Jakarta - Menteri BUMN Dahlan Iskan mengaku deg-degan menjelang 6 Agustus 2012 karena pada tanggal tersebut genap 5 tahun menjalani masa cangkok hati.
"Lima tahun merupakan masa kritis. Jika kurun waktu tersebut terlewati maka Insya Allah saya selamat," kata Dahlan di Istora Senayan, Jakarta, Rabu sore.
Di sela-sela peluncuran tiga bukunya yang diterbitkan Kompas Gramedia berjudul "Dua Tangis Ribuan Tawa", "Ganti Hati: Tantangan Jadi Menteri" dan "Tidak Ada Yang Tidak Bisa", Dahlan mengatakan bahwa dirinya ibarat menghitung hari.
Pada peluncuran buku itu Dahlan menjadi narasumber dengan menghadirkan mantan Wapres Jusuf Kalla, Komisaris Bank BCA Raden Pardede dan wartawan senior Kompas Budiarto Shambazy.
Saat membahas buku "Cangkok Hati: Tantangan Menjadi Menteri", Dahlan mengisahkan dirinya pernah memberi pertolongan kepada seorang kenalan untuk menjalani operasi di salah satu rumah sakit di Singapura.
"Saya memberi jaminan kepada pihak rumah sakit untuk operasi tersebut. Operasi berlangsung lancar, namun tidak lama kenalan saya itu akhirnya meninggal dunia," ujarnya.
Dahlan memberikan gambaran bahwa transpalantasi hati bagi seseorang hanya sebuah jalan, namun tetap takdir yang menentukan.
"Untuk itu saya bersyukur mendapatkan berkah dan bisa bertahan hingga saat ini," ujarnya.
Menurut pria kelahiran Magetan 17 Agustus 1951 ini, kunci dirinya bisa bertahan adalah disiplin.
"Saya disiplin karena taruhannya mati. Sesuatu yang taruhannya mati akan membuat seseorang tingkat disiplinnya meningkat," ujarnya.
Pada kesempatan itu, Dahlan juga membuka rahasia bisa bertahan, yaitu tetap bekerja keras, berolahraga dan tidak lupa minum obat.
"Obat yang saya konsumsi tiga kali sehari bukanlah untuk menyembuhkan, tetapi hanya alat untuk mempertahankan agar hati yang dicangkok tetap terkoneksi dengan tubuh saya," ujarnya.
Ia bersoloroh, ibarat komputer, obat itu hanya semacam konektor dari komputer Apple ke Microsoft.
"Jika ada penolakan, maka bisa saja sewaktu-waktu terjadi diskoneksi. Ini yang harus tetap dijaga dengan konsumsi obat yang dosisnya makin lama sudah semakin kecil," ujarnya.
(T.R017/S023)
Editor: Ruslan Burhani
Tidak ada komentar:
Posting Komentar