Tjatur Wiharyo
TRIBUN NEWS/DANY PERMANA
Para pemain timnas Indonesia saat melakukan latihan menghadapi turnamen Piala AFF 2010 lalu.
TERKAIT
JAKARTA, KOMPAS.com - Meski persiapan tim dinilai kurang matang, pemain Indonesia mengaku sudah siap tempur menghadapi tuan rumah Turkmenistan pada laga pertama putaran kedua kualifikasi Piala Dunia 2014 Zona Asia, Sabtu (23/7). Hasil laga ini sangat menentukan langkah Indonesia berikutnya.
Para pemain Indonesia sudah tiba di Turkmenistan, Kamis lalu. Mereka menjalani latihan pertama di Ashgabat di Nisa Stadium sekitar pukul setengah enam sore waktu setempat.
Jumat kemarin, tim ”Merah Putih” menjalani dua sesi latihan, yakni pagi dan sore. Latihan dilakukan di lapangan futsal dekat hotel tempat mereka menginap.
Selain untuk menjaga kebugaran, latihan yang dilakukan pemain juga untuk penyesuaian kondisi cuaca. Pemain sayap Arif Suyono menyebutkan kondisi cuaca di Ashgabat cukup panas, berkisar 40-48 derajat celsius.
”Sudah terbayang bagaimana cuaca saat kami bertanding nanti. Meski laga akan digelar pada pukul 18.00, cuaca tetap masih panas,” kata Arif Suyono. Soal kondisi tim, Arif menegaskan, semua pemain siap tempur.
Problem stamina
Sebelum berangkat ke Turkmenistan, pelatih Wim Rijsbergen mengakui stamina pemain akan menjadi masalah utama. Dia menilai, sebagian para pemain sedang mengalami penurunan stamina akibat masa libur kompetisi.
Hanya Boaz Solossa yang dinilai memiliki kondisi fisik stabil. Boaz merupakan pemain yang istirahatnya tidak terlalu panjang dibandingkan pemain lain karena ia harus bermain di Perang Bintang pada 29 Juni lalu.
Melawan Turkmenistan, Wim Rijsbergen diperkirakan akan memainkan formasi 4-3-3, atau pola kombinasi, 4-3-2-1. Dengan pola itu, Cristian Gonzales diprediksi jadi ujung tombak tim. Dia akan disokong dua pemain sayap, Boaz dan M Ridwan. Skema ini pernah dicoba Rijsbergen pada dua latihan terakhir sebelum tim menuju Turkmenistan.
Belajar dari kekalahan
Boaz dan kawan-kawan bisa belajar dari kekalahan tim Merah Putih dari Turkmenistan pada kualifikasi Piala Dunia Jerman 2006, Grup 8 Zona Asia. Pada partai di kandang Turkmenistan, 31 Maret 2004, Indonesia dikalahkan 1-3, walau akhirnya bisa membalas dengan skor yang sama saat menjamu Turkmenistan pada 17 November 2004.
Kelebihan pemain Turkmenistan adalah memiliki postur yang tinggi. ”Itu yang harus diantisipasi. Mereka juga memiliki kecepatan. Namun, hal itu bisa diredam dengan penempatan posisi yang baik dari pemain kita,” kata asisten pelatih, Widodo Cahyono Putro.
Selain penempatan posisi, menurut Widodo, Indonesia juga bisa mengandalkan kekompakan tim, rasa pengertian, dan semangat juang yang tinggi.
Hal yang sama juga diungkapkan asisten pelatih, Rahmad Darmawan. Semua pemain harus disiplin. ”Kami harap mereka main secara tim dengan umpan akurat dan banyak main di daerah lawan,” kata Rahmad.
Hasil di Turkmenistan akan ikut menentukan langkah Indonesia selanjutnya. Jika bisa menang atau minimal menahan imbang, beban di pertandingan kedua pada 28 Juli 2011 di Stadion Gelora Bung Karno akan semakin ringan. (OTW)
Para pemain Indonesia sudah tiba di Turkmenistan, Kamis lalu. Mereka menjalani latihan pertama di Ashgabat di Nisa Stadium sekitar pukul setengah enam sore waktu setempat.
Jumat kemarin, tim ”Merah Putih” menjalani dua sesi latihan, yakni pagi dan sore. Latihan dilakukan di lapangan futsal dekat hotel tempat mereka menginap.
Selain untuk menjaga kebugaran, latihan yang dilakukan pemain juga untuk penyesuaian kondisi cuaca. Pemain sayap Arif Suyono menyebutkan kondisi cuaca di Ashgabat cukup panas, berkisar 40-48 derajat celsius.
”Sudah terbayang bagaimana cuaca saat kami bertanding nanti. Meski laga akan digelar pada pukul 18.00, cuaca tetap masih panas,” kata Arif Suyono. Soal kondisi tim, Arif menegaskan, semua pemain siap tempur.
Problem stamina
Sebelum berangkat ke Turkmenistan, pelatih Wim Rijsbergen mengakui stamina pemain akan menjadi masalah utama. Dia menilai, sebagian para pemain sedang mengalami penurunan stamina akibat masa libur kompetisi.
Hanya Boaz Solossa yang dinilai memiliki kondisi fisik stabil. Boaz merupakan pemain yang istirahatnya tidak terlalu panjang dibandingkan pemain lain karena ia harus bermain di Perang Bintang pada 29 Juni lalu.
Melawan Turkmenistan, Wim Rijsbergen diperkirakan akan memainkan formasi 4-3-3, atau pola kombinasi, 4-3-2-1. Dengan pola itu, Cristian Gonzales diprediksi jadi ujung tombak tim. Dia akan disokong dua pemain sayap, Boaz dan M Ridwan. Skema ini pernah dicoba Rijsbergen pada dua latihan terakhir sebelum tim menuju Turkmenistan.
Belajar dari kekalahan
Boaz dan kawan-kawan bisa belajar dari kekalahan tim Merah Putih dari Turkmenistan pada kualifikasi Piala Dunia Jerman 2006, Grup 8 Zona Asia. Pada partai di kandang Turkmenistan, 31 Maret 2004, Indonesia dikalahkan 1-3, walau akhirnya bisa membalas dengan skor yang sama saat menjamu Turkmenistan pada 17 November 2004.
Kelebihan pemain Turkmenistan adalah memiliki postur yang tinggi. ”Itu yang harus diantisipasi. Mereka juga memiliki kecepatan. Namun, hal itu bisa diredam dengan penempatan posisi yang baik dari pemain kita,” kata asisten pelatih, Widodo Cahyono Putro.
Selain penempatan posisi, menurut Widodo, Indonesia juga bisa mengandalkan kekompakan tim, rasa pengertian, dan semangat juang yang tinggi.
Hal yang sama juga diungkapkan asisten pelatih, Rahmad Darmawan. Semua pemain harus disiplin. ”Kami harap mereka main secara tim dengan umpan akurat dan banyak main di daerah lawan,” kata Rahmad.
Hasil di Turkmenistan akan ikut menentukan langkah Indonesia selanjutnya. Jika bisa menang atau minimal menahan imbang, beban di pertandingan kedua pada 28 Juli 2011 di Stadion Gelora Bung Karno akan semakin ringan. (OTW)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar