Sebuah arsitektur dan wujud fisik sebuah bangunan, inheren dengan kehidupan sosial budaya masyarakat yang mendukungnya. Salah satunya adalah bangunan masjid.
Nagari-nagari di Minangkabau, selalu identik dengan keberadaan masjid. Bentuk fisik dan pemanfaatan sebuah masjid bisa menjadi cerminan kebudayaan daerah di mana masjid itu dibangun. Masjid tak hanya menjadi tempat melaksanakan ibadah, tapi juga sebagai tempat berunding dan musyawarah. Bahkan, pada zaman kolonial dulu, masjid juga jadi tempat berlindung dan mengatur strategi perang.
Hal itulah yang berusaha ditunjukkan dalam pameran foto masjid-masjid tua di arena Pekan Budaya Sumatera Barat tahun 2011 yang diadakan di Lapangan Pacu Kuda Kubu Gadang, Kota Payakumbuh beberapa waktu lalu.
Terlihat beberapa foto masjid tua yang diatur sedemikian rupa di dinding-dinding triplek. Di samping foto juga di pajang tulisan berupa penjelasan tentang sejarah, bentuk fisik, dan lokasi masjid. Dengan demikian, masyarakat yang melihat tak hanya terkagum dengan visualisasi, tapi juga bisa mengetahui sejarah dan menambah pengetahuannya tentang masjid-masjid tua di Sumbar.
Salah satunya Masjid Tua Kayu Jao, Batang Barus, Gunung Talang, Kabupaten Solok. Masjid ini didirikan sekitar tahun 1599. Menurut cerita, pembangunan masjid ini cukup unik. Setelah terbentuk nagari, maka ninik mamak yang berjumlah 24 orang sepakat untuk mendirikan masjid.
Untuk menentukan lokasi pembangunan masjid, bermusyawarahlah imam, khatib, dan bilal, yang disepakati dengan cara menghanyutkan sebatang kayu. Maka di mana kayu tersebut berhenti, maka di sanalah masjid didirikan.
Masjid tua ini tak hanya digunakan untuk kegiatan keagamaan semata, tapi juga memiliki peranan penting dalam kehidupan bernagari. Di antaranya sebagai tempat bermusyawarah dalam upaya mengatur strategi menghadapi penjajah. Pada masa PRRI, masjid ini juga dijadikan tempat berlindung dan menyimpan senjata.
Masjid Tuo Kayu Jao adalah salah satu masjid tertua di Indonesia. Masjid berarsitektur khas Minangkabau. Di samping keasliannya yang tetap terjaga, arsitektur pada masjid ini juga sangat mudah untuk dikenali. Atapnya yang terbuat dari ijuk melambangkan desain rumah adat Minangkabau yakni Rumah Gadang, selain itu juga pada bagian mihrabnya yang diberi gonjong.
Jumlah tiangnya yang sebanyak 27 buah melambangkan enam suku yang masing-masing terdiri dari ampek jinih (empat unsur pemerintahan adat) sehingga jumlahnya 24 bagian, ditambah dengan tiga unsur dari agama yakni khatib, imam dan bilal, sehingga jumlahnya menjadi 27. Kuatnya syariat agama Islam di daerah tersebut juga tergambar dari jumlah jendelanya yang 13 buah, yang mengisyaratkan rukun salat yang 13 macam.
Menurut seorang tokoh masyarakat setempat, di awal pembangunan masjid tersebut hingga beberapa tahun kemudian, pola bangunan yang tidak memakai paku masih tetap dipertahankan.
Salah satu pengunjung, Rizal (45), mengatakan pameran foto masjid tua tersebut membantu masyarakat mengenali dan memahami kebudayaannya dan kehidupan beragama, dan perkembangan Islam sekalipun.
“Tak semua orang tahu masjid tua di Sumbar punya sejarah unik tersendiri, apalagi masjid punya peranan penting dalam kehidupan masyarakat Sumbar,” kata Rizal kepada Haluan pekan lalu.
Pameran ini juga dikunjungi oleh anak-anak usia sekolah. Mereka dibimbing oleh guru-guru untuk menikmati sekaligus menambah ilmu pengetahuan tentang negerinya.
Seperti siswa-siswa dari SDN 03 Lubuk Batingkok dan SMPN 03 Harau, Payakumbuh.
“Ternyata masjid agak mirip dengan rumah gadang, ada gonjongnya,” ujar salah seorang siswa, Rani (13).
Ia baru pertama kalinya melihat bentuk fisik masjid yang menyerupai desain rumah gadang. Rani berharap acara seperti ini diadakan lagi karena ia banyak menemukan pengetahuan baru yang asing sebelumnya.
Acara Pekan Budaya yang telah ditutup Sabtu lalu, diisi dengan berbagai macam iven, di antaranya pertunjukan seni dan pameran foto-foto cagar budaya Sumbar. Pertunjukkan seni dari tiap-tiap daerah di Sumbar itu juga dilombakan, seperti tarian daerah, gamad, busana tradisional, dan lain-lain. Keluar sebagai juara umum Kota Payakumbuh. (h/sya)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar