detikSport/Doni Wahyudi
Wuhan - Kejayaan dan dominasi China di dunia bulutangkis masih sangat langgeng. Ketika tim Indonesia ditimpa isu perpecahan, China membuka rahasia kunci sukses mereka: saling jaga bak keluarga.
"Kami tidak akan berada di sini jika kami beritahu (rahasianya)," seloroh Li Yongbo selaku pelatih kepala Tim Thomas China, saat ditanya soal rahasia sukses China menguasai cabang bulutangkis dunia.
"Kami punya cara sendiri, termasuk dalam sistem latihan yang berbeda. Jika Anda sudah melakukannya selama 20 tahun (menjadi pelatih) Anda akan menjadi sangat baik," lanjut dia sambil tersenyum.
China telah meloloskan tim putra dan putrinya ke final Piala Thomas-Uber. Khusus di Piala Thomas, Lin Dan dkk akan punya peluang menyamai catatan yang sebelumnya cuma dimiliki Indonesia: menjadi juara lima kali secara beruntun di ajang Piala Thomas.
Indonesia mencatatkan rekor hebat tersebut dalam selang 1994 sampai 2002. Sementara China saat ini sudah empat kali jadi juara secara beruntun yakni sejak 2004-2010.
Meski menolak memberikan informasi rahasia yang dimilikinya, pria 49 tahun itu menyebut kalau kondisi di dalam timnya sangatlah harmonis. Tim Thomas China disebutnya sudah seperti sebuah keluarga besar.
"Kami harus saling menjaga, kami seperti sebuah keluarga besar. Kami (pelatih) menjadi seperti orang tua saat (melatih) mereka yang masih sangat muda, itu terjadi pada Lin Dan dan Chen Long. Kami memperlakukan semua pemain sama," lanjut peraih gelar All England di nomor ganda putra tahun 1986, 1988 dan 1990 itu.
Besarnya perhatian Li Yongbo pada para pemain dia tunjukkan dalam konferensi pers usai laga China vs Jepang di babak semifinal. Tahu pemainnya kelelahan dan butuh menyimpan tenaga untuk laga final, dengan raut wajah tegas dia meminta wartawan lebih dulu mengajukan pertanyaan pada Chen Long sebelum mengajukan pertanyaan buatnya.
"Kemesraan" serupa sayangnya tidak tampak di kubu tim Thomas Indonesia. Pasca tersingkir di perempatfinal, Taufik Hidayat justru mempertanyakan unsur kekompakan dan kebersamaan di tim Thomas Indonesia.
"Jujur tim ini sangat tak kompak. Bagaimanapun latihan bersama itu sangat penting jelang turnamen beregu seperti ini," seru Taufik ketika itu.
Kekecewaan Taufik salah satunya bermuara kepada keputusan Markis Kido yang mengikuti sebuah eksebisi di Papua sebelum gelaran Thomas-Uber. Terhadap kritik Taufik sendiri, Kido merasa tidak merusak kebersamaan tim. Menurutnya, selain dirinya bukan pemain pelatnas, acara di Papua itu juga sudah diagendakan jauh hari sebelumnya dan cuma berjalan lima hari sehingga tidak berpengaruh terhadap program latihan.
detikSport/Doni Wahyudi
"Kami tidak akan berada di sini jika kami beritahu (rahasianya)," seloroh Li Yongbo selaku pelatih kepala Tim Thomas China, saat ditanya soal rahasia sukses China menguasai cabang bulutangkis dunia.
"Kami punya cara sendiri, termasuk dalam sistem latihan yang berbeda. Jika Anda sudah melakukannya selama 20 tahun (menjadi pelatih) Anda akan menjadi sangat baik," lanjut dia sambil tersenyum.
China telah meloloskan tim putra dan putrinya ke final Piala Thomas-Uber. Khusus di Piala Thomas, Lin Dan dkk akan punya peluang menyamai catatan yang sebelumnya cuma dimiliki Indonesia: menjadi juara lima kali secara beruntun di ajang Piala Thomas.
Indonesia mencatatkan rekor hebat tersebut dalam selang 1994 sampai 2002. Sementara China saat ini sudah empat kali jadi juara secara beruntun yakni sejak 2004-2010.
Meski menolak memberikan informasi rahasia yang dimilikinya, pria 49 tahun itu menyebut kalau kondisi di dalam timnya sangatlah harmonis. Tim Thomas China disebutnya sudah seperti sebuah keluarga besar.
"Kami harus saling menjaga, kami seperti sebuah keluarga besar. Kami (pelatih) menjadi seperti orang tua saat (melatih) mereka yang masih sangat muda, itu terjadi pada Lin Dan dan Chen Long. Kami memperlakukan semua pemain sama," lanjut peraih gelar All England di nomor ganda putra tahun 1986, 1988 dan 1990 itu.
Besarnya perhatian Li Yongbo pada para pemain dia tunjukkan dalam konferensi pers usai laga China vs Jepang di babak semifinal. Tahu pemainnya kelelahan dan butuh menyimpan tenaga untuk laga final, dengan raut wajah tegas dia meminta wartawan lebih dulu mengajukan pertanyaan pada Chen Long sebelum mengajukan pertanyaan buatnya.
"Kemesraan" serupa sayangnya tidak tampak di kubu tim Thomas Indonesia. Pasca tersingkir di perempatfinal, Taufik Hidayat justru mempertanyakan unsur kekompakan dan kebersamaan di tim Thomas Indonesia.
"Jujur tim ini sangat tak kompak. Bagaimanapun latihan bersama itu sangat penting jelang turnamen beregu seperti ini," seru Taufik ketika itu.
Kekecewaan Taufik salah satunya bermuara kepada keputusan Markis Kido yang mengikuti sebuah eksebisi di Papua sebelum gelaran Thomas-Uber. Terhadap kritik Taufik sendiri, Kido merasa tidak merusak kebersamaan tim. Menurutnya, selain dirinya bukan pemain pelatnas, acara di Papua itu juga sudah diagendakan jauh hari sebelumnya dan cuma berjalan lima hari sehingga tidak berpengaruh terhadap program latihan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar