KOMPAS/ASWIN RIZAL HARAHAP
Ilustrasi: Sejumlah siswa Sekolah Menengah Kejuruan Negeri I Distrik Sota, Kabupaten Merauke, Papua, melewati Tugu Kembar yang berada di perbatasan Merauke dengan negara Papua Niugini, beberapa waktu lalu.
MERAUKE, Gara-gara minimnya jumlah tenaga guru yang mengajar di sekolah-sekolah di daerah pedalaman Merauke, Papua, anggota TNI membantu menjadi guru sukarelawan di SD maupun di SMP. Mereka mengajar membaca dan menulis, juga Pendidikan Kewarganegaraan dan pendidikan jasmani.
Di SD YPPK St Fransiskus Xaverius Yanggandur, Kampung Yanggandur, Distrik Sota, Merauke, ada tiga anggo ta TNI dari Satuan Tugas Batalyon Infanteri 132/Bima Sakti, Pekanbaru, yang bertugas di Pos Pengamanan Perbatasan (Pamtas) Indonesia-Papua Nuigini, di Yanggandur, menjadi tenaga guru sukarelawan.
Di SMP Negeri Persiapan Yanggandur ada seorang anggota TNI yang juga dari Satgas Yonif 132/Bima Sakti menjadi guru sukarelawan mengajar PPKN, Pendidikan Jasmani, dan muatan lokal pertanian.
Siswa-siswa SD YPPK St Fransiskus Xaverius Yanggandur maupun SMPN Persiapan Yanggandur menganggap para tentara itu sebagai guru mereka. "Saya mendapat tugas mengajar kelas tiga," ungkap Prajurit Satu Novan.
Novan mengaku mengajar siswa SD gampang-gampang susah. Tantangan dihadapi bila ada siswa yang belum bisa membaca. Mereka hampir setahun ini bertugas di Yanggandur. Tidak heran bila sudah saling kenal baik dengan para siswa. Namun para anggota TNI tersebut akhir November ini akan ditarik ke kesatuannya dan digantikan pasukan baru.
Kampung Yanggandur berada di dalam kawasan Taman Nasional Wasur, Merauke, berjarak 63 kilometer dari kota Merauke. Untuk mencapai Yanggandur tidak mudah. Dari jalan Trans-Papua yang membelah TN Wasur, harus masuk ke dalam hutan melalui jalan tanah. Pada musim hujan jalan tanah berubah jadi berlumpur licin.
Para guru mengaku sangat terbantu dengan keberadaan anggota TNI yang menjadi sukarewalan. "Kalau tidak ada bapak tentara ini tidak tahu siapa yang membantu mengajar," kata Theresia Agnesia Maturbongs, guru SMPN persiapan Yanggandur. Di SMP ini hanya ada seorang guru dan seorang kepala sekolah merangkap guru.(KOMPAS.com)
Di SD YPPK St Fransiskus Xaverius Yanggandur, Kampung Yanggandur, Distrik Sota, Merauke, ada tiga anggo ta TNI dari Satuan Tugas Batalyon Infanteri 132/Bima Sakti, Pekanbaru, yang bertugas di Pos Pengamanan Perbatasan (Pamtas) Indonesia-Papua Nuigini, di Yanggandur, menjadi tenaga guru sukarelawan.
Di SMP Negeri Persiapan Yanggandur ada seorang anggota TNI yang juga dari Satgas Yonif 132/Bima Sakti menjadi guru sukarelawan mengajar PPKN, Pendidikan Jasmani, dan muatan lokal pertanian.
Siswa-siswa SD YPPK St Fransiskus Xaverius Yanggandur maupun SMPN Persiapan Yanggandur menganggap para tentara itu sebagai guru mereka. "Saya mendapat tugas mengajar kelas tiga," ungkap Prajurit Satu Novan.
Novan mengaku mengajar siswa SD gampang-gampang susah. Tantangan dihadapi bila ada siswa yang belum bisa membaca. Mereka hampir setahun ini bertugas di Yanggandur. Tidak heran bila sudah saling kenal baik dengan para siswa. Namun para anggota TNI tersebut akhir November ini akan ditarik ke kesatuannya dan digantikan pasukan baru.
Kampung Yanggandur berada di dalam kawasan Taman Nasional Wasur, Merauke, berjarak 63 kilometer dari kota Merauke. Untuk mencapai Yanggandur tidak mudah. Dari jalan Trans-Papua yang membelah TN Wasur, harus masuk ke dalam hutan melalui jalan tanah. Pada musim hujan jalan tanah berubah jadi berlumpur licin.
Para guru mengaku sangat terbantu dengan keberadaan anggota TNI yang menjadi sukarewalan. "Kalau tidak ada bapak tentara ini tidak tahu siapa yang membantu mengajar," kata Theresia Agnesia Maturbongs, guru SMPN persiapan Yanggandur. Di SMP ini hanya ada seorang guru dan seorang kepala sekolah merangkap guru.(KOMPAS.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar