JAKARTA, KOMPAS.com - Pertandingan sepakbola kualifikasi Piala Dunia 2014 antara Indonesia melawan Bahrain berakhir tadi malam di Stadion Gelora Bung Karno dengan keunggulan 2-0 untuk Bahrain. Tanding ini ternyata disiarlangsungkan stasiun televisi asal Qatar, al Jazeera. Namun, komentator al Jazeera bersikap "rasis" terhadap pemain Timnas atau terlalu memihak Bahrain, padahal dalam menjalankan tugasnya komentator dituntut netralitasnya.
Penilaian disampaikan Taufieq Poenya, Kompasianer yang juga mahasiswa S1 jurusan Aqidah dan Filsafat Universitas Al Azhar, Mesir, yang menyaksikan langsung duel Indonesia-Bahrain. Taufiq yang paham bahasa Arab ini mengikuti komentator al Jazeera yang dinilainya "rasis" atau terlalu memihak Bahrain itu.
"Komentator al Jazeera sepanjang pertandingan cenderung mendukung timnas Bahrain. Buktinya ketika kedudukan masih kosong kosong, komentator sering berkata ‘natamanna hadf al awwal li muntakhob bahrain’ [semoga ada gol pertama bagi timnas bahrain]. Kemudian ketika kedudukan dua kosong untuk Bahrain, dia kembali komentar ‘natamanna hadf as salis’ [semoga terjadi gol yang ketiga]. Sebaliknya ketika gawang Bahrain diserang dan gagal, komentator malah bersyukur ‘alhamduillah wa salam’," tulis Taufieq diKompasiana.
Koemntator al Jazeera juga jarang menyebut nama pemain Indonesia, hanya satu nama yang dia sebut dengan pengucapan yang benar yaitu Cristian Gonzales. Selebihnya nama lain seperti Markus, Nasuha, apalagi Bambang selalu absen. "Sebaliknya komentator lebih menikmati menyebut pemain Bahrain," tulisnya.
Untuk mengikuti selengkapnya laporan pandangan mata Taufieq dari stasiun televisi al Jazeera yang bisa ditangkap di Mesir ini, silakan baca di sini.
Komentator Al Jazeera ‘Rasis’ Terhadap Timnas Indonesia
Siapa yang tidak bangga kalau negaranya diliput channel sekelas al Jazeera. Channel asal qatar ini membagi siarannya menjadi tiga kategori yaitu news, sport dan documentary. Untuk ketegori news, setidaknya saya menghitung ada tiga kejadian Indonesia diberitakan, yaitu ketika gunung merapi meletus, ditangkapnya Abu Bakar Ba’asyir dan hukuman pancung Ruyati. Khusus berita ruyati, al Jazeera memasukkannya dalam program Inside Story, sebuah program yang dibahas serius oleh tokoh penting dunia. luar biasa
Untuk urusan sport, belum pernah sekalipun al Jazeera menayangkan baik pertandingan yang menyangkut klub atau timnas Indonesia. Ini bisa dimaklumi karena dari segi prestasi, timnas kita masih‘megap megap’ untuk bersaing di level asia bahkan antar negara asean pun masih belum mampu. Disamping pertimbangan bahwa suporter kita terkenal lebih ‘kreatif’ dibanding holigans Inggris.
Maka agak aneh jika pertandingan kualifikasi World Cup 2014 Indonesia vs Bahrain ini ditayangkan, padahal pertandingan sebelumnya antara Iran vs Indonesia tidak ditayangkan. Ehm ada apa ini, saya menduga jangan jangan al Jazeera yang notabene berpaham sunni bersikap rasis terhadap negara Iran yang berpaham syiah.
Oke, kita lupakan dulu sunni dan syiah, lalu dimana letak rasisnya al Jazeera di pertandingan ini? ada 2 hal yang mencolok sepanjang pertandingan tadi.Pertama, komentator al Jazeera jarang sekali menyebut nama pemain Indonesia, hanya satu nama yang dia sebut dengan pengucapan yang benar yaitu Cristian Gonzales, selebihnya nama lain seperti Markus, Nasuha, apalagi Bambang selalu absen. Sebaliknya komentator lebih menikmati menyebut pemain Bahrain.
Ini jelas rasis [sebenarnya diksi ini kurang tepat]. karena jika alasannya nama pemain Indonesia kurang populer atau tidak kearab araban itu salah. Mengapa ketika mengomentari pertandingan liga Italia, Spanyol, atau Prancis dia lihai menyebut nama satu persatu, bahkan nama yang susah menurut lidah arab pun juga disebut. Contoh pirlo menjadi birlo, xavi menjadi xabi, belum lagi nambahin nama seperti ibrahimovic menjadi ibra ala kadabra, mesut ozil menjadi mas’ud ozil.
Kedua, komentator al Jazeera sepanjang pertandingan cenderung mendukung timnas Bahrain. Buktinya ketika kedudukan masih kosong kosong, komentator sering berkata ‘natamanna hadf al awwal li muntakhob bahrain’ [semoga ada gol pertama bagi timnas bahrain] kemudian ketika kedudukan dua kosong untuk Bahrain, dia kembali komentar ‘natamanna hadf as salis’ [semoga terjadi gol yang ketiga]. Sebaliknya ketika gawang Bahrain diserang dan gagal, komentator malah bersyukur ‘alhamduillah wa salam’.
Hal semacam ini tidak pernah terjadi ketika mengomentari pertandingan liga liga bergengsi atau world cup 2010 . Biasanya sikap komentator selalu netral. Ini al Jazeera sebuah channelinternasional lho, ditonton diseluruh dunia, kecuali jika yang menayangkan channel lokal seperti RCTI atau SCTV, otomatis komentator channel tersebut akan mendukung negarannya.
Ah saya terlalu lebay. saya masih kecewa menerima kekalahan timnas di kandang sendiri. Sudah pertandingan lawan Iran dibabat tiga kosong sekarang kalah, ditayangin di al Jazeera lagi. Tetapi minimal kalahnya lebih baik dari pertandingan lalu. bukankah nabi Muhammad pernah berpesanbarangsiapa yang hari ini lebih baik dari kemaren maka dia termasuk orang beruntung dan barangsiapa hari ini lebih buruk dari hari kemaren maka dia ‘terlaknat’. Masalahnya ini pertama kali atau sudah berkali kali ya? TANYA KENAPA?!@#$%%
Tidak ada komentar:
Posting Komentar