BUKITTINGGI - SINGGALANG Sudah lama ‘tidur’, tiba-tiba Gunung Marapi (2.891 meter dpl) meletus, menyemburkan abu vulkanik setinggi 1 kilometer. Kemarin tercatat sembilan kali letusan serta sembilan kali gempa tremor. Padang Panjang, Padang Pariaman, dan sebagian daerah di Tanah Datar dan Agam tersiram debu. Penduduk dianjurkan memakai masker. Status Marapi langsung dinaikkan dari normal (level I) menjadi waspada (level II) terhitung 3 Agustus 2011 pukul 11.00 WIB. Status gunung api bertirit-tirit, normal, waspada, siaga dan awas. Gunung Talang di Kabupaten Solok, belum terpengaruh letusan Marapi. Masyarakat yang tinggal di lereng gunung tersebut, aman-aman saja. Gunung api aktif, biasa saja jika berada dalam kondisi waspada. Namun, masyarakat tetap harus selalu waspada, karena bencana bisa terjadi kapan saja. Letusan gunung tersebut terjadi pada Rabu (3/8) mulai pukul 00.00 WIB sampai pukul 10.00 WIB. Letusan itu juga berpotensi bencana dan ancaman bahaya, terjadinya letusan abu yang disertai dengan lontaran material pijar dan pasir yang dapat melanda wilayah dengan radius 3 kilometer dari puncak gunung, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi melalui Pos Pengamatan Gunung api Marapi di Bukittinggi sudah melakukan pemantauan kegempaan di Gunung Marapi mulai dari 1 Januari 2011 sampai 20 Juni 2011. Dari pemantauan tersebut, rata-rata dalam sehari merekam kejadian gempa vulkanik dalam (VA) di bawah 5 kali kejadian dan gempa vulkanik dangkal (VB) di bawah 10 kali kejadian. Ketua Pos Pengamatan Gunung Api Marapi di Bukittinggi Warseno ketika dikonfirmasi Singgalang, mengatakan berdasarkan pengamatan visual dan kegempaan serta potensi ancaman letusan Gunung Marapi, maka tingkat kegiatan gunung tersebut dinaikkan dari status normal menjadi waspada dan siaga. “Pemantauan intensif terus dilakukan,” ujar Warseno seraya mengimbau agar masyarakat tidak mendekati gunung itu dalam radius 3 kilometer. Sementara itu, Kepala Pusat Kendali Operasi Penanggulang-an Bencana Sumatra Barat Ade Edward kepada Singgalang, mengatakan masyarakat di sekitar Gunung Marapi sudah paham dengan kondisi gunung mereka. “Yang jadi masalah adalah pendatang,” kata dia.
Kala pagi Setelah dinihari, letusan terjadi lagi sekitar pukul 08.15 WIB, Dari kejauhan tampak gumpalan abu yang menjulang tinggi dan kemudian menyebar ditiup angin ke arah Barat Laut. Setelah letusan itu disusul letusan berikut pukul 08.30 dan pukul 08.45 WIB. Meski suara gelegar membahana, namun penduduk di sekitar lereng Marapi, seperti di kawasan Batu Palano, Sungai Puar, Lasi (Agam), Koto Baru, Pandai Sikek, Koto Laweh, Aie Angek, Penyalaian, Paninjauan (Tanah Datar) tetap biasa-biasa saja dan meningkatkan kewaspadaan. “Letusan kali ini membuat kami kaget. Sudah lama juga Marapi tak meletus. Biasalah, setiap terjadi letusan debu beterbangan, pandangan jadi terganggu. Kami pun memakai masker,” kata Junaidi St Rajo Endah, salah seorang penduduk di kawasan Canduang lereng Marapi kepada Singgalang kemarin.
Membubung tinggi Pada letusan pertama terlihat asap membubung tinggi, bak cendawan mekar. Selang beberapa waktu kemudian, setelah debu ditiup angin, Nagari Batagak, Sungai Puar dan Banuhampu disiram debu merapi. Atap rumah penduduk memutih, begitu juga jalan raya. Pengendara motor pun mulai memakai masker. “Pandangan sempat terganggu, kendaraan berjalan pelan. Akibatnya terjadi beberapa titik kemacetan. Misalnya di Panyalaian dan Aie Angek,” kata Nasrul Wahab, seorang pengendara motor. Setelah letusan ketiga, gunung Marapi sudah mulai agak tenang dari batuk-batuknya, namun masyarakat tetap waspada karena debu setebal 3 hingga 5 cm menyelimuti jalan raya. “Tidak ada isyarat apa-apa sebelum terjadi letusan. Bagi kami, peristiwa ini sudah sering terjadi, makanya tak ada yang perlu dicemaskan,” ujar Walinagari Aie Angek, Kecamatan X Koto, Rosman Subara Dt. Rajo Nan Sati. Dikatakan, pada 1983, Gunung Marapi juga mengeluarkan abu, persis seperti yang terjadi Selasa pagi. Kendati demikian, warga yang bermukim di lereng gunung tersebut tidak memperlihatkan tanda-tanda cemas atau akan mengungsi. Mereka tetap menjalani aktifitas seperti biasa. Bagi warga, sebut walinagari, secara ekonomis letusan seperti saat ini akan berdampak pada rusaknya tanaman hortikultura, karena tertimbun abu belerang. “Yang dikhawatirkan itu adalah rusaknya tanaman. Tapi nanti tanahnya akan kembali subur,” ucapnya. Sementara itu Walinagari Andaleh, Kecamatan Batipuh, Anwar Jamal Khatib Maninjun, kendati nagari mereka berada persis di dada Gunung Marapi, namun mereka tidak terkena abu vulkanik, sebagaimana yang dialami Kota Padang Panjang dan nagari-nagari lainnya di kawasan barat.
Rapat kilat Di Lubuk Basung, Bupati Agam, Indra Catri memerintahkan Sekda Syafirman Azis segera menggelar rapat kilat dengan SKPD terkait untuk menentukan langkah-langkah antisipasi. Kaban Kesban Linmas, Ka BPBD, Kadis Sosnaker, Perkebunan, Pertanian dan Dinas Kesehatan dan SKPD terkait diminta segera merumus langkah-langkah antisipasi. Menurut Kaban Kesbang Linmas, Martiaswanto Dt Maruhum, berdasarkan informasi BMKG, status Gunung Marapi dalam keadaan aktif normal. Belum ada hal-hal yang mengkhawatirkan. Namun penduduk pada radius 3 Km dari puncak gunung Marapi diminta waspada.
Sembilan letusan Pusat Vulkanologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Sumbar mencatat, hingga pukul 14.30 WIB terjadi sembilan kali letusan vulkanis dan 9 kali gempa tremor. “Karena arah angin bertiup arah ke Barat Laut, kawasan Kabupaten Padang Pariaman serta Kota Pariaman dan sekitar masih akan berpotensi terjadi hujan abu,” kata Ujang, analis Pusat Vulkanologi BMKG. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumbar mengimbau warga yang tinggal di kawasan Marapi mengenakan masker jika akan beraktivitas di luar rumah. Kepala BPBD Sumbar, Harmensyah di Padang mengatakan, debu vulkanik dapat membahayakan kesehatan. Terhitung sejak akhir abad 18 hingga 2008 tercatat 454 kali letusan, 50 di antaranya dalam skala besar, sedangkan sisanya dalam skala kecil. Gunung Marapi terletak antara dua kabupaten, Tanah Datar dan Kabupaten Agam. Gunung ini juga kerap didaki terutama pada hari libur dan pergantian tahun.
Tak pengaruhi penerbangan Antara-sumbar tadi malam melaporkan, letusan Marapi tidak mempengaruhi penerbangan dari Bandara Internasional Minangkabau (BIM) ke berbagai kota di Indonesia. “Gunung Marapi yang mengeluarkan semburan debu vulkanik tidak mempengaruhi jadwal penerbangan,” kata General Manager PT Angkasa Pura II Cabang BIM, Agus Kemal Pramayudha. “Tidak ada pengalihan rute penerbangan dari BIM, semua masih dalam kondisi normal,” katanya. (edw/ 205/kud/407/006/107/ags/307) |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar