Pertumbuhan masyarakat kelas ke taraf yang lebih baik hingga paling atas, dikhawatirkan bisa berdampak negatif. Padahal keberadaan kelas menengah ini berpotensi terhadap pasar domestik karena tingginya daya beli mereka
.
Hal itu disampaikan Senior Ekonom Indonesia Bank Dunia Vivi Alatas pada seminar bertajuk 'Potensi Keuangan Rumah Tangga Indonesia di Bank Indonesia, Jakarta, Kamis (19/7/2012).
Vivi mengatakan, bila dilihat dari sisi ekonomi, kelas menengah bisa menjadi agen of change. "Mereka bisa menjadi pihak yang menuntut akan tata kelola pemerintahan dan pelayanan publik yang baik," kata Vivi.
Ini disebabkan kelas menengah punya sifat kritis dan paling banyak menggunakan fasilitas umum yang disediakan pemerintah.
"Ketika bertumbuh jadi kelas paling atas, mereka punya kebutuhan fasilitas publiknya jauh lebih sedikit daripada kelas menengah. Biasanya mereka bisa mengatasinya dengan cara mereka sendiri (membelinya sekalipun mahal)," ujarnya.
Ia juga menuturkan, timbul gejala pemisahan diri bagi mereka yang berhasil, seperti fenomena meminum air kemasan dan tinggal di kawasan elit dan berpagar.
"Kelas menengah itu kalau sumber problem, saya rasa tidak yah, tapi kalau mau jadi potensial, masih ada pekerjaan rumah yang harus dibenahi," ungkapnya.
Baginya, kelas menengah yang semakin bertumbuh itu, dapat bermanfaat jika kepentingan ekonomi dan prioritas politiknya sejalan dengan kepentingan ekonomi yang sehat, tata kelola pemerintahan dan pelayanan publik yang lebih baik, penguatan kelembagaan, dan pendalaman demokrasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar