SEMARANG, Ratusan murid Sekolah Dasar Negeri (SDN) 02 Kandangan dan SDN 04 Kandangan, Bawen, Kabupaten Semarang terpaksa belajar di tengah hiruk-pikuk pembangunan jalan tol Semarang-Solo. Hal ini terjadi karena relokasi gedung sekolah hingga kini belum terealisasi akibat terkendala pembebasan lahan pengganti.
Setiap hari hampir setengah tahun terakhir, sejak dimulainya proyek tol Semarang-Solo seksi Ungaran-Bawen ini, bocah-bocah ini harus menahan nafas saat debu berterbangan akibat lalu lalang kendaraan proyek. Debu juga mengotori hampir semua yang ada di dalam ruangan kelas. "Tidak bisa konsentrasi," kata Risnanda Rudi Nugroho (12) siswa kelas VI SDN 02, Selasa (28/2/2012) kemarin.
Kendaraan berat yang melintas menimbulkan suara bising dan membuat tanah di sekitarnya bergetar. Seolah gedung sekolah yang sudah tua itu akan runtuh. "Saat menerangkan pelajaran, kami setengahnya harus berteriak untuk mengimbangi suara dari kendaraan proyek yang lewat,'' kata Kepala SDN 2 Kandangan, Titik Rusmiyati.
Terkait gangguan debu, Titik mengatakan, dulu pernah ada bantuan masker dari Dewan Pendidikan Kabupaten Semarang. "Sekarang siswa jarang yang pakai, apalagi masker itu sebenarnya satu kali pakai kan?'' katanya.
Titik berharap pada tahun ajaran baru nanti para siswa sudah bisa pindah ke gedung sekolah yang baru. "Saya dengar-dengar lahan pengganti sudah siap, SD 2 nanti pindah di kiri jalan tol, sedangkan SD 4 di barat jalan tol. Mudah-mudahan benar,'' katanya.
Tak terhitung jumlah pejabat, mulai dari Bupati hingga anggota DPRD yang meninjau langsung kondisi para siswa tersebut. Kasus ini juga mendapatkan peliputan yang luas dari sejumlah media. Tapi semua tak membuahkan hasil untuk percepatan relokasi. Sejumlah pihak menuding Pemerintah terlambat mengambil langkah antisipasi.
Harga tanah di sekitar jalan tol Semarang-Solo sudah terlanjur naik, sementara para pemilik tanah mematok nilai ganti kerugian yang sangat tinggi, di luar harga taksiran resmi.
http://regional.kompas.com Setiap hari hampir setengah tahun terakhir, sejak dimulainya proyek tol Semarang-Solo seksi Ungaran-Bawen ini, bocah-bocah ini harus menahan nafas saat debu berterbangan akibat lalu lalang kendaraan proyek. Debu juga mengotori hampir semua yang ada di dalam ruangan kelas. "Tidak bisa konsentrasi," kata Risnanda Rudi Nugroho (12) siswa kelas VI SDN 02, Selasa (28/2/2012) kemarin.
Kendaraan berat yang melintas menimbulkan suara bising dan membuat tanah di sekitarnya bergetar. Seolah gedung sekolah yang sudah tua itu akan runtuh. "Saat menerangkan pelajaran, kami setengahnya harus berteriak untuk mengimbangi suara dari kendaraan proyek yang lewat,'' kata Kepala SDN 2 Kandangan, Titik Rusmiyati.
Terkait gangguan debu, Titik mengatakan, dulu pernah ada bantuan masker dari Dewan Pendidikan Kabupaten Semarang. "Sekarang siswa jarang yang pakai, apalagi masker itu sebenarnya satu kali pakai kan?'' katanya.
Titik berharap pada tahun ajaran baru nanti para siswa sudah bisa pindah ke gedung sekolah yang baru. "Saya dengar-dengar lahan pengganti sudah siap, SD 2 nanti pindah di kiri jalan tol, sedangkan SD 4 di barat jalan tol. Mudah-mudahan benar,'' katanya.
Tak terhitung jumlah pejabat, mulai dari Bupati hingga anggota DPRD yang meninjau langsung kondisi para siswa tersebut. Kasus ini juga mendapatkan peliputan yang luas dari sejumlah media. Tapi semua tak membuahkan hasil untuk percepatan relokasi. Sejumlah pihak menuding Pemerintah terlambat mengambil langkah antisipasi.
Harga tanah di sekitar jalan tol Semarang-Solo sudah terlanjur naik, sementara para pemilik tanah mematok nilai ganti kerugian yang sangat tinggi, di luar harga taksiran resmi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar