PASAMAN BERDUKA
Banjir bandang mahondoh tiga nagari di Pasaman. Puluhan rumah hanyut. Tiga nagari terisolasi dan belum diketahui jumlah korban jiwa. Pembabatan hutan bisa jadi penyebab banjir besar ini.
PASAMAN, Sumatera Barat tak usai dirundung musibah. Belum selesai kebakaran hebat yang melanda Koppas Plaza Pasar Raya Padang tiga hari lalu, kini musibah bencana alam banjir bandang dan longsor menghantam pemukiman penduduk di tiga nagari di Kabupaten Pasaman, Rabu (22/2) sekitar pukul 18.15 WIB. Pasaman pun berduka.
Ketiga nagari itu adalah Nagari Simpang, Nagari Alahan Mati, dan Nagari Kaciak yang ketiganya berada di Kecamatan Simpati. Banjir bandang dan longsor di beberapa titik, antara lain Jorong Simpang Utara, Simpang Selatan, Pasar Simpang, Kampung Aur, dan Kampung Siri. Alahan Mati dan Nagari Simpang parah digulung galodo.
Laporan wartawan Haluan di lokasi kejadian, sepanjang 1 km lebih, Bukik Macang di sisi kiri jalan raya arah Kinali terban dan menimbun pemukiman warga di kaki bukit itu. Puluhan rumah kupak-kupak, sebuah bangunan SD, musala dan rumah makan tertimbun, tiga mobil yang sedang melintas juga ikut terseret banjir, dan beberapa buah kendaraan motor roda dua. Tampak kekayuan dan bebatuan disertai lumpur bergulung-gulung menerjang dari atas bukit sekitar dan membelintang bersama lumpur menutup jalan. Tiga lokasi itu sampai pukul 00.00 WIB tadi malam masih terisolir, belum diketahui jumlah korban jiwa dan kerugian. Namun dari informasi warga, ada dua warga yang memancing di sungai yang hingga tadi malam belum ditemukan.
Menurut salah seorang warga setempat, sepanjang 50 tahun terakhir, inilah musibah paling parah yang pernah melanda tiga nagari itu. “Meluapnya Batang Sinabung penyebab banjir bandang ini. Saya kira hutan di hulu sungai sudah dijarah. Selain Batang Sinabung, ada juga Sungai Ulu Tambuluah Bukit Ambacang yang saya perkirakan hulunya juga sudah gundul,” katanya sembari memperkirakan penyebabanya.
Yozawardi, Kepala Dinas Kehutanan Pasaman, menduga ada tiga penyebab banjir bandang itu. “Pertama penebangan liar, kedua banyaknya penanaman coklat di sekitar bukit, dan ketiga sungai yang tak mampu menampung debet air yang demikian besar,” katanya.
Sementara itu, Wali Nagari Simpang Adek Jumailis, menyebutkan di Bukit Malampah dikabarkan, 30 orang terkurung empat mobil rusak belasan motor terserat air. Untuk sementara 200 KK di Pasa Simpang mengungsi ke lokasi yang lebih aman.
Hingga berita ini ditulis, belum diketahui berapa jumlah korban jiwa yang ditelan galodo tersebut, namun sejumlah aparat kepolisian, Satpol PP dan alat berat sudah tiba di lokasi, namun belum bisa melakukan evakuasi, karena arus masih cukup besar sehingga menyulitkan tim bantuan menembus lokasi.
Yazid Fadli, Kepala BPBD Sumbar mengatakan, setelah mendapat kabar banjir bandang itu, tim langsung diturunkan ke lokasi kejadian.
“Alat-alat berat sudah diberangkatkan,” katanya.
Bupati Pasaman, Benny Utama bersama rombongannya hanya bisa berada paling jauh 15 Km dari jalan Lintas Sumatera. “Kita tidak bisa masuk sampai ke lokasi, jalanan tertutup timbunan dan kayu-kayu besar, jempatan pun ambruk, hujan sangat lebat,” kata Benny Utama.
Gubernur Sumbar Irwan Prayitno yang ditelepon Bupati Pasaman Beny Utama menyatakan rasa dukanya yang mendalam.
“Malam tadi langsung memerintahkan Kepala BPBD Sumbar untuk turun ke Pasaman membawa alat berat dan bantuan yang diperlukan guna melakukan evakuasi. Karena sulitnya medan dan hujan lebat, alat itu belum sampai hingga tadi malam,” tambah Beny
Menurut Yazid, ada dua kemungkinan yang bisa ditempuh untuk melakukan evakuasi. Pertama masuk lewat Lintas Tengah via Bukittinggi, dan yang kedua lewat Pariaman menyusuri jalan Lintas Barat ke Pasaman Barat. Dari situ ke Malampah. Karena kawasan itu berada di perbatasan dua Kabupaten (Pasaman dan Pasaman Barat) maka evakuasi harus dilakukan dari dua pintu masuk itu agar bisa mempercepat pembukaan isolasi dan bantuan makanan ataupun pencarian korban bisa dilakukan segera.
Salah seorang korban galodo Jon Hendri, warga Simpang Utara, kepada Haluan, mengatakan, rumah tempat tinggalnya dan sebuah kedai PMD tempat usahanya sudah ludes disapu galodo. “Anak istrinya saya berhasil melarikan diri ke arah perbukitan,” kata Jon Hendri terbata-bata.
Korban lainya, Eni kepada Haluan mengatakan, rumah yang dia tempati berjarak sekitar 500 meter dari lokasi kejadian, tetapi tidak terkena hantaman galodo, namun suaminya belum juga kunjung pulang dari Bukittinggi.
“Saya cemaskan suami saya, hingga malam ini belum juga pulang. Apakah dia masih berada di Bukittinggi atau dalam perjalanan atau terjadi apa-apanya di tengah jalan,” kata Eni sambil menangis.
Camat Palupuh yang dihubungi Haluan, M Arsyid mengatakan jalan raya Palupuh-Pasaman tadi malam macet total sehingga tidak satupun kendaraan roda empat yang bisa melintas.
Bukitinggi Banjir
Sementara itu, dari Bukittinggi dilaporkan, dua keluarga di RT 2 RW 2, Kelurahan Manggis Ganting, Kecamatan Mandiangin Koto Salayan, Bukittinggi terpaksa mengungsi, karena rumah mereka direndam banjir dengan ketinggian sekitar 1,5 meter tadi malam.
Ironisnya genangan air itu ditengarai akibat urukan tanah pembangunan Kampus Stikes For de Kok di kawasan tersebut.
Kedua rumah yang terendam itu masing-masing milik Zulfirman, Ketua RT setempat dan Fitri Susilawarni. “Saya sudah sering menyampaikannya kepada pihak Stikes untuk men-dam tanah timbunan kampus itu, tetapi tidak diindahkan. Ya, beginilah jadinya kami jadi korban akibat hujan deras dari sore,” kata Zulfirman tadi malam.
Zulfirman yang terpaksa mengungsi ke rumah familinya berharap Pemko Bukittinggi menegur pihak Stikes karena dinilai tak peduli dengan masyarakat sekitar. “Faktanya begini, dan tentunya kita berharap ada teguran dan perhatian dari pihak Pemko, agar tak terjadi lagi,” lanjutnya. (h/jon/tos/vie)http://www.harianhaluan.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar