PADANG, Puluhan anggota Brimob Polda Sumbar menggagalkan upaya puluhan warga Ketaping Padang Pariaman yang berupaya memblokir jalan menuju Bandara Internasional Minangkabau (BIM), Selasa (20/3). Namun sejumlah petugas kepolisian juga sempat dibuat pusing atas ulah warga, yang merazia pejabat pemerintah yang melintas di lokasi BIM, dengan cara menghentikan kendaraan plat merah.
Warga yang berunjuk rasa di jalan utama menuju BIM, tepatnya di depan Mapolsek BIM atau berjarak sekitar 500 meter dari gerbang BIM, dipicu kekecewaan warga kepada pemerintah yang hingga kemarin belum juga melakukan ganti rugi tanah sekitar 100 hektare yang digunakan untuk pelebaran landasan pacu di BIM.
Uniknya, aksi unjuk rasa yang dilakukan warga Ketaping itu juga diikuti oleh sejumlah pejuang veteran, yang berbusana ala pejuang. Selain itu, beberapa warga juga menggotong benda yang menyerupai keranda mayat, yang biasanya aksi itu dilakukan oleh para mahasiswa.
Dalam unjuk rasa tersebut, warga menuntut pemerintah secepatnya membayarkan biaya ganti rugi tanah kepada mereka. Jika pemerintah mengabaikan aspirasi itu, warga mengancam akan kembali mengambil alih lahan tersebut dan akan dipergunakan kembali untuk lahan bercocok tanam.
Menyikapi hal ini, GM Angkasa Pura II Cabang Padang Agus Kemal menegaskan, aksi unjuk rasa yang dilakukan warga itu salah alamat. Agus Kemal mengatakan, seharusnya warga komplain masalah itu ke pemerintah Kabupaten Padang Pariaman, karena pihak Angkasa Pura II hanya sebagai pengelola bandara.
“Masalah ganti rugi tanah itu merupakan tugas dan tanggungjawab Panitia 9 di Kabupaten Padang Pariaman. Dulu Panitia 9 pernah mengatakan jika ganti rugi tanah telah selesai, jadi saya tidak tahu tanah yang mana yang bermasalah saat ini, dan tanah milik siapa yang belum dibayarkan,” tutur Agus Kemal.
Agus Kemal menganjurkan kepada warga Ketaping yang mengaku belum dibayarkan ganti rugi tanah untuk berkonsultasi dan menyelesaikan permasalahan tersebut ke Panitia 9 Kabupaten Padang Pariaman.
Agus Kemal juga menjelaskan, sebelum BIM dibangun, pemerintah pusat dan daerah telah melakukan survey ke lapangan. Kawasan Ketaping yang dulunya merupakan tanah rawa yang dipilih sebagai lokasi pembangunan BIM. Sebahagian lahan tersebut yang dipakai tersebut merupakan lahan negara, selebihnya lahan warga sekitar.(h/wan)
http://www.harianhaluan.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar