billion.mekar.bizProfil Angga Khoirul Imam di situs Sampoerna Academy.
Remaja kalem ini sebenarnya tidak mengharapkan nilai tinggi saat pengumuman hasil ujian nasional, Jumat (25/5/2012). Toh, dia sudah diterima di Texas Tech University di Amerika jurusan Teknik Industri.
Namun, ketika Dinas Pendidikan Kota Malang menyebut namanya sebagai peraih nilai ujian nasional (UN) tertinggi se-Kota Malang, Angga Khoirul Imam (18) tak bisa menyembunyikan kegembiraannya itu. ”Apa benar? Saya, kok, tidak percaya dengan informasi ini,” katanya ketika Surya menemuinya di asrama SMA Negeri 10 Malang Sampoerna Academy di Jalan Raya Tlogowaru, Kelurahan Tlogowaru, Kecamatan Kedungkandang, kemarin.
Setelah diyakinkan berulang kali, akhirnya dia benar-benar yakin apabila dialah peraih nilai UN tertinggi di kotanya tahun ini. Sesaat dia termenung dan mengucapkan kalimat syukur berulang kali atas prestasi yang tidak pernah diharapkannya itu. ”Nilai berapa pun asalkan saya lulus dan bisa secepatnya kuliah. Saya sudah diterima di salah satu kampus di Amerika jadi nilai UN tidak begitu menjadi perioritas saya,” ujarnya sedikit malu.
Angga meraih nilai UN 57,65 atau rata-rata-rata 9,60. Selain unggul di program IPA, nilai Angga juga jauh lebih tinggi dari siswa di program IPS dan Bahasa.
Dia tidak memiliki trik khusus selama persiapan UN dulu. Dia belajar seperti teman-teman lainnya, bahkan dia mengaku tidak serajin teman lainnya. ”Saya kadang jenuh belajar, saya tinggal main gamedi laptop,” ungkapnya.
Angga lalu bercerita banyak tentang dirinya dan keluarganya. Juga tentang perjalanannya diterima di Texas Tech University. Keputusan kuliah di Texas Tech University merupakan keputusan terbesar yang pernah diambil anak kedua dari tiga bersaudara ini. ”Itu bukan beasiswa, lho. Sampoerna Academy memberi pinjaman dana hingga kuliah saya selesai dan pinjaman itu harus saya ganti setelah saya kerja nanti,” ujarnya.
Jumlah dana yang dia pinjam untuk kuliah di Texas Tech University itu cukup besar. Hingga lulus, Angga memperkirakan akan berutang Rp 1,5 miliar. ”Awalnya saya juga ragu bagaimana cara mengembalikan itu nanti. Namun, Sampoerna Academy sudah seperti keluarga. Cicilannya sekitar 20 persen dari gaji setelah saya bekerja nanti,” tutur penggemar buku-buku agama itu.
Dia tidak memiliki trik khusus selama persiapan UN dulu. Dia belajar seperti teman-teman lainnya, bahkan dia mengaku tidak serajin teman lainnya. ”Saya kadang jenuh belajar, saya tinggal main gamedi laptop,” ungkapnya.
Angga lalu bercerita banyak tentang dirinya dan keluarganya. Juga tentang perjalanannya diterima di Texas Tech University. Keputusan kuliah di Texas Tech University merupakan keputusan terbesar yang pernah diambil anak kedua dari tiga bersaudara ini. ”Itu bukan beasiswa, lho. Sampoerna Academy memberi pinjaman dana hingga kuliah saya selesai dan pinjaman itu harus saya ganti setelah saya kerja nanti,” ujarnya.
Jumlah dana yang dia pinjam untuk kuliah di Texas Tech University itu cukup besar. Hingga lulus, Angga memperkirakan akan berutang Rp 1,5 miliar. ”Awalnya saya juga ragu bagaimana cara mengembalikan itu nanti. Namun, Sampoerna Academy sudah seperti keluarga. Cicilannya sekitar 20 persen dari gaji setelah saya bekerja nanti,” tutur penggemar buku-buku agama itu.
Bagi anak seusianya, memiliki pinjaman sebesar itu pasti menjadi beban tersendiri. Begitu pula yang dirasakan Angga. Dalam pikirannya, kadang tebersit ketakutan apabila tidak bisa membayar pinjaman itu. ”Bukan hanya saya yang punya pinjaman itu, ada 13 teman saya juga. Jadi, ada temannya dan justru memotivasi saya untuk belajar dan bekerja keras di sana (Texas),” ungkapnya.
Saat ini, semuanya sudah disiapkan untuk berangkat ke Texas, termasuk paspor dan perlangkapan lainnya seperti buku-buku agama dan buku-buku pengetahuan lain. Setelah lulus nanti, dia berencana mencari kerja di Texas agar utangnya segera terbayarkan. ”Kalau bekerja di Indonesia, gaji sedikit. Tapi kalau kerja di luar negeri, kemungkinan gaji saya lebih banyak dan cepat untuk membayar utang,” harapnya.
Yuli Winarti (45), ibu Angga, merasa terharu dengan keputusan anaknya kuliah di Negeri Paman Sam itu. Bagaimana tidak, dia dan Angga bakal tidak bertemu selama empat tahun. ”Tapi saya sangat mendukung dia, apa pun keputusannya. Untuk berkomunikasi, teknologi sudah sangat canggih, bisa via internet,” ujar guru SDN Nggedok Wetan itu.
Sebelum Yuli tahu Angga meraih nilai UN tertinggi, dia sudah yakin apabila prestasi anaknya bakal cemerlang tahun ini. ”Meski saya tidak omongkan ke Angga, saya sudah yakin dia bakal sangat berprestasi,” ungkapnya.
Karena itu, ketika Angga menghubunginya menyampaikan kabar gembira ini, Yuli hanya senyum-senyum. ”Saya sudah menduga itu. Setiap hari saya memang memanjatkan doa untuk prestasinya itu,” kata istri Kasmudji, yang bekerja sebagai karyawan di PT Pindad itu.
Di mata Yuli, Angga merupakan anak penurut, selalu menjalankan ibadah, tidak macam-macam, dan rajin. Kepergian Angga ke AS tentu membuat Yuli dan keluarganya sedih. Namun, Yuli sadar dia harus menghapus rasa khawatir dan sedih demi masa depan anaknya itu. ”Pasti sedih. Tapi semua itu harus dihilangkan demi masa depannya. Toh, ini adalah kesempatan emas yang tidak semua anak bisa meraihnya,” kata wanita yang tinggal di Jalan Mentaranman RT 02 RW 07 Talok Turen itu.
Yuli Winarti (45), ibu Angga, merasa terharu dengan keputusan anaknya kuliah di Negeri Paman Sam itu. Bagaimana tidak, dia dan Angga bakal tidak bertemu selama empat tahun. ”Tapi saya sangat mendukung dia, apa pun keputusannya. Untuk berkomunikasi, teknologi sudah sangat canggih, bisa via internet,” ujar guru SDN Nggedok Wetan itu.
Sebelum Yuli tahu Angga meraih nilai UN tertinggi, dia sudah yakin apabila prestasi anaknya bakal cemerlang tahun ini. ”Meski saya tidak omongkan ke Angga, saya sudah yakin dia bakal sangat berprestasi,” ungkapnya.
Karena itu, ketika Angga menghubunginya menyampaikan kabar gembira ini, Yuli hanya senyum-senyum. ”Saya sudah menduga itu. Setiap hari saya memang memanjatkan doa untuk prestasinya itu,” kata istri Kasmudji, yang bekerja sebagai karyawan di PT Pindad itu.
Di mata Yuli, Angga merupakan anak penurut, selalu menjalankan ibadah, tidak macam-macam, dan rajin. Kepergian Angga ke AS tentu membuat Yuli dan keluarganya sedih. Namun, Yuli sadar dia harus menghapus rasa khawatir dan sedih demi masa depan anaknya itu. ”Pasti sedih. Tapi semua itu harus dihilangkan demi masa depannya. Toh, ini adalah kesempatan emas yang tidak semua anak bisa meraihnya,” kata wanita yang tinggal di Jalan Mentaranman RT 02 RW 07 Talok Turen itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar