Nokia Asha 308 dan 309 (Engadget)
"Mencoba menjual smart feature phone sebagai smartphone ke konsumen tidak dapat dibenarkan," kata Deepak Mehrotra, CEO Micromax, pembesut handset ternama di India.
"Kami juga punya banyak handset dengan kualitas seperti smartphone, tapi kami tetap menyebutnya feature phone, bukan smartphone low-end," lanjutnya seperti dilansir Times of India, Rabu (12/12/2012).
Menjawab tudingan tersebut, juru bicara Nokia membantahnya. Dikatakan juru bicara tersebut, firma riset pasar terkemuka GfK dan IDC, mengklasifikasikan handset Asha layar sentuh sebagai full smartphone dalam laporan kuartal ketiga mereka.
"Tentu saja kami tidak mengelabui konsumen kami dengan iklan di TV. Kami memiliki laporan GfK dan IDC untuk memperkuat fakta," ungkap juru bicara tersebut.
GfK tidak merespons saat dimintai konfirmasi mengenai laporan ini. Sementara itu, pernyataan mengejutkan datang dari IDC. Mereka menyebut pernyataan Nokia salah kutip.
"IDC tidak pernah mengklasifikasikan seri Asha sebagai smartphone," kata Melissa Chau, Research Manager untuk smartphone dan tablet di IDC.
"Seseorang dari IDC memang mengatakan seri Asha menghadirkan experience seperti pada smartphone. Namun tidak pernah mengklasifikasikannya sebagai smartphone," jelasnya.
Tak ayal, ini menjadi perdebatan. Sebenarnya apa yang membuat Asha tidak diklasifikasikan sebagai smartphone? Analis riset Jessica Kwee dari Canalys mengatakan, smartphone seharusnya bekerja sepenuhnya pada sistem operasi seperti Android atau Windows.
Sementara di seri Asha, dikatakan Kwee, pengembangan teknologinya masih terbatas pada software Java dan aplikasi web. "Kami masih mengelompokkan seri Asha sebagai feature phone," ujarnya.
sumber
Postingan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar