Foto: vilenanimation.blogspot.com
Jakarta - Saat kecil, komik Tintin seolah tak pernah lepas dari tangan mungil Rini Triyani Sugianto. Siapa sangka bertahun-tahun kemudian, dia justru menjadi bagian penting dalam proses lahirnya film 'The Adventures of Tintin: Secret of The Unicorn'. Bagi Rini, hanya ada satu kata untuk maju: never give up alias pantang menyerah.
Rini adalah salah satu character animator yang terlibat dalam pembuatan film Tintin besutan sutradara Steven Spielberg. Dia ambil bagian bersama sekitar 80 orang lainnya. Selain Rini, ada orang Indonesia lainnya yang turun membidani film Tintin. Mereka adalah Sindharmawan Bachtiar dan Eddy Purnomo.
"Buat saya, never give up. Jangan pernah bilang menyerah, biarpun kelihatannya susah. Kalau ada kemauan, pasti akan selalu ada jalan," ucap perempuan 31 tahun ini.
Menurut dia, untuk menjadi seorang animator handal tidak harus berpendidikan tinggi. Karena pekerjaan animator ini sangat bergantung pada orang yang bersangkutan, seberapa besar kemauan dan niat mereka untuk belajar. Karena umumnya perusahaan animasi tidak melihat gelar seseorang, melainkan melihat karyanya.
"Untuk para animator, kalau memang ingin bergabung dengan suatu perusahaan animasi, harus pelajari benar-benar tipe animasi mereka bagaimana. Ketika menyampaikan demo, harus disamakan dengan tipe mereka. Karena perusahaan bakal mencari portofolio yang bisa dipakai," papar bungsu dari dua bersaudara ini.
Awal mula Rini terlibat dalam penggarapan animasi Tintin ini adalah saat dia iseng melamar ke Weta Digital. Saat itu Weta mencari animator untuk penggarapan Tintin. Tak disangka, Weta menyukai karya Rini. Setelah sebulan mereka saling kontak, akhirnya Rini resmi direkrut untuk terlibat dalam penggarapan film sang jurnalis berjambul khas itu.
Bagi Rini, peran sertanya dalam pembuatan animasi Tintin merupakan yang pertama kali di kancah perfilm-an. Sebab sebelumnya dia membuat cinematic yang umumnya lebih pendek dari pembuatan film. Nah, untuk Tintin ini, Rini berkontribusi membuat 70 klip.
Rini bekerja di dunia pembuatan animasi sejak 2005. Sebenarnya latar belakang pendidikan kesarjanaannya adalah arsitektur. Sesaat setelah lulus Jurusan Arsitektur di Universitas Parahyangan Bandung, Rini sempat menjadi arsitek. Namun kemudian dia memutuskan untuk melanjutkan kuliah di Academy of Arts di San Francisco, California.
Selepas kuliah, Rini bergabung di perusahaan pembuat game. Dua tahun di perusahaan itu, Rini lantas pindah kerja ke Blur Studio sebagai animator sekaligus animator supervisor. Kemudian dia pindah lagi ke Weta Digital. Untuk diketahui, Weta Digital adalah studio yang menangani Avatar.
"Saya kebetulan sedari kecil suka baca Tintin. Dan momennya tepat sekali ketika saya bisa ikut membuat animasinya," sambung penggemar fotografi, travelling dan climbing ini.
Mengingat komik Tintin sudah terkenal, maka banyak orang familiar dengan karakternya. Karena itu para animator yang terlibat tidak bisa sembarangan mengubah ceritanya.
Uniknya, dalam penggarapan animasi Tintin, Rini juga dibantu anjingnya yang bernama Kali. Maklum, dalam film Tintin ada karakter Snowy yang merupakan anjing Tintin.
"Kita pakai anjing saya juga untuk tahu gerakan-gerakannya. Anjing saya ini umurnya baru dua tahun," tutur Rini dengan nada ceria.
Membuat animasi sebenarnya adalah hobi Rini. Karena itu dia sangat menyukai pekerjaannya sebagai animator. Apalagi bila karyanya bisa dinikmati dan menghibur banyak orang. Tentu memberikan kepuasan batin tersendiri baginya.
Keinginannya sekarang adalah terlibat dalam pembuatan film sebanyak-banyaknya. Ke depannya, Rini ingin mencoba feature animation seperti Dreamworks atau Pixar. Yang jelas saat ini, Rini tengah disibukkan penggarapan animasi film 'The Avengers'.
Sepengetahuan perempuan yang banyak menghabiskan waktunya di Jakarta ini, banyak animator asal Indonesia yang sudah mendunia. Hal itu menunjukkan Indonesia tidak kalah saing dengan animator asing.
Sayangnya, animasi di Indonesia masih baru sehingga lapangan kerja bagi para animator lebih terbuka di luar negeri, seperti Australia dan Amerika Serikat. Meski begitu, dia mendorong para animator Indonesia untuk percaya diri melangkah dan menunjukkan karyanya.
"Saya beberapa kali jadi juri, animasi karya animator kita bagus-bagus kok. Apalagi sekarang mulai banyak komunitas animasi dan 3D di Indonesia," papar Rini yang kini tinggal di New Zealand ini.
Membuat animasi artinya harus siap berkecimpung dengan detail. Meski kerap lembur dan bahkan tidak pulang, namun Rini toh tidak pernah kapok. Untuknya, dibayar untuk melakukan sesuatu yang disenanginya adalah kebahagiaan. Karena baginya hidup adalah perjuangan, maka tak akan pernah ada kata menyerah dalam perjuangannya.
(vit/nwk)detikNews
Rini adalah salah satu character animator yang terlibat dalam pembuatan film Tintin besutan sutradara Steven Spielberg. Dia ambil bagian bersama sekitar 80 orang lainnya. Selain Rini, ada orang Indonesia lainnya yang turun membidani film Tintin. Mereka adalah Sindharmawan Bachtiar dan Eddy Purnomo.
"Buat saya, never give up. Jangan pernah bilang menyerah, biarpun kelihatannya susah. Kalau ada kemauan, pasti akan selalu ada jalan," ucap perempuan 31 tahun ini.
Menurut dia, untuk menjadi seorang animator handal tidak harus berpendidikan tinggi. Karena pekerjaan animator ini sangat bergantung pada orang yang bersangkutan, seberapa besar kemauan dan niat mereka untuk belajar. Karena umumnya perusahaan animasi tidak melihat gelar seseorang, melainkan melihat karyanya.
"Untuk para animator, kalau memang ingin bergabung dengan suatu perusahaan animasi, harus pelajari benar-benar tipe animasi mereka bagaimana. Ketika menyampaikan demo, harus disamakan dengan tipe mereka. Karena perusahaan bakal mencari portofolio yang bisa dipakai," papar bungsu dari dua bersaudara ini.
Awal mula Rini terlibat dalam penggarapan animasi Tintin ini adalah saat dia iseng melamar ke Weta Digital. Saat itu Weta mencari animator untuk penggarapan Tintin. Tak disangka, Weta menyukai karya Rini. Setelah sebulan mereka saling kontak, akhirnya Rini resmi direkrut untuk terlibat dalam penggarapan film sang jurnalis berjambul khas itu.
Bagi Rini, peran sertanya dalam pembuatan animasi Tintin merupakan yang pertama kali di kancah perfilm-an. Sebab sebelumnya dia membuat cinematic yang umumnya lebih pendek dari pembuatan film. Nah, untuk Tintin ini, Rini berkontribusi membuat 70 klip.
Rini bekerja di dunia pembuatan animasi sejak 2005. Sebenarnya latar belakang pendidikan kesarjanaannya adalah arsitektur. Sesaat setelah lulus Jurusan Arsitektur di Universitas Parahyangan Bandung, Rini sempat menjadi arsitek. Namun kemudian dia memutuskan untuk melanjutkan kuliah di Academy of Arts di San Francisco, California.
Selepas kuliah, Rini bergabung di perusahaan pembuat game. Dua tahun di perusahaan itu, Rini lantas pindah kerja ke Blur Studio sebagai animator sekaligus animator supervisor. Kemudian dia pindah lagi ke Weta Digital. Untuk diketahui, Weta Digital adalah studio yang menangani Avatar.
"Saya kebetulan sedari kecil suka baca Tintin. Dan momennya tepat sekali ketika saya bisa ikut membuat animasinya," sambung penggemar fotografi, travelling dan climbing ini.
Mengingat komik Tintin sudah terkenal, maka banyak orang familiar dengan karakternya. Karena itu para animator yang terlibat tidak bisa sembarangan mengubah ceritanya.
Uniknya, dalam penggarapan animasi Tintin, Rini juga dibantu anjingnya yang bernama Kali. Maklum, dalam film Tintin ada karakter Snowy yang merupakan anjing Tintin.
"Kita pakai anjing saya juga untuk tahu gerakan-gerakannya. Anjing saya ini umurnya baru dua tahun," tutur Rini dengan nada ceria.
Membuat animasi sebenarnya adalah hobi Rini. Karena itu dia sangat menyukai pekerjaannya sebagai animator. Apalagi bila karyanya bisa dinikmati dan menghibur banyak orang. Tentu memberikan kepuasan batin tersendiri baginya.
Keinginannya sekarang adalah terlibat dalam pembuatan film sebanyak-banyaknya. Ke depannya, Rini ingin mencoba feature animation seperti Dreamworks atau Pixar. Yang jelas saat ini, Rini tengah disibukkan penggarapan animasi film 'The Avengers'.
Sepengetahuan perempuan yang banyak menghabiskan waktunya di Jakarta ini, banyak animator asal Indonesia yang sudah mendunia. Hal itu menunjukkan Indonesia tidak kalah saing dengan animator asing.
Sayangnya, animasi di Indonesia masih baru sehingga lapangan kerja bagi para animator lebih terbuka di luar negeri, seperti Australia dan Amerika Serikat. Meski begitu, dia mendorong para animator Indonesia untuk percaya diri melangkah dan menunjukkan karyanya.
"Saya beberapa kali jadi juri, animasi karya animator kita bagus-bagus kok. Apalagi sekarang mulai banyak komunitas animasi dan 3D di Indonesia," papar Rini yang kini tinggal di New Zealand ini.
Membuat animasi artinya harus siap berkecimpung dengan detail. Meski kerap lembur dan bahkan tidak pulang, namun Rini toh tidak pernah kapok. Untuknya, dibayar untuk melakukan sesuatu yang disenanginya adalah kebahagiaan. Karena baginya hidup adalah perjuangan, maka tak akan pernah ada kata menyerah dalam perjuangannya.
(vit/nwk)detikNews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar