SURYA/NEDI PUTRA AW/SURYA/NEDI PUTRA AW
Sulung Hadi Sukmawan (25), warga Jodipan Wetan, Blimbing, Kota Malang. yang babak belur diduga dihantam petugas pengamanan Presiden SBY, dirawat di RS Saiful Anwar Malang, Kamis (12/1). (SURYA/NEDI PUTRA AW)
MALANG - Pihak Kepolisian menyebut, usai menyerobot barikade kedua, menurut Fahri, Sulung sempat mengejek petugas dengan cara melakukan standing (mengangkat roda depan motornya) dengan kecepatan sekitar 80 kilometer per jam.
Kemudian, Sulung malah menabrak barikade ketiga serta jejeran kursi dan motor petugas. Akibat tabrakan ini, gigi Sulung rompal, tangan dan kaki kiri luka lecet parah sehingga Sulung tak sadarkan diri. Sedangkan Slamet meskipun luka parah di bagian tubuhnya sebelah kiri, ia masih sadar.
Di saat yang bersamaan, dari arah timur melintas mobil pikap warna hitam dan dihentikan oleh petugas untuk mengevakuasi korban. Menurut saksi di lapangan, Sodik (58) beserta istrinya, penjual gorengan di sekitaran lokasi (Jl Madura) dan pejalan kaki yang melintas di kawasan Ring dua, Bernama Kris,
Sulung jatuh karena menabrak jejeran kursi dan motor petugas. “Jadi, kalau Sulung jatuh akibat dipukul tongkat oleh petugas, itu salah,” kata Kasat Lantas Polres Malang Kota, AKP Fahri Siregar.
Bahkan, lanjut Fahri, tak ada seorang petugas pun yang menyentuh tubuh Sulung. Bahkan saat dievakuasi ke atas pikap, ini dilakukan oleh Slamet sendiri. Dari keterangan tersebut ada kejanggalan, jika memang terjadi kecelakaan, kenapa petugas di sekitaran lokasi tidak menolong Sulung (menyentuhnya).
Mengapa malah Slamet yang menolongnya? Selain itu, mengapa di kawasan Ring dua, ada pejalan kaki yang melintas, bahkan berjarak beberapa meter dari penginapan SBY, serta kenapa pikap diperbolehkan melintas. Bukankah itu kawasan Ring dua yang seharusnya steril dari warga sipil.
Disinggung soal siapa sopir pikap dan pejalan kaki yang bernama Kris, Fahri mengaku tidak mengantongi identitasnya.
“Sopir dan Kris adalah orang tak dikenal, mereka hanya kebetulan melintas,” jawab Fahri saat disinggung mengenai identitas saksi.
Yang mengejutkan lagi, jika toh memang petugas tidak melakukan pemukulan, sewaktu Slamet mengevakuasi Sulung ke atas pikap, petugas malah asyik mengabadikan momen ini dengan kameranya.
Hal ini dibuktikan oleh pernyataan Fahri sendiri, sewaktu Sulung terkapar di Jl Tanimbar hingga akhirnya dilarikan ke RS RKZ, petugas memang memotretnya. “Ini hasil jepretan petugas,” kata Fahri sambil menunjukkan potret Sulung sewaktu dievakuasi Slamet ke atas pikap.
Saat disinggung adanya bukti otentik mengenai pemukulan petugas kepada Sulung berupa rekaman video, Fahri mengaku tidak mengetahuinya. Sejauh ini, yang didapatkan di lapangan hanyalah rekaman dalam bentuk JPG (gambar), bukan video. “Hanya gambar,” katanya singkat.
Mengenai dompet Sulung yang dikabarkan hilang, dompet itu kemarin ditunjukan petugas kepada rekan-rekan wartawan. Di dalam dompet berwarna hitam dengan kombinasi warna kuning ini, kini tidak ada uang sepeser pun di dalamnya. Yang ada hanya selembar foto bergambar Sulung berukuran 4x6. Padahal, sebelumnya, Sulung mengisi dompetnya dengan uang Rp 300.000 yang diperoleh dari gaji kerja sebagai pekerja pabrik mebel di kawasan Mergan. “Kalau soal uang yang hilang, kami tidak tahu, kami menerima dalam kondisi kosong, hanya ada foto korban,” kata Fahri.
Editor: Hasiolan Eko P Gultom | Sumber: Surya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar