Sumatera Barat, dahulu dikenal sebagai gudangnya industri otak. Banyak pemikir pemikir handal lahir dari Sumatera Barat.
Tidak terkecuali, banyak guru dan dosen kita juga membantu mengajar di Malaysia. Tapi sekarang kondisi sudah terbalik, orang kita lah yang banyak belajar di Malaysia, sehingga Kemdiknas melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi terpaksa membatasi pemberian beasiswa bagi mereka yang ingin belajar di Malaysia. Selain itu untuk level SMA pun sangat kurang yang berprestasi ditingkat nasional.
Dua Perguruan tinggi besar yang ada di Sumatera Barat, yaitu Universitas Andalas dan Universitas Negeri Padang (dahulunya IKIP Padang) pun ternyata belum mampu berkiprah banyak di level nasional, apalagi internasional, kecuali mungkin untuk level Sumatera Barat.
Selama kami bertugas sebagai Atase Pendidikan di Jepang, meskipun sudah diusahkan untuk melobi perguruan tinggi perguruan tinggi di Jepang agar bisa dan mau menjalin kerjasama dengan perguruan tinggi di Sumatera Barat, sangat jarang sekali mereka yang mau untuk bekerjasama dengan PTN dan PTS yang ada di Sumatera Barat. Bukan karena letaknya yang jauh, tetapi ketika mereka cek di rangking perguruan tinggi di Indonesia, kedua perguruan tinggi tersebut tidak masuk dalam 10 besar perguruan tinggi terbaik di Indonesia. Sebahagian besar diantara mereka hanya mempunyai keinginan kuat untuk melakukan kerjasama dengan perguruan tinggi yang masuk dalam 10 besar rangking dunia (webometrics dan 4ICU), kategori ranking yang terendah diantara sistim perangkingan perguruan tinggi lainnya di dunia karena hanya berdasarkan pada data yang ada di web universitas masing masing.
Hasil peringkat Perguruan Tinggi Indonesia tahun 2011 versi 4ICU (4 International Colleges and Universities) menempatkan Universitas Andalas pada rangking ke 17, sementara Universitas Negeri Padang berada pada rangking ke 33. Sementara untuk Webometrics ranking, menempatkan Unand pada posisi ke 11 dan UNP di posisi ke 52 di Indonesia. Tiga terbaik PT Indonesia untuk kedua jenis rangking ini ditempati oleh ITB, UI, UGM. Sebagai pembanding USU berada pada posisi ke 6 dan UNSRI pada posisi ke 16 untuk versi perangkingan 4ICU.
Kondisi ini tentunya bisa diperbaiki sepanjang adanya keinginan kuat dari top manajemen PT masing masing, bekerjasama dengan staf pengajar, karyawan dan mahasiswa.
Ada 6 poin penting yang perlu diperhatikan jika kita ingin meningkatkan rating perguruan tinggi di Sumatera Barat, antara lain:
1. Perbaikan di level internal manajemen universitas. Prinsip kaizen (continuous improvement) harus diterapkan dengan melibatkan semua komponen termasuk karyawan di level terendah sekalipun. Seringkali berita ataupun informasi internal sajapun datangnya sangat terlambat. Dalam zaman serba IT saat ini, sudah seharusnya dilakukan paper less information. Kepuasan pelanggan dalam hal ini dosen, mahasiswa dan karyawan juga harus diutamakan.
2. Perbaikan dan peningkatan kenyamanan perkuliahan dan riset
Tidak dapat dipungkiri, hampir sebahagian besar PT kita suka sekali dengan tampakan luar yang indah, tetapi didalamnya kotor dan tanpa fasilitas apapun. Ibarat baju baru tanpa kancing. Bagus tampilannya tetapi kurang bermakna untuk pengembangan suatu universitas. Prinsip ini sudah harus dihilangkan. Lihatlah kampus kampus yang banyak menghasilkan pemenang nobel, pada umumnya tampakan luar sepertinya kurang terurus, tetapi begitu kita masuk kedalamnya akan terlihat peralatan yang serbah canggih, fasilitas ruangan yang bersih dan nyaman termasuk toilet dsbnya.
3. Internasionalisasi program Dalam hal ini Unand selangkah lebih maju dengan adanya program internasional (perkuliahan dalam bahasa inggeris) yang dilaksanakan oleh Fakultas Ekonomi. Meskipun pada awalnya program ini berjalan tersendat sendat, namun sekarang sudah jauh lebih baik. Kelancaran program ini tak lepas dari peranan dan kegigihan Prof. Syafrizal (Guru besar Fak. Ekonomi) yang mengawal program ini dari awal. Penggunaan bahasa inggeris bukanlah untuk gagah gagahan, namun kebutuhan dunia diera global saat ini mau tidak mau kita harus memulai program internasional, jika memungkinkan dibanyak program studi, sehingga lulusan yang dihasilkan selain mempunyai keilmuan yang mumpuni juga mempunyai kemampuan berbahasa asing, sehingga kelak mereka bisa bersaing didunia pasar kerja internasional. Kebanyakan Perguruan Tinggi di pulau Jawa, baik PTN maupun PTS juga telah melaksanakan program internasional yang mendapat support pendanaan dari Kemdiknas melalui Dikti.
4. Pengembangan riset
Penelitian merupakan corenya Perguruan Tinggi. Saat ini banyak lembaga lembaga atau donator yang memberikan dana riset, selain dari Kemdiknas sendiri. Sayang kurangnya koordinasi membuat dana tersebut tidak dapat digaet. Banyak juga para staf pengajar yang tidak punya tema penelitian jangka panjang, yang dapat diurai menjadi topik-topik penelitian. Akibatnya tiap sebentar tema penelitian gonta ganti terus. Untuk dapat menghasilkan tulisan ilmiah baik nasional maupun internasionl ataupun paten dan prototype, maka penelitian harus dilakukan secara berkesinambungan, terus menerus dan dilakukan sampai tuntas.
Dari rangking yang dikeluarkan DIKTI, posisi Unand untuk publikasi hasil riset berada diurutan ke 15, sementara untuk kegiatan pertemuan ilmiah, Unand berada di posisi ke 39. Hal ini menunjukkan nuansa akademik belum tercipta di Unand. Unand masih lebih banyak melakukan kegiatan kegiatan yang sifatnya tidak merupakan corenya perguruan tinggi. Seminar seminar interpreneurship yang dilakukan secara teratur setiap bulannya sudah bagus, namun harus dimbangi dengan kegiatan pertemuan ilmiah yang juga harus diagendakan secara rutin untuk level Universitas selain yang dilakukan oleh masing masing Fakultas. Kekuatan riset yang tercipta akan dapat menjadi brand image Universitas Andalas, termasuk brand image bagi PTN ataupun PTS lain di Sumatera Barat.
5. Kenyamanan fasilitas, perlu disempurnakan termasuk fasilitas perpustakaan dengan segala kelengkapan buku, jurnal-jurnal terbaru yang harus dilanggan maupun fasilitas internet dengan kecepatan yang memadai untuk mengkases jurnal lewat dunia maya. Selain perpustakaan yang terasa sangat kurang juga adalah peralatan laboratorium yang jauh dari memadai dan belum terbentuknya branding image dari perguruan tinggi di Sumatera Barat, juga merupakan poin penting dari kelemahan yang harus diperbaiki.
6. Pembentukan karakter bagi para mahasiswa
Mahasiswa diharapkan tidak lagi sebagai agent of change tapi sudah harus menjadi creator of change. Padang yang diklaim sebagai kota pendidikan, ternyata masih sering terjadi tawuran, baik antar sesama mahasiswa dan yang kedua tawuran antar sesama pelajar. Kedua tawuran tersebut justru disebabkan karena masalah masalah kecil yang seharusnya bisa diselesaikan dengan baik dengan semangat kebersamaan kaum muda.
Sebegitu mudahnyakah para mahasiswa kita menghabiskan energy untuk hal hal yang tak berguna, sementara masih banyak masalah kemasyarakatan yang menuntut pemikiran para mahasiswa sebagai intelektual muda untuk mencoba mencari jalan keluar dari berbagai persoalan yang masih terus membelit. Tawuran yang seharusnya tidak perlu terjadi dikota yang mencoba bergerak menjadi kota pendidikan.
Sesungguhnya saat ini banyak pelajar dan mahasiswa cerdas yang punya pemikiran brilyan dan ide ide cemerlang untuk mengatasi suatu masalah, namun terkadang kurangnya dukungan dan perhatian dari para Pembina mengakibatkan mereka seperti lepas kendali.
Beragam organisasi kemahasiswaan dan kegiatan ekstra krurikluer jika diarahkan dan mempunyai kegiatan yang terjadwal, hampir dipastikan mereka tidak punya waktu lagi untuk memikirkan hal hal yang tidak produktif.
Mahasiswa sebagai calon pemimpin masa depan, tentunya tidak diharapkan hanya bertumpu dan berkutat dengan buku buku kuliah saja, tetapi juga harus mencoba berinsteraksi dengan sesama melalui berbagai kegiatan ekstra kurikuler dan juga berinteraksi dengan masyarakat, untuk belajar mengamati, mendiskusikan dan ikut memikirkan berbagai problema kehidupan masyarakat dengan hati dan pikiran yang jernih. Sehingga mereka juga akan bangga menggunakan uniform almamaternya. Tidak sekedar dipakai hanya pada waktu acara acara tertentu saja.
Dalam era global saat ini rata rata perguruan tinggi maju selalu melibatkan atau bekerjasama dengan perguruan tinggi yang lain, baik untuk kolaborasi riset, publikasi, pertukaran staf pengajar dan mahasiswa. Banyak kerjasama yang sudah dibuat, namun kurangnya pemahaman arti kerjasama membuat implementasi dari kerjasama yang sudah dibangun tidak jalan sama sekali. Kantor kerjasama internasional sudah seharusnya dibuat di masing masing PT di Sumatera Barat, sehingga implementasi dari kerjasama bisa dioptimalkan.
Untuk dapat merubah keadaan kearah yang lebih baik jelas dibutuhkan leadership dan berbagai kemampuan dari pimpinan perguruan tinggi. Akan sangat sulit bagi perguruan tinggi untuk berkembang ke level nasional dan internasionl, jika pimpinan kurang mempunyai leadership apa lagi jika tidak mempunyai kemampuan untuk berkomunikasi dalam bahasa bahasa pergaulan internasional.
Semoga kejayaan perguruan tinggi dan pendidikan di Sumatera Barat bangkit kembali seperti dulu, menjadi panutan bagi orang orang luar Sumatera Barat untuk belajar dan menuntut ilmu di Sumatera Barat.
EDISON MUNAF
(Atase Pendidikan RI di Jepang dan Guru Besar Universitas Andalas)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar