Anas Urbaningrum dan Ibas (detikcom)
Jakarta Insiden penghadangan sejumlah kader Partai Demokrat (PD) terhadap rombongan Anas Urbaningrum dan Edhie Baskoro Yudhoyono di Bandara Sultan Baabullah, Ternate, Maluku Utara, menunjukkan adanya gejala proses delegitimasi kepemimpinan Anas. Anas dianggap tidak berhasil menyolidkan pengurus partainya.
"Ini tentu tidak sederhana bagi Anas karena akan menurunkan level performa politiknya. Setelah didera isu korupsi, Anas juga harus berhadapan dengan faksionalisme yang merembet ke bawah tidak hanya di DPP tetapi sepertinya ada pengondisian hingga ke daerah," ujar pengamat politik Gun Gun Heryanto kepada detikcom, Jumat (25/5/2012).
Akademisi di sejumlah universitas ini menyebut aksi pengepungan Kamis (24/5) bermula dari kisruh organisasi di kepengurusan partai di Ternate. Anas harus segera melakukan mediasi antara pihak yang bertikai bila tak mau kisruh serupa menyebar di tempat lain.
"Jika ini gagal, maka kasus Ternate akan sangat mudah dijadikan prototype oleh pengurus Demokrat di daerah-daerah lain, terlebih posisi Anas sebagai pengendali partai saat ini dilematis. Anas sedang banyak melakukan politik akomodasi atas tekanan faksi yang sangat dekat dengan SBY," imbuhnya.
Direktur Eksekutif the Political Literacy Institute ini mengatakan, Anas tengah menanggung dua beban. Pertama, Anas harus mempertahankan eksistensi partai dari serangan eksternal jelang Pemilu 2014. Beban kedua, Anas harus menyolidkan dukungan internal untuk menjaga posisi politiknya tetap aman di Demokrat.
"Apakah loyalis-loyalis Anas akan mundur perlahan atau tidak, akan sangat tergantung pada posisi Anas di kasus Wisma Atlet dan Hambalang, juga pada posisi Anas dalam mengonsolidasikan daerah-daerah. Bila gagal mengendalikan kepengurusan daerah, maka akan jadi awal 'the end of history' bagi Anas di Demokrat," ujar Gun Gun.
Sebelumnya Wakil Ketum PD Jhonny Allen Marbun mengatakan insiden di bandara dilakukan oleh pendukung Thaib Armaiyn. Thaib mencalonkan diri untuk kembali menjadi Ketua DPD PD Maluku Utara.
"Thaib Armain ngotot untuk tetap memimpin. Dia dulu jadi ketua DPD lewat penunjukan, bukan Musda. Dia khawatir di Musda nanti kalah," ujar Jhonny
"Ini tentu tidak sederhana bagi Anas karena akan menurunkan level performa politiknya. Setelah didera isu korupsi, Anas juga harus berhadapan dengan faksionalisme yang merembet ke bawah tidak hanya di DPP tetapi sepertinya ada pengondisian hingga ke daerah," ujar pengamat politik Gun Gun Heryanto kepada detikcom, Jumat (25/5/2012).
Akademisi di sejumlah universitas ini menyebut aksi pengepungan Kamis (24/5) bermula dari kisruh organisasi di kepengurusan partai di Ternate. Anas harus segera melakukan mediasi antara pihak yang bertikai bila tak mau kisruh serupa menyebar di tempat lain.
"Jika ini gagal, maka kasus Ternate akan sangat mudah dijadikan prototype oleh pengurus Demokrat di daerah-daerah lain, terlebih posisi Anas sebagai pengendali partai saat ini dilematis. Anas sedang banyak melakukan politik akomodasi atas tekanan faksi yang sangat dekat dengan SBY," imbuhnya.
Direktur Eksekutif the Political Literacy Institute ini mengatakan, Anas tengah menanggung dua beban. Pertama, Anas harus mempertahankan eksistensi partai dari serangan eksternal jelang Pemilu 2014. Beban kedua, Anas harus menyolidkan dukungan internal untuk menjaga posisi politiknya tetap aman di Demokrat.
"Apakah loyalis-loyalis Anas akan mundur perlahan atau tidak, akan sangat tergantung pada posisi Anas di kasus Wisma Atlet dan Hambalang, juga pada posisi Anas dalam mengonsolidasikan daerah-daerah. Bila gagal mengendalikan kepengurusan daerah, maka akan jadi awal 'the end of history' bagi Anas di Demokrat," ujar Gun Gun.
Sebelumnya Wakil Ketum PD Jhonny Allen Marbun mengatakan insiden di bandara dilakukan oleh pendukung Thaib Armaiyn. Thaib mencalonkan diri untuk kembali menjadi Ketua DPD PD Maluku Utara.
"Thaib Armain ngotot untuk tetap memimpin. Dia dulu jadi ketua DPD lewat penunjukan, bukan Musda. Dia khawatir di Musda nanti kalah," ujar Jhonny
Tidak ada komentar:
Posting Komentar