Maya Sofia
VIVAnews – Gerakan anti Wall Street kembali menggelar demo besar-besaran. Kali ini ribuan demonstran terlihat berunjuk rasa mendukung kampanye melawan keserakahan korporasi di Times Square, New York, pada Sabtu, 15 Oktober 2011 waktu setempat.
“Aksi protes ini sudah membuat perbedaan,” ujar salah seorang demonstran asal San Fransisco, Jordan Smith, dikutip dari lamanReuters.
Pengunjuk rasa di AS marah karena bank-bank AS menikmati keuntungan besar setelah mendapat dana talangan (bail out) pada 2008 lalu. Sementara di sisi lain banyak orang yang mengalami kesulitan ekonomi dengan jumlah pengangguran lebih dari 9 persen.
Meski diikuti ribuan orang, jumlah pengunjuk rasa di New York kali ini tidak terlalu besar. “Banyak orang tidak ingin terlibat. Mereka lebih suka menonton di televisi,” ujar Troy Simmons, yang bergabung dengan demonstran setelah pulang kerja.
Polisi mengatakan, tiga orang ditahan di Times Square karena mendorong pembatas polisi dan sebelumnya, lima pria ditahan karena mengenakan masker. Sekitar pukul 20.00 waktu setempat, polisi menangkap 42 orang karena memblokir trotoar. Pengunjuk rasa mengeluh, mereka tidak punya tempat untuk pergi karena terhalang oleh penjagaan polisi di depan dan ribuan demonstran di belakang mereka.
Demonstrasi anti Wall Street tidak hanya terjadi di Amerika Serikat saja. Pada hari yang sama, demonstrasi anti Wall Street juga terjadi di kawasan Asia dan Eropa. Di Roma, Italia, para pengunjuk rasa anti keserakahan mengecam bankir dan politisi atas krisis ekonomi internasional. Dalam aksi tersebut, pengunjuk rasa membakar mobil dan memecahkan kaca jendela sebuah bank. (eh)
• VIVAnews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar