Setelah letusan hebat pada tahun 1979, Gunung Marapi yang berada pada ketinggian 2.891 meter dpl kemarin kembali menyemburkan debu. Kini, Gunung Merapi dalam status waspada.
PADANG, HALUAN — Hujan abu disertai bau belerang yang menyengat menerpa sejumlah daerah di Sumbar setelah terjadi letusan kecil di Gunung Marapi yang berada dalam wilayah Kabupaten Agam dan Tanah Datar pada Rabu (3/8) pagi. Kondisi ini juga menaikkan status Gunung Marapi dari status normal (level satu) menjadi waspada (level dua), terhitung mulai pukul 11.00 WIB kemarin.
Dari data Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, terekam satu kali gempa letusan pada pukul 08.31 WIB dengan amplituda maksimum 40 mm dan lama gempa 67 detik. Getaran Tremor menerus mulai muncul pada pukul 08.54 WIB dengan amplituda maksimum 1.5-3.5 mm (dominan 3 mm), empat kali gempa Vulkanik Dangkal (VB) dengan amplituda maksimum 1-4 mm dan lama gempa 8.5-22.5 detik, dan dua kali gempa tektonik lokal (TL).
Sementara itu, dari hasil pengamatan petugas Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, telah terjadi delapan kali semburan abu vulkanik yang menimbulkan asap berwarna kelabu tebal dengan tinggi 300-1000 meter dari atas puncak gunung.
Ancaman bahaya untuk saat ini adalah terjadinya letusan abu disertai dengan lontaran material pijar dan pasir yang berpotensi melanda wilayah dengan radius tiga kilometer dari kawah atau puncak gunung. Oleh karena itu, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi merekomendasikan warga agar tidak mendekati gunung pada radius tiga kilometer dari kawah atau puncak gunung.
Meski kondisi gunung setinggi 2.891 meter itu sangat mengkhawatirkan, namun sebagian besar warga di kaki gunung merasa tak terpengaruh dan tidak merasa was-was. Mereka menganggap kondisi ini suatu hal yang biasa dan tak perlu ditakutkan.
Debu halus berwarna keputihan yang dikeluarkan dari puncak Marapi turun di sekitar Nagari Koto Baru, Panyalaian Kecamatan X Koto Tanah Datar. Selain menyebabkan sesaknya napas menghirup debu itu, kendaraan yang melintas di jalur Padang Panjang-Bukittinggi tampak memutih terkena debu.
A Dt Pisang tokoh pemuda Koto Baru X Koto menjawab Haluan mengatakan, debu- debu yang dimuntah Gunung Marapi menutupi lahan pertanian dan rumah rumah masyarakat di sekitar Koto Baru.
Ia juga mengkawatirkan, debu debu tersebut akan merusak tanaman seperti sayur, dan tanaman lainnya. “Biasa seperti itu, jika Gunung Marapi meletus dan mengeluarkan kepundan abu, maka tanaman sayuran petani di Koto Baru mengalami kerusakan,” ujar A Dt Pisang.
Sementara Wita (26), salah seorang warga Aie Angek Jorong Koto Nan Gadang Kecamatan X Koto Kabupaten Tanah Datar mengatakan, hujan abu mulai melanda kawasannya semenjak pukul 09.00 WIB hingga pukul 12.00 WIB. Setelah itu, kabut hitam datang menghambat jarak pandang.
“Waktu hujan abu itu terjadi, sebagian besar warga Jorong Koto Nan Gadang lebih banyak berada di rumah masing-masing, karena bau belerang bikin dada sesak. Selain itu, beberapa ruas jalan juga diselimuti abu. Tapi warga sini tak ada yang takut, mungkin karena telah terbiasa,” ujar Wita kepada Haluan, Rabu.
Hujan abu juga melanda Kabupaten Agam. Wilayah Agam yang dekat dengan Gunung Marapi adalah Kecamatan Sungai Pua, Banuhampu, Canduang dan Baso dan Ampek Koto. Di kabupaten ini, warga juga tetap beraktivitas seperti biasa. Hanya saja ada sebagian kecil warga yang merasa resah, takut gunung itu akan meletus.
“Dalam sehari ini, ada beberapa kali semburan abu vulkanik dari Gunung Marapi. Saat ini situasi masih kondusif, dan saya mengimbau kepada masyarakat untuk bersama-sama memantau kondisi gunung dan tidak mendekati kaki gunung. Jika ada yang melihat gunung itu mulai membahayakan, segera laporkan,” ujar Camat Canduang, Monisfar.
Kepala Dinas Kesbangpol Kabupaten Agam, Martias Wanto juga mengimbau kepada dinas kesehatan kabupaten beserta jajaran, untuk mempersiapkan dan memberikan masker bagi warga yang membutuhkan.
“Kami telah berkoordinasi dengan dinas sosial, kesbangpol dan dinas kesehatan, untuk melakukan tindakan antisipasi dini bahaya gunung api. Bagi masyarakat, jagan mudah percaya dengan isu-isu yang tidak bertanggungjawab yang membuat kita semakin cemas,” harap Martias Wanto.
Sementara itu, Koordinator Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencan (Pusdalops PB) Ade Edward menjelaskan, warga yang tinggal di kaki gunung tidak perlu merasa takut dan tak perlu mengungsi, karena status Gunung Marapi baru level dua atau status waspada.
“Warga cukup berada di rumah saja, karena abu dan bau belerang bisa berdampak negatif bagi kesehatan. Jika statusnya naik lagi dan ada instruksi dari pemerintah, diharapkan warga mengikutinya dengan penuh kesadaran,” ujar Ade.
Ade menambahkan, saat ini telah dikerahkan sejumlah petugas yang akan memantau aktivitas Gunung Marapi selama 24 jam. Begitu juga dengan BPBD dan Tim SAR di kabupaten dan kota sekitar gunung diharapkan bisa membantu warga yang membutuhkan.
“Saat ini yang dibutuhkan warga baru masker. Kami telah mengajukan permohonan bantuan masker ke BNPB. Untuk logistik dan obat-obatan, saya pikir telah cukup dan tak ada kendala,” tambah Ade.
Untuk memantau aktivitas Gunung Marapi, sekitar delapan personil Pusdalops telah dikerahkan ke Kantor Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi di Belakang Balok Kota Bukittinggi.
Gunung Marapi itu meletus hebat pada tahun 1979, namun tidak sampai menimbulkan korban jiwa. Sejak itu, sangat jarang terjadi letusan.Kalaupun ada, hanya berupa lusan kecil.
Sementara itu, Hengki (27) salah seorang pendaki yang rutin mengadakan pendakian di Gunung Merapi, kepada Haluan, mengatakan, jalur pendakian sampai saat ini ditutup sementara.
“Jalur pendakian menuju puncak ditutup untuk sementara, karena Gunung Marapi masih menyemburkan abu dan medan yang berkabut,” katanya.
Ia juga mengatakan, selama bulan puasa masih ada dari beberapa pendaki yang ingin melakukan perjalanan, mesti pun tidak seramai hari biasa.
“Menjelang 17 Agustus 2011 ini, aktivitas pendaki gunung dipastikan akan semakin meningkat. Bahkan ramai seperti tahun sebelumnya,” paparnya lagi.(h/wan/ks/one/jon/mce)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar