Kota Bukittinggi setiap hari didatangi pengemis dengan beragam alasan. Pengemis berasal dari luar kota Bukittinggi.
BUKITTINGGI, Banjir pengemis sudah menjadi pemandangan biasa di Tanah Air tanpa kecuali di Kota Bukittinggi. Beberapa orang pengemis masih terlihat di Kota Bukittinggi. Mereka tidak hanya mangkal di seputar trotoar Istana Bung Hatta, tapi juga di Pasar Bawah dan beberapa tempat lainnya yang banyak keramaian.
Salah seorang pengemis di pendakian monumen Bung Hatta, Zurniati yang mengaku datang dari Batusangkar ketika dikonfirmasi, Rabu (22/2) mengatakan, pekerjaan mengemis telah ia jalani selama 2 tahun karena diterlantarkan oleh suami.
“Saya tidak memiliki sanak saudara yang mempedulikan nasib saya, mengemis ini saya lakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari,” kata ibu paruh baya itu sambil menangis
Ia mengakui sudah tak bisa melakukan pekerjaan lain lagi dengan kondisinya sekarang. “Saya hanya bisa meminta-minta untuk mendapatkan rezeki dari kedermawanan para pengunjung yang datang,” katanya getir.
Dari pantauan beberapa tempat di Bukittinggi, terlihat hanya tujuh sampai delapan orang pengemis.
Kepala Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Bukittinggi, Salman ketika ditemui, Rabu siang menjelaskan, penertiban dan pembinaan sudah sering dilakukan, namun pihaknya sulit mengawasi pengemis yang telah dibina dan ditertibkan namun kembali lagi ke Bukittinggi.
“Setiap dilakukan pengembalian pengemis ke daerah asal, kita tidak bisa menjamin pengemis tak kembali lagi ke Bukittinggi,” jelas Salman.
Salman bersyukur karena tidak ada warga Bukittinggi yang melakoni profesi itu. Setidaknya dapat diketahui ketika dilakukan penertiban, mereka dari luar Kota Bukittinggi semua.
Menurut Salman, sejak tahun 2010 lalu, Pemko Bukittinggi memberi bantuan Rp300 ribu per bulan kepada penderita cacat berat dan lansia miskin, dana yang berasal dari APBD Kota Bukittinggi bertujuan untuk meringankan beban mereka yang memiliki keterbatasan dalam hidup.
“Bantuan dana Rp300 ribu bertujuan mengurangi jumlah pengemis khusus warga Kota Bukittinggi, sehingga dapat memanfaatkan dana untuk memenuhi kebutuhan, dan menjalankan usaha tanpa meminta-minta,” kata Salman.
Ia menambahkan, bantuan Rp300 ribu perbulan bagi penerima cacat berat dan lansia miskin tahun 2010 lalu tercatat sebanyak 238 orang. Di tahun 2011 lalu, jumlah penerima tidak jauh beda dengan jumlah tahun 2010. Sedangkan pada tahun 2012 ini, sebanyak 260 orang. bantuan kesejahteraan yang diberikan merupakan kegiatan rutin tiap tahun yang dilakukan Pemko Bukittinggi. Tujuannya agar mereka tidak bekerja sebagai pengemis lagi.
“Kami juga telah membekali mereka dengan keterampilan berwirausaha. Seperti pelatihan di bidang perbengkelan, industri, dan perbaikan alat-alat elektronik bagi usia angkatan kerja,” kata Salman. (jon/mg2)http://www.harianhaluan.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar