Korban yang terluka akibat serangan brutal Israel menunggu perawatan di Rumah Sakit Asy-Syifa, Gaza, Palestina.
Tim medis kewalahan menangani para korban serangan bom Israel. Mereka pun kehabisan persediaan obat-obatan dan kekurangan perlengkapan medis.
WHO menyatakan pihaknya mendapat data dari Kementerian Kesehatan di Gaza bahwa sebanyak 382 orang mengalami luka, 245 di antaranya dewasa dan 137 anak-anak.
Sebagian besar mereka mengalami luka parah. "Banyak korban luka dirawat di rumah sakit dengan luka bakar parah, luka dari reruntuhan bangunan dan cedera kepala," kata WHO dalam pernyataan resminya, Ahad (18/11).
WHO pun menyatakan situasi darurat di semua rumah sakit agar menangani semua pasien. Bahkan menurut WHO, rumah sakit di Gaza telah lama mengalami kekurangan fasilitas kesehatan sebelum perang Hamas-Israel dimulai.
"Sebelum permusuhan dimulai, fasilitas kesehatan mengalami kritis, terutama akibat penggempuran Gaza," lanjut pernyataan tersebut.
Saat ini, pasokan obat dan peralatan medis yang dimiliki Kementerian Kesehatan Gaza benar-benar habis. Pihak rumah sakit juga menunda semua operasi akibat kondisi darurat dan kekurangan anestesi atau obat bius. Tenaga kesehatan pun diminta WHO melaporkan fasilitas kesehatan dan memperpanjang kerja mereka.
Badan kesehatan di bawah naungan PBB tersebut pun mendesak dunia dapat memberikan bantuan dana. WHO membutuhkan USD 10 juta atau sekitar Rp 100 miliar untuk memenuhi pasokan kesehatan di Gaza selama tiga bulan ke depan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar