RB.Khatib Pahlawan Kayo
MENJELANG Ramadhan datang, semua kita berharap dan dengan penuh yakin Ramadhan tahun ini akan lebih sejuk di hati, damai dalam perasaan dan tentram dibanding tahun lalu. Keyakinan itu didasarkan atas banyaknya imbauan dan pernyataan, baik dari para tokoh maupun pejabat pemerintah yang menekankan bahwa kita wajib memuliakan bulan Ramadhan. Kita harus menghormati kehadirannya sebagai bulan yang penuh berkah.
Karenanya warung-warung kelambu harus ditutup, tempat-tempat hiburan ditertibkan, dan bagi yang non muslim diminta agar memelihara kerukunan hidup antar umat beragama, dengan menjaga perasaan kaum muslimin yang sedang puasa.
Yang menarik lagi pernyataan hampir dari semua pemerintah kabupaten/kota, bahwa Satpol PP akan melakukan razia bekerjasama dengan aparat keamanan lainnya terhadap kegiatan-kegiatan dan perilaku yang tergolong pekat/maksiat. Apakah itu di warung-warung kelambu, tempat perjudian, miras, hiburan malam, rekreasi, pantai dan rumah-rumah kost serta hotel dan warnet. Di samping menindak tegas siapa yang menjual dan meledakkan mercon, sehingga jamaah tarawih merasa aman dan nyaman beribadah.
Namun kenyataannya setelah puasa berlangsung, kondisi yang dialami tidak banyak berubah. Bunyi mercon terdengar bersahut-sahutan. Seperti ada yang mengkoordinir, bahkan di sekitar masjid dan dalam suasana Shalat Tarwih berlangsung.
Habis Subuh kita malah menemukan yang meledakkan mercon itu ternyata anak-anak yang sedang mengikuti Pesantren Ramadhan. Mereka sengaja ke luar masjid hanya untuk itu. Lebih menarik lagi mereka adalah anak-anak remaja perempuan yang masih pakai mukena. Setelah diingatkan mereka lari dan terus pulang. Berarti anak-anak ini lepas dari kendali guru.
Di sisi lain kita sedih, betapa tumpul tak berdayanya kekuatan moral para tokoh dan pejabat serta ulama dan ustad yang mengimbau sebelum Ramadhan, agar menghormati bulan suci. Imbauan itu se-olah-olah hanya disahuti dengan meramaikan permandian tempat balimau sebelum memasuki bulan puasa. Belum lagi yang namanya warung kelambu, malah ada yang tidak perlu kelambu lagi, seperti di kompleks Atom Sentre dan Pantai Padang, dengan beraninya saudara-saudara kita makan, merokok dan main seenaknya tanpa marasa berdosa.
Na’uzubillah!.
Begitu pula perilaku di atas angkot, bus kota dan di pasar-pasar yang merokok seenaknya. Tidak terkecuali di tempat-tempat hiburan malam, di hotel-hotel dan rumah-rumah kost. Sepertinya negeri ini memang sudah diserbu habis-habisan oleh budaya sekuler, yang memisahkan antara dunia dan akhirat, kehidupan dan agama.
Agama makin terpinggir dan diolok-olok dengan cara berpura-pura.
Kita sulit membayangkan apa jadinya negeri yang berfalsafah adat ABS-SBK ini lima tahun ke depan?. Masih mungkinkah Allah menurunkan berkah, rahmat dan karunianya kepada kita? Atau umat ini masih belum sadar dengan peringatan/bencana yang telah diturunkan Allah?
Melihat fenomena yang terjadi, agaknya pemerintah tidak cukup hanya dengan imbauan-imbauan saja, tanpa bertindak tegas, menertibkan dengan sungguh-sungguh. (*)
MENJELANG Ramadhan datang, semua kita berharap dan dengan penuh yakin Ramadhan tahun ini akan lebih sejuk di hati, damai dalam perasaan dan tentram dibanding tahun lalu. Keyakinan itu didasarkan atas banyaknya imbauan dan pernyataan, baik dari para tokoh maupun pejabat pemerintah yang menekankan bahwa kita wajib memuliakan bulan Ramadhan. Kita harus menghormati kehadirannya sebagai bulan yang penuh berkah.
Karenanya warung-warung kelambu harus ditutup, tempat-tempat hiburan ditertibkan, dan bagi yang non muslim diminta agar memelihara kerukunan hidup antar umat beragama, dengan menjaga perasaan kaum muslimin yang sedang puasa.
Yang menarik lagi pernyataan hampir dari semua pemerintah kabupaten/kota, bahwa Satpol PP akan melakukan razia bekerjasama dengan aparat keamanan lainnya terhadap kegiatan-kegiatan dan perilaku yang tergolong pekat/maksiat. Apakah itu di warung-warung kelambu, tempat perjudian, miras, hiburan malam, rekreasi, pantai dan rumah-rumah kost serta hotel dan warnet. Di samping menindak tegas siapa yang menjual dan meledakkan mercon, sehingga jamaah tarawih merasa aman dan nyaman beribadah.
Namun kenyataannya setelah puasa berlangsung, kondisi yang dialami tidak banyak berubah. Bunyi mercon terdengar bersahut-sahutan. Seperti ada yang mengkoordinir, bahkan di sekitar masjid dan dalam suasana Shalat Tarwih berlangsung.
Habis Subuh kita malah menemukan yang meledakkan mercon itu ternyata anak-anak yang sedang mengikuti Pesantren Ramadhan. Mereka sengaja ke luar masjid hanya untuk itu. Lebih menarik lagi mereka adalah anak-anak remaja perempuan yang masih pakai mukena. Setelah diingatkan mereka lari dan terus pulang. Berarti anak-anak ini lepas dari kendali guru.
Di sisi lain kita sedih, betapa tumpul tak berdayanya kekuatan moral para tokoh dan pejabat serta ulama dan ustad yang mengimbau sebelum Ramadhan, agar menghormati bulan suci. Imbauan itu se-olah-olah hanya disahuti dengan meramaikan permandian tempat balimau sebelum memasuki bulan puasa. Belum lagi yang namanya warung kelambu, malah ada yang tidak perlu kelambu lagi, seperti di kompleks Atom Sentre dan Pantai Padang, dengan beraninya saudara-saudara kita makan, merokok dan main seenaknya tanpa marasa berdosa.
Na’uzubillah!.
Begitu pula perilaku di atas angkot, bus kota dan di pasar-pasar yang merokok seenaknya. Tidak terkecuali di tempat-tempat hiburan malam, di hotel-hotel dan rumah-rumah kost. Sepertinya negeri ini memang sudah diserbu habis-habisan oleh budaya sekuler, yang memisahkan antara dunia dan akhirat, kehidupan dan agama.
Agama makin terpinggir dan diolok-olok dengan cara berpura-pura.
Kita sulit membayangkan apa jadinya negeri yang berfalsafah adat ABS-SBK ini lima tahun ke depan?. Masih mungkinkah Allah menurunkan berkah, rahmat dan karunianya kepada kita? Atau umat ini masih belum sadar dengan peringatan/bencana yang telah diturunkan Allah?
Melihat fenomena yang terjadi, agaknya pemerintah tidak cukup hanya dengan imbauan-imbauan saja, tanpa bertindak tegas, menertibkan dengan sungguh-sungguh. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar