SHUTTERSTOCKIlustrasi.
JAKARTA, KOMPAS.com — Kesedihan tampak di Ruang Duka Mawar dan Dahlia, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Minggu (25/9/2011) pagi. Peti jenazah berwarna putih dengan kaca bening melapisi jenazah Steven Wijata. Dokter muda itu pergi selama-lamanya pada usia 23 tahun.
Warna putih pada peti Steven identik dengan profesi dokter. Kepergian Steven tidak disangka-sangka karena dia masih bersemangat mengangkat sumpah sebagai dokter bersama ratusan dokter Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) pada Sabtu pagi.
Sore hari, dia juga masih bertemu dan berkomunikasi dengan IM, kekasihnya. Menjelang pukul 18.00, Steven memilih untuk mengurung diri di Kamar 2410 Apartemen Salemba Residence di Jalan Salemba Tengah II, Jakarta Pusat. Kamar di lantai 24 itu adalah tempat tinggalnya selama menjalankan kuliah di FKUI sejak tahun 2006.
Siapa sangka, sekitar pukul 18.45, Steven ditemukan tidak bernyawa lagi di lantai dasar apartemen tersebut. Tidak ada yang tahu persis bagaimana saat-saat sebelum Steven mengembuskan napas terakhirnya. Dari Jakarta, Steven dibawa ke Cirebon untuk dikebumikan di kota kelahirannya.
Dokter dan pemain drum
Sejumlah kawan di kampus atau di gereja mengenal Steven sebagai sosok yang baik dan murah hati. Tidak jarang dia menjadi tempat bercerita sekaligus berkonsultasi bagi rekan-rekannya yang punya persoalan kesehatan.
Pria kelahiran 1 September 1988 ini dikenal memiliki ketertarikan tinggi di bidang kedokteran. Dua tahun silam, Steven mengikuti Kongres Internasional Ilmu Kedokteran di University Medical Center Groningen di Belanda untuk mempresentasikan hasil penelitiannya mengenai alat pendeteksi dini penyakit kanker.
Seperti ditulis dalam situs Tempo Online edisi 25 Mei 2009, Steven mengkreasikan sinar berdaya rendah dari spektroskop untuk membedakan antara sel normal dan sel kanker. Alat ini setidaknya mendeteksi awal pertumbuhan kanker sebelum penderita meneruskan ke pemeriksaan lanjutan.
Tidak hanya piawai di dunia kedokteran, Steven juga mahir menggebuk drum. Bersama sejumlah rekannya, Steven tergabung dalam grup band Made by Med. Keterampilan di dunia musik juga membuat Steven bergabung dalam kelompok musik di gereja.
Kejadian kemarin mengejutkan semua pihak. Polisi juga belum bisa memastikan penyebab Steven jatuh dari lantai 24 itu.
”Kami masih menunggu hasil visum dokter untuk mengetahui apakah ada penganiayaan atau zat berbahaya di dalam tubuhnya,” kata Kepala Polsek Senen Komisaris Iman Zebua.
Sejauh temuan polisi di lokasi kejadian, tidak ada bekas alkohol atau narkoba di dalam kamar. Korban juga sendirian di dalam unit itu saat kejadian serta kondisi kamar yang terkunci dari dalam. Polisi juga masih mengusahakan untuk mendapatkan rekaman kamera pengintai di apartemen itu untuk pengembangan penyelidikan.
Entah apa yang terjadi pada dokter genius ini, tetapi semua kerabat dan kawan mengiringi kepergiannya dengan doa. (agnes rita sulistyawati)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar