Sabrina AsrilPenyapu ranjau paku yang tergabung dalam Komunitas Sapu Bersih (Saber) menunjukkan peralatan magnet sederhana bekas onderdil kendaraan yang dipakai untuk menyisir jalan-jalan Ibu Kota.
JAKARTA, Secara kasat mata, kegiatan penyapu ranjau paku yang tergabung dalam komunitas Saber memang sangat sederhana. Bermodalkan magnet bekas alat-alat elektronik atau onderdil kendaraan, orang-orang ini menyisir jalan-jalan Ibu Kota tiap harinya. Namun, di balik upaya sekelompok orang yang peduli akan keselamatan pengguna jalan itu, rupanya ada cerita dari masing-masing anggotanya.
Syaifudin, Koordinator Komunitas Saber di Jakarta Pusat, mengaku dirinya kerap kali dicaci masyarakat karena menghalangi jalan saat mengumpulkan ranjau paku di wilayah Senen.
"Mungkin masyarakat awalnya merasa aneh kenapa ada orang di pinggir jalan sendirian jongkok-jongkok. Mereka marah karena merasa jalanannya dihalangi," ujar Syaifudin yang berprofesi sebagai tukang ojek ini, Rabu (11/1/2012), usai menerima penghargaan di Mapolda Metro Jaya.
Karena sama sekali tidak memakai seragam atau perangkat keamanan lain, Syaifudin bahkan pernah nyaris ditabrak mobil. Beruntung, Syaifudin saat itu sigap dan berhasil menghindar. "Hanya tangan saja keserempet," ucapnya.
Pihak keluarga pun sempat menentang kegiatan Syaifudin menyapu ranjau paku. "Mereka bilangngapain sih ikut-ikutan mulung paku? Mereka takut kerjaan saya terpengaruh, tapi alhamdulillah nggakmengganggu," paparnya.
Abdul Rohim, Wakil Ketua Komunitas Saber, bahkan memiliki pengalaman lebih menakutkan. Dia pernah dikeroyok dua orang pria tak dikenal yang diduga pelaku penebar paku saat dirinya sedang membersihkan ranjau paku di Jalan Daan Mogot, Jakarta Barat, pada awal tahun 2009.
"Jadi modusnya nyebar paku sambil lewat, lalu mereka memutar lagi dan cek apakah ranjau pakunya masih ada apa nggak. Nah, pas mereka ngecek, saya lagi bersihin paku-paku itu," papar Rohim yang bekerja sebagai sopir di perusahaan swasta ini.
Dua orang pria tak dikenal yang mengendarai sepeda motor kemudian mendekati Rohim. Salah seorang di antaranya menggertak Rohim, "Hei kamu! Cari mampus yah?" tiru Rohim. Sementara seorang lagi menendang punggung Rohim yang masih jongkok mengambil ranjau paku. Orang itu langsung turun dari motor dan memaki Rohim.
"Satu orang di motor nggak basa-basi langsung ngegas motornya ke arah saya. Saya menghindar," tutur Rohim.
Pada bulan Agustus 2011, Rohim mendapat pengalaman pahit lagi. Saat sedang membersihkan paku di lampu merah Jalan Panjang, Jakarta Barat, tiba-tiba ada motor yang langsung melaju kencang di samping Rohim. Rohim berusaha menghindar, tetapi tangannya yang masih memegang magnet terserempet. Tangannya pun luka, sementara magnet pemberian seorang sopir Kopaja rusak parah.
"Waktu itu belum ada koordinasi dengan polisi, jadi nggak lapor. Kalau sekarang sudah ada jadi tinggal telepon polisi kalau kita ketemu pelaku penebar paku," ucapnya.
Menurut Ketua Komunitas Saber, Siswanto, sukarelawan-sukarelawan penyapu ranjau paku memang kerap menghadapai cacian dan ancaman. "Ada ancaman SMS, dilempar botol, ditabrak di jalan, sampai diancam dibunuh," ungkap Siswanto.
Kendati demikian, para sukarelawan ini tidak kapok dalam menyapu ranjau paku setiap hari. Meski tidak dibayar dan menemukan banyak kendala di lapangan, semangat para sukarelawan ini tidak surut.
"Pokoknya sampai Jakarta bersih, baru kita berhenti. Nggak tahu sampai kapan, dijalani saja. Sekarang kita kalau dapat paku banyak, itu jadi kepuasan batin," ungkap Rohim.
Selain itu, dengan semakin banyaknya pemberitaan tentang inisiatif komunitas ini, cacian masyarakat kian berkurang. Cacian itu kini berganti pujian. Pujian yang menjadi pelecut semangat para sukarelawan.
"Kami memang tidak niat untuk dipuji karena awalnya hanya karena kesialan masing-masing saja. Tapi dengan dukungan masyarakat, membuat kami punya tenaga lebih," tukas Syaifudin.http://megapolitan.kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar