Krisis solar mulai menimbulkan gejolak. Lantaran tidak ada kepastian bisa mendapatkan solar, ratusan sopir truk mengamuk di depan SPBU Coco Rawang, Kecamatan Padang Selatan, Kota Padang, kemarin (22/4). Di Payakumbuh, polisi mengungkap penimbunan bensin sebanyak 1,5 ton.
Informasi yang dihimpun Padang Ekspres, para sopir truk yang mengamuk itu rata-rata sudah antre selama enam hari di SPBU Coco Rawang. Karena tak kunjung ada tanda-tanda mendapat pasokan solar, emosi para sopir truk buncah juga.
Awalnya, para awak truk mendatangi pemiliki SPBU untuk meminta kepastian pasokan solar. Karena tidak ada jaminan bisa mendapat solar subsidi, mereka pun memblokir jalan di depan SPBU tersebut.
Emosi sopir truk kian tersulut setelah salah seorang petugas SPBU Coco bernama Anton, menegaskan SPBU-nya tidak mendapatkan pasokan solar bersubsidi hari itu, namun hanya BBM nonsubsidi seharga Rp 10.700 per liter. “Hanya bahan bakar minyak jenis solar nonsubsidi bakal masuk siang ini (kemarin, red),” ujar Anton.
Mendengar penjelasan itu, tanpa komando para awak truk menutup ruas jalan di depan SPBU dengan truknya. “Kami merasa dipermainkan. Setelah enam hari menunggu, kami tidak kunjung mendapatkan solar padahal kami harus berangkat dan membawa barang. Apalagi kami harus mengeluarkan biaya ekstra Rp 100 ribu per hari,” ungkap Juli, 30, salah seorang sopir truk.
Kontan saja aksi para sopir truk membuat arus lalu lintas macet total. Para sopir angkot terpaksa menurunkan penumpang di jalan itu.
Eri, 29, sopir truk peti kemas menyebutkan, aksi pemblokiran jalan terjadi pukul 09.30. Awalnya jumlah truk belum mencapai ratusan. Namun begitu tahu ada aksi protes, sejumlah truk langsung bergabung. “Kami ikut demo karena sering tidak mendapat solar, sehingga pekerjaan kami sebagai sopir terhenti,” katanya.
Aksi protes awak truk itu menyebabkan SPBU Coco Rawang rugi besar. Menurut Anton, pihaknya tak bisa menjual bensin dan pertamax kecuali pada sepeda motor. Kerugian sementara, menurut Anton mencapai Rp 1 miliar.
Hentikan Truk BBM
Sekitar pukul 16.00, awak truk melanjutkan aksinya di DPRD Padang, sebagian lagi menghadang truk pembawa BBM milik Pertamina di kawasan Batang Kajai, Kelurahan Nan XX, Kecamatan Lubukbagalung.
Aksi ini membuat tiga kapolsek di daerah itu harus kerja ekstra, guna menenangkan situasi. Tiga kapolsek itu; Kapolsek Lubeg Kompol Yuli Kurnianto, Kapolsek KP3 Teluk Bayur, AKP Sigit Saputra, serta Kapolsek Bungus Teluk Kabung Kompol Zulkafde. Mereka berupaya menyelamatkan puluhan truk pembawa BBM dari hadangan para sopir.
Sekitar pukul 17.00, setelah salah seorang kapolsek menghubungi pengusaha angkutan barang, Safrizal Ujang dan Burhanuddin, barulah balok dan drum yang ditaruh di jalan disingkirkan. Setelah itu, truk pembawa BBM bisa melanjutkan perjalanan.
Safrizal Ujang mengatakan, aksi ini puncak kesabaran awak truk. “Seharusnya Organda dan Gubernur proaktif bertindak,” jelas Safrizal yang diamini Burhanuddin, pengusaha angkutan barang lainnya.
Burhanuddin menambahkan akan demo ke DPRD Sumbar hari ini (23/4). “Kalau pemerintah tidak mengambil tindakan cepat, kemungkinan akan terjadi aksi demo lebih besar,” ancam mantan anggota DPRD Padang periode 1999- 2004 ini.
Polisi Sita 1,5 Ton BBM
Di sisi lain, polisi terus menangkap penimbun dan penyelundupan BBM di sejumlah daerah. Sebanyak 1,5 ton premium disita polisi di sebuah rumah di depan SPBU 14-262-573 Jalan Lingkar Utara, Ikuaparik, Kota Payakumbuh, kemarin (23/4).
Sebelumnya, Polres Sijunjung menangkap penimbun solar bersubsidi di Nagari Limokoto, Kecamatan Koto VII, Kamis (18/4) lalu. Tersangka bernama Minton, 30, menimbun 2,5 ton solar dalam 78 jeriken.
Penimbun premium ternyata salah seorang kepala sekolah di Kabupaten Limapuluh Kota, berinisial ES. Pria berusia 50 tahun ini berkilah hanya menyimpan premium untuk kepentingan pribadi. “Ini memang bensin milik saya, tapi tidak untuk dijual. Hanya untuk antisipasi saja kalau harga BBM naik,” kata ES didampingi istrinya kepada sejumlah polisi dan wartawan.
Akan tetapi, polisi di bawah pimpinan Kasat Reskrim Polres Payakumbuh, AKP Jefrizal Jarun yang menyamar dengan memakai celana pendek, tidak serta-merta percaya dengan dalih ES.
Jefrizal Jarun memerintahkan petugas mengamankan seluruh BBM yang disimpan ES di gudang belakang rumahnya. Lantaran BBM tersebut disimpan dalam drum berkapasitas besar, petugas terpaksa mencari jeriken untuk mengangkutnya.
Pengungkapan ini menyita perhatian ratusan masyarakat dan pengemudi kendaraan yang ngantre solar di depan SPBU 14-262-573 Jalan Lingkar Utara, Ikuaparik, Payakumbuh. Ironisnya, di SPBU tetap saja marak warga minyak dengan jerikan. Kondisi ini membuat Jefrizal Jarun geram. Dia langsung mendatangi petugas SPBU agar tidak melayani jeriken, kecuali ada izin pemerintah.
SPBU Dijaga Ketat
Menyikapi maraknya penyelewengan BBM subsidi menjelang kenaikan harga BBM, Mabes Polri akan mengerahkan ribuan anggotanya ke SPBU di seluruh Indonesia. “Pengendalian distribusi tetap ada di Pertamina. Kami hanya mengamankan saja. Nanti koordinasi dengan polda-polda,” kata Kabareskrim Komjen Sutarman usai menerima kunjungan Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Hanung Budya, kemarin (22/4).
Hanung didampingi empat orang staf dari Pertamina. “Karena disparitas harga, penyimpangan kemungkinan sangat besar, dan itu sudah terjadi. Kami berkoordinasi dengan pihak kepolisian mengamankan pendistribusian BBM yang PSO (public service obligation),” ujar Hanung usai menemui Sutarman.
Pertamina juga membahas rencana pemasangan sistem teknologi informasi (IT) yang meliputi lebih dari 5.000 SPBU dan 92.000 nosel. Untuk tahap pertama dilakukan di Jakarta. “Nanti dengan IT kita akan sangat terbantu. Sistem ini bisa memonitor pendistribusian BBM bersubsidi lebih akurat,” katanya.
Tahun ini, Pertamina bertanggung jawab kuota BBM bersubsidi sebesar 45 juta kiloliter meliputi premium, solar, dan minyak tanah. Pertamina sudah menyiapkan semua kelengkapannya di SPBU, pada 26 April 2013 nanti. “Sudah kita petakan. Nanti SPBU menjual dua harga akan dijaga polisi. Sekali lagi, ini antisipasi saja,” katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar