HARI INI DUA TAHUN GEMPA SUMBAR
Hari ini tepat dua tahun terjadinya gempa dahsyat berkekuatan 7,9 SR di Sumbar. Dari 249 ribu rumah yang rusak, 147 ribu rumah warga sudah dibantu. Sisanya 34 ribu rumah masih menunggu bantuan.
PADANG, HALUAN — Dua tahun pascagempa 30 September 2009, Pemerintah Provinsi Sumbar masih fokus pada pembangunan rumah warga yang rusak, baik rusak berat maupun yang rusak sedang. Akibatnya, hingga saat ini belum ada satupun gedung atau kantor pemerintahan yang telah dibangun.
Dari 249 ribu total rumah yang rusak, 181 ribu rumah di antaranya mengalami rusak berat dan rusak sedang. Dari jumlah 181 ribu itu, baru 147 ribu rumah warga yang telah dibantu. Sisanya 34 ribu rumah belum mendapatkan bantuan. “Selama ini pemerintah lebih mementingkan pembangunan rumah masyarakat, baik yang rusak berat maupun yang sedang.
Gedung pemerintah saat ini masih babedeng. Bahkan gubernur saja masih berkantor di rumah dinasnya,” ujar Harmensyah, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumbar saat ditemui Haluan di ruang kerjanya, Kamis (29/9).
Harmensyah menjelaskan, dari total Rp6,4 triliun kerugian dan kebutuhan untuk tahap rehab rekon, Sumbar baru mendapatkan bantuan dan telah merealisasikannnya sebesar Rp5 triliun. Bantuan ini tidak saja dari pemerintah pusat, tapi juga sudah termasuk bantuan dari NGO, donatur maupun bantuan dunia internasional.
“Bantuan Rp5 triliun itu tidak saja direalisasikan untuk bantuan rumah korban gempa, tapi juga digunakan untuk pembangunan lainnya, seperti pembangunan infrastruktur jalan, rumah sakit dan fasilitas umum lainnya,” ujar Harmensyah.
Untuk menutupi kekurangan sebesar Rp1,4 triliun, Pemerintah Sumbar telah melakukan berbagai upaya, seperti pengajuan bantuan dana ke pemerintah pusat dan departemen kementerian terkait. Selain itu, pemerintah juga telah melakukan berbagai pendekatan kepada dunia internasional, untuk menutupi kekurangan tersebut.
Selain berfokus pada rehab rekon, saat ini BPBD Sumbar juga berfokus pada upaya mitigasi bencana, karena beberapa daerah di Sumbar masih memiliki potensi gempa dan tsunami. Upaya mitigasi bencana tersebut dilakukan dalam berbagai kegiatan berupa seminar, lokakarya, pelatihan dan simulasi, serta berbagai sosialisasi lainnya.
BPBD Sumbar saat ini juga menggiatkan pembentukan forum siaga bencana dari berbagai kalangan, mulai dari kalangan siswa, pengusaha, serta masyarakat umum. Bahkan BPBD Sumbar telah membentuk forum siaga bencana di tingkat nagari.
“Kita jangan terlena, karena potensi bencana gempa dan tsunami masih mengintai. Kapan waktunya kita tidak tahu. Yang pasti kita selalu siaga dan mempersiapkan langkah-langkah evakuasi, dan sebaiknya dimulai dari tingkat keluarga. Jika rencana itu dilakukan dengan baik, maka akan mampu menekan jumlah korban ketika bencana itu terjadi,” jelas Harmensyah.
Gedung Swasta Menjamur
Meski belum satupun bangunan pemerintah yang telah selesai dibangun, namun pembangunan gedung swasta justru menjamur. Dari pantauan Haluan di sekitar Kota Padang, sekitar 90 persen bangunan swasta yang mengalami rusak akibat gempa 30 September 2009 lalu telah dibangun kembali. Begitu juga dengan gedung-gedung baru yang banyak bermunculan setelah gempa. Sebagian besar bangunan baru itu merupakan hotel-hotel yang tersebar di beberapa titik di Kota Padang.
Hotel Aliga Jalan M Thamrin Padang misalnya. Hotel ini dibangun dan diresmikan setelah beberapa bulan terjadinya gempa 30 September 2009. Pada awal tahun 2010 juga diresmikan gedung baru Yamaha di Jalan Damar Padang.
Setelah itu, muncul hotel-hotel baru, diantaranya Hotel Mercure dan Hotel Mervit di kawasan Purus, Hotel Ion di Jalan S Parman, Hotel Bunda dan Hotel Edotel di Jalan Bundo Kanduang, Hotel Edotel Minangkabau di Kelurahan Jati dan beberapa hotel lainnya.
Untuk hotel yang hancur akibat gempa, saat ini ada yang masih proses pembangunan, seperti Hotel Ambacang, Hotel Bumiminang dan Hotel Nuansa. Sementara untuk Hotel Hayam Wuruk, Hotel Diponegoro, Hotel Mariani dan beberapa hotel lainnya telah dibangun dan telah beroperasi.
Untuk bangunan toko-toko, sebagian besar juga telah dibangun kembali dan telah beroperasi. Kawasan Pondok yang dua tahun lalu porak poranda akibat gempa, kini hanya sebagian kecil yang masih dalam tahap pembangunan. Selebihnya telah dibangun dan telah beroperasi.
“Rasanya tidak ada puing-puing lagi di Kota Padang. Padahal baru dua tahun dilanda gempa besar. Waktu gempa dulu saya berada di Kota Padang, dan setelah gempa, telah tiga kali ke Padang selama tahun 2011. Tapi pemandangannya tidak seperti dulu,” ujar Andika (29), salahseorang warga Kabupaten 50 Kota ketika ditemui Haluan di Kota Padang, Kamis (29/9) kemarin.
Tidak hanya Andika, tapi sejumlah warga luar Sumbar juga mengapresiasi pembangunan di Kota Padang. Bahkan Vokalis Slank, Kaka, yang ditemui Haluan saat berada di Kota Padang beberapa waktu lalu juga merasa ada perubahan besar di Kota Padang.
“Gempa di Sumbar dua tahun lalu parah banget. Waktu itu kami memang tidak sempat ke Sumbar, tapi kami melihat di TV bagaimana Kota Padang porak poranda. Tapi ketika kami ke Kota Padang, kami sama sekali tak menemui tanda-tanda jika Kota Padang pernah terjadi gempa. Saya pribadi sangat salut, karena pembangunan di Kota Padang pasca gempa sangat cepat sekali,” ujar Kaka. (h/wan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar