Padang Panjang, Singgalang Selain ucapan selamat Lebaran dan mohon maaf lahir bathin, istilah yang terbilang paling populer sejak Rabu (31/3) hingga Ahad (4/9) di jalur Padang-Bukittinggi, macet total dan padat merayap. Kota Padang Panjang yang berada di antara kedua kota besar Sumbar tersebut, nyaris meletus. Bila selama ini kemacetan hanya melanda Bukittinggi, kini sudah meluber ke mana-mana. Para pengguna jalan di berbagai kota mengeluhkan betapa semrawutnya sistem lalu lintas di negeri ini. Padang Panjang yang sejak tiga tahun belakangan jadi sasaran untuk berlebaran, untuk Idul Fitri 1432 H benar-benar macet total. Kendaraan yang melewati jalur-jalur utama kota berjuluk Serambi Mekkah itu benar-benar tak bisa bergerak. “Dari air terjun Lembah Anai menuju pusat kota yang jaraknya hanya belasan kilometer, dibutuhkan waktu tiga hingga empat jam. Kondisi serupa juga ditemukan di jalur Padang Panjang-Bukittinggi,” kata Memet, seorang petugas Bantuan Komunikasi Radio Antar Penduduk Indonesia (Bankom RAPI) Kota Padang Panjang, di sela-sela aktifitasnya memberi informasi kepada pengguna jalan raya di berbagai ruas di Sumbar. Tiap sebentar para petugas bankom memberi kabar kalau jalan-jalan utama dalam kota Padang Panjang macet total. Saat kemacetan dalam kota sudah bisa diurai, kemacetan malah berpindah ke ruas lain, terutama sejak dari Lembah Anai hingga Kota Bukittinggi. Kemacetan biasanya dimulai sejak siang hingga tengah malam. Puncaknya, Minggu (4/9), saat semua kendaraan merayap dan hampir tak bisa bergerak menuju Padang. Sementara sepanjang Sabtu (3/9), macet dan padat merayap terjadi di ruas Padang Panjang-Bukittinggi. Ribuan kendaraan bernopol Riau terlihat memadati jalan raya untuk kembali ke Pekanbaru dan kota-kota lainnya di provinsi tetangga itu. Rektor Univesitas Muhammadiyah Sumatera Barat (UMSB), Shofwan Karim Elha, mengaku, selama tiga hari lebaran, jalur Padang-Padang Panjang yang hanya berjarak sekitar 70 kilometer, harus ditempuh dengan waktu secepat-cepatnya tiga jam. Nyaris meletus Sementara itu, banyak peminat dari berbagai kota untuk melakukan aktifitas lebaran dan berwisata ke Padang Panjang, bermuara pada penuh sesaknya kota kecil di jantung Sumatra Barat. Kawasan Minang Fantasi (Mifan) yang jadi magnet pengunjung ke Padang panjang, nyaris tak mampu lagi menampung kunjungan manusia. Areal parkir yang disediakan tak sanggup menampung kendaraan. Akibatnya, parkir pun meluber ke mana-mana. Jalur alternatif yang disediakan untuk kendaraan keluar dari Mifan pun jadi lahan parkir dan menjadi titik kemacetan baru. Upaya petugas mengarahkan kendaraan yang keluar dari Mifan agar melewati daerah Sungai Andok-Tanah Hitam-Koto Panjang nampaknya gagal, karena jalur tersebut membuat para pengunjung terhindar dari kawasan pasar Padang Panjang dan melahirkan titik kemacetan baru di perempatan Pesantren Serambi Mekkah dan di daerah Bak Air Bukitsurungan. Sementara di jalur keluar yang biasa dilewati kendaraan dari Mifan, Mifan-Kampung Manggis dan samping Bioskop Karya, ratusan kendaraan terjebak macet total hampir setiap saat, terutama dari siang hingga senja. “Padang Panjang memetik keuntungan besar dari hadirnya wahana wisata keluarga Mifan. Sayangnya, pengelolaan arus lalulintas yang tidak profesional, melahirkan kemacetan yang melelahkan. Tambahan pula, Padang Panjang tidak memiliki hotel yang representatif dan memadai, sehingga pengunjung Mifan harus kembali ke Bukittinggi untuk menginap. Inilah salah satu pemicu parahnya kemacetan Padang Panjang-Bukittinggi itu,” ujar Ali Ibrahim Ritonga, seorang pengunjung Mifan asal Sumatra Utara. (006) |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar