofi mereka tidak tergantung kepada siapa pelatihnya?
E: Tidak. Tidak tergantung.
Tanpa terasa, waktu yang disediakan untuk mewawancarai Gio habis dan kami pun harus berpisah.
D: Demikian wawancara kami. Semoga Anda bisa sukses di masa depan sebagai pelatih.
G: Terima kasih.
Saat sedang berjalan meninggalkan tempat wawancara dan menuju ke kamar hotelnya, Gio sempat dimintai foto oleh sebuah keluarga yang memiliki empat anak perempuan. Dengan ramah, pria 36 tahun itu pun berpose buat mereka.
( arp / din )
Tetap update informasi di manapun dengan http://m.detik.com dari browser ponsel anda!
Arya Perdhana - detiksport
Detiksport/Meylan Fredy
detikSport mendapat kesempatan istimewa untuk bertemu dan mewawancarai Van Bronckhorst yang tengah berkunjung ke Indonesia. Wawancara dilakukan di Hotel Grand Hyatt, Jakarta, Jumat (24/6/2011) sore WIB.
Van Bronckhorst tampil santai dengan mengenakan kaus dan celana pendek. Sepanjang wawancara, eks pemain RKC Waalwijk, Feyenoord Rotterdam, Glasgow Rangers, Arsenal dan Barcelona itu antusias dan ramah menjawab setiap pertanyaan.
Berikut adalah kutipan wawancara detikSport dengan Gio, sapaan pria 36 tahun yang punya darah Maluku di tubuhnya itu.
detiksport: Selamat sore Gio. Wartawan detikSport ada yang bertemu orang tua Anda di Afrika Selatan (Piala Dunia 2010) tahun lalu.
Gio: Wah. Menyenangkan sekali.
D: Gio, bicara tentang orang tua. Apa peran orang tua dalam membangun karakter, disiplin dan kepribadian Anda?
G: Sangat penting, karena kedua orang tua saya mendukung saya saat saya masih muda. Mereka mengajari saya nilai-nilai, memastikan saya mendapatkan pendidikan. Mereka punya peran sangat penting dalam proses untuk saya menjadi seperti sekarang ini.
D: Sebagai orang dengan darah indonesia, apa yang Anda pikirkan tentang Indonesia?
G: Saya merasa sebagai orang Belanda, saya lahir di Belanda. Orang tua berasal dr Maluku, itulah akar saya. (Sebagai catatan, ibu Giovanni, Fransien, adalah wanita asal Maluku. Sedangkan ayah Gio, Victor, juga separuh Maluku)
Saya merasa terhubung saat berada di sini. Keluarga saya banyak yang tinggal di Belanda, tapi banyak juga yang masih tinggal di Maluku. Tentu saja saya merasa terhubung dengan wilayah asal dari kakek saya.
D: Setelah empat hari berada di Indonesia, apakah ada pengetahuan baru yang Anda dapat?
G: Pengetahuan baru ya. Yang saya tahu, Jakarta adalah kota yang sangat besar. Saya merasa sangat terhormat dengan cara orang memperlakukan saya di sini. Sangat hangat, sepakbola sangat populer di sini.
D: Soal sepakbola, sekarang Anda adalah asisten pelatih di Feyenoord
G: Iya, saya asisten pelatih di Feyenoord dan juga asisten pelatih timnas U-21 Belanda
D: Apakah Anda bisa membantu sepakbola Indonesia dengan misalnya mendatangkan pemandu bakat untuk melihat bakat pemain di sini
G: Karir kepelatihan saya bakal banyak di Belanda.
Penting buat sepakbola Indonesia untuk jadi lebih baik. Dimulai dengan pengembangan pemain muda. Kami di Belanda terkenal dengan pembinaan pemain mudanya. Sangat penting membangun sistem yang bagus agar banyak bakat yang bisa menembus sistem nasional.
Buatlah satu liga saja. Dua liga di satu negara itu, akan menghambat perkembangan dan kemajuan sepakbola Indonesia. Buatlah satu liga yang kompetitif. Membuat kompetisi makin ketat dan pengembangan makin cepat.
Belanda bagus karena kami punya sistem pendidikan pemain muda yang bagus dan liga yang kuat dan kompetitif. Itulah yang harus dibangun di sini. Indonesia harus melakukannya.
D: Bicara tentang Liga Belanda, Eredivisie dan seterusnya, apakah liga ini cocok buat pemain-pemain dari luar Eropa sebelum mereka main di liga lain.
G: Tentu saja. Tingkat persaingan di Belanda lebih rendah dari Inggris atau Spanyol. Tapi tergantung juga dari liga mana Anda berasal, karena bila Anda berasal dari liga yang tidak bagus, perbedaannya tetap terlalu besar.
D: Kapan Anda mau naik jabatan sebagai pelatih kepala?
G: Dua tahun lagi saya baru mengambil lisensi profesional saya. Dalam beberapa tahun ini. Saya harus berkembang juga sebagai pelatih. Saya masih baru (Gio tersenyum mengatakan ini--red).
D: Tim mana yang ingin Anda latih nanti?
G: Tentu saja, Feyenoord adalah tim saya. Saya juga pernah bermain di tim-tim hebat selama karir saya. Semuanya akan tergantung kepada seberapa berkembangnya saya. Tim akan memilih Anda bila Anda kapabel dalam melatih.
Saya terus berusaha menjadi pelatih yang bagus, tanpa memikirkan akan menangani tim mana.
D: Tapi apakah Anda punya tim yang sangat diimpikan untuk dilatih? Timnas Belanda mungkin?
G: (Melatih) tim nasional selalu jadi kehormatan.
Pada hari Kamis (23/6), Gio bertemu dengan kapten Arsenal, Cesc Fabregas. detikSport mencoba menanyakan apakah Gio punya petunjuk tentang akan ke mana Fabregas pindah.
D: Kemarin anda bertemu Fabregas. Ada pengetahuan ke mana dia akan pergi?
G: Tidak tahu. Kami berbicara mengenai hal-hal lain. Kami bertemu dan minum sedikit.
D: Sebagai pemain yang bermain di Arsenal, Barcelona dan timnas Belanda, tiga-tiganya memiliki ciri menyerang. Apakah filosofinya mereka sama?
G: Ya, kami senang menguasai bola. Kami selalu berpikir untuk maju ke depan. Saya pikir, kedua, ketiga tim ini sangat mirip.
D: Filosofi mereka tidak tergantung kepada siapa pelatihnya?
E: Tidak. Tidak tergantung.
Tanpa terasa, waktu yang disediakan untuk mewawancarai Gio habis dan kami pun harus berpisah.
D: Demikian wawancara kami. Semoga Anda bisa sukses di masa depan sebagai pelatih.
G: Terima kasih.
Saat sedang berjalan meninggalkan tempat wawancara dan menuju ke kamar hotelnya, Gio sempat dimintai foto oleh sebuah keluarga yang memiliki empat anak perempuan. Dengan ramah, pria 36 tahun itu pun berpose buat mereka.
( arp / din )
Tetap update informasi di manapun dengan http://m.detik.com dari browser ponsel anda!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar