LAGI, TAWURAN PELAJAR DI BUKITTINGGI
BUKITTINGGI, HALUAN — Tawuran pelajar kembali terjadi di Kota Bukittinggi. Kali ini, siswa SMK Negeri 1 diserang segerombolan siswa yang diduga berpakaian seragam SMK Muhammadiyah.
Peristiwa tersebut terfjadi di pintu gerbang dekat kantor Satpam SMK Negeri 1, Selasa (25/10) sekitar pukul 10.00 WIB, saat siswa melaksanakan Ujian Mid Semester.
Hingga berita ini ditulis, tidak jelas apa penyebab bentrokan massal antar pelajar itu. Namun dua orang siswa SMK Negeri 1 dikabarkan menjadi korban pengeroyokan segerombolan siswa yang diduga adalah siswa SMK Muhammadiyah.
Kepala sekolah SMK Negeri 1, Yon Afrizal, kepada Haluan membenarkan siswanya diserang segerombolan siswa yang diduga berpakaian seragam SMK Muhammadiyah. Namun tidak diketahui pasti siapa siswanya yang menjadi korban.
“Kita belum tahu nama siswa yang jadi korban, karena mereka langsung pulang. Tapi saya sudah hubungi Kepala SMK Muhammadiyah untuk mencari pelaku pengeroyokan tersebut,” kata Yon Afrizal.
Sementara Kepala Sekolah SMK Muhammadiyah Zul Fikri juga membenarkan adanya informasi bahwa siswanya melakukan penyerangan ke SMK Negeri 1. Namun setelah siswanya dikumpulkan, ternyata tidak ada yang mengaku. “Apakah memang anak didik saya atau tidak, saya juga belum tahu, karena tidak ada yang mengaku,” katanya.
Sekretaris Dinas Pendidikan Iskandar kepada Haluan sangat menyesalkan kejadian tawuran tersebut. Karena diduga tawuran itu dipicu dari masalah di luar sekolah. “Umumnya siswa kita tawuran, karena masalah kampungisme dan masalah di luar sekolah diselesaikan di sekolah,” kata Iskandar.
Untuk itu, ia mengimbau kepada seluruh kepala sekolah untuk memperketat pengawasan siswanya pada jam istirahat. Apalagi pada saat jam pelajaran sedang berlangsung, agar tawuran yang sama tidak terulang lagi di kemudian hari.Tiga pekan sebelumnya, siswa SMK Negeri 1 Febrian kelas III, juga diserang oleh siswa SMK Pembangunan yang mengakibatkan, paru-parunya rusak dan kening luka robek.
Akibatnya, ia harus dirawat di UGD Rumah Sakit Yarsi dan sampai sekarang belum jelas, apakah siswa itu sudah boleh pulang atau belum. Masalahnya, orang tuanya tidak mampu membayar biaya rumah sakit sekitar Rp10 juta lebih. (h/jon)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar