Kistyarin
KOMPAS IMAGES/KRISTIANTO PURNOMOGajah sumatera liar masuk ke perkebunan milik warga
TERKAIT:
LIWA, KOMPAS.com — Puluhan gajah liar merusak ratusan pohon kelapa milik warga Desa Pemerihan, Kecamatan Bengkunat Belimbing, Lampung Barat, Lampung, hampir setiap malam selama beberapa waktu terakhir.
"Hampir setiap malam puluhan gajah liar merusak ratusan batang tanaman kelapa," kata Kepala Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, melalui Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II Achmad Sutardi, di Bengkunat, Jumat (29/7/2011).
Jumlah gajah liar yang merusak pohon kelapa itu sekitar 30 ekor. Selain itu, katanya, binatang itu juga merusak tanaman kakao dan sayuran milik petani setempat yang memasuki masa panen sehingga petani setempat menderita kerugian cukup besar.
Ia menjelaskan, selama sebulan terakhir puluhan gajah liar tersebut tidak beranjak dari lahan pertanian dan perkebunan warga sehingga kerusakan pertanian mereka semakin meluas.
Petani setempat, menurut dia, mengalami kerugian cukup besar karena tanaman mereka rusak dan tidak dapat dipanen.
"Meskipun melihat lokasi lahan perkebunan berada di dalam hutan kawasan, masyarakat setempatlah yang menanam komoditas tersebut," katanya.
Ia mengakui, petugas hanya bisa menghalau gajah liar tersebut agar tidak masuk perkampungan dan merusak pemukiman warga. Puluhan gajah tersebut tidak beranjak dari area perkebunan akibat pasokan makanan di hutan berkurang. Kerusakan hutan di kawasan setempat mengakibatkan pasokan makanan untuk satwa berkurang.
"Memang tidak dimungkiri, konflik hewan dan manusia terjadi akibat kerusakan hutan yang semakin meluas di daerah ini sehingga membuat satwa tersebut tidak ada lagi tempat perlindungan. Selain itu, kerusakan hutan itu membuat pasokan makanan gajah liar itu semakin berkurang sehingga tanaman warga yang menjadi sasaran satwa liar tersebut," katanya.
Hingga saat ini, menurut Sutardi, petugas terus melakukan pengawasan terhadap puluhan satwa liar itu. Pasalnya, hampir setiap malam puluhan gajah liar tersebut mengamuk dan merusak di lokasi itu. Sebanyak 12 petugas patroli gajah dibantu masyarakat setempat terus menghalau puluhan gajah sebab lokasi satwa liar itu berada dekat dengan area pemukiman.
"Petugas yang berjaga hampir kewalahan menghadapi puluhan gajah liar itu sebab hampir setiap malam satwa liar tersebut merusak tanaman dan mendekat di lokasi pemukiman sehingga kami tidak bisa lengah dalam mengawasinya," katanya.
Ia mengharapkan, persoalan yang dihadapi warga setempat segera selesai sehingga mereka dapat beraktivitas secara normal. Hingga saat ini, kedatangan puluhan gajah liar di tempat itu tidak menimbulkan korban jiwa, tetapi diprediksi kerugian akibat satwa liar tersebut mencapai puluhan juta rupiah.
Konflik hewan dan manusia terjadi akibat kerusakan hutan yang semakin meluas di daerah ini sehingga membuat satwa tersebut tidak ada lagi tempat perlindungan. Selain itu, kerusakan hutan itu membuat pasokan makanan gajah liar itu semakin berkurang.
Jumlah gajah liar yang merusak pohon kelapa itu sekitar 30 ekor. Selain itu, katanya, binatang itu juga merusak tanaman kakao dan sayuran milik petani setempat yang memasuki masa panen sehingga petani setempat menderita kerugian cukup besar.
Ia menjelaskan, selama sebulan terakhir puluhan gajah liar tersebut tidak beranjak dari lahan pertanian dan perkebunan warga sehingga kerusakan pertanian mereka semakin meluas.
Petani setempat, menurut dia, mengalami kerugian cukup besar karena tanaman mereka rusak dan tidak dapat dipanen.
"Meskipun melihat lokasi lahan perkebunan berada di dalam hutan kawasan, masyarakat setempatlah yang menanam komoditas tersebut," katanya.
Ia mengakui, petugas hanya bisa menghalau gajah liar tersebut agar tidak masuk perkampungan dan merusak pemukiman warga. Puluhan gajah tersebut tidak beranjak dari area perkebunan akibat pasokan makanan di hutan berkurang. Kerusakan hutan di kawasan setempat mengakibatkan pasokan makanan untuk satwa berkurang.
"Memang tidak dimungkiri, konflik hewan dan manusia terjadi akibat kerusakan hutan yang semakin meluas di daerah ini sehingga membuat satwa tersebut tidak ada lagi tempat perlindungan. Selain itu, kerusakan hutan itu membuat pasokan makanan gajah liar itu semakin berkurang sehingga tanaman warga yang menjadi sasaran satwa liar tersebut," katanya.
Hingga saat ini, menurut Sutardi, petugas terus melakukan pengawasan terhadap puluhan satwa liar itu. Pasalnya, hampir setiap malam puluhan gajah liar tersebut mengamuk dan merusak di lokasi itu. Sebanyak 12 petugas patroli gajah dibantu masyarakat setempat terus menghalau puluhan gajah sebab lokasi satwa liar itu berada dekat dengan area pemukiman.
"Petugas yang berjaga hampir kewalahan menghadapi puluhan gajah liar itu sebab hampir setiap malam satwa liar tersebut merusak tanaman dan mendekat di lokasi pemukiman sehingga kami tidak bisa lengah dalam mengawasinya," katanya.
Ia mengharapkan, persoalan yang dihadapi warga setempat segera selesai sehingga mereka dapat beraktivitas secara normal. Hingga saat ini, kedatangan puluhan gajah liar di tempat itu tidak menimbulkan korban jiwa, tetapi diprediksi kerugian akibat satwa liar tersebut mencapai puluhan juta rupiah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar