Setelah melanda Kota Medan dan sekitarnya dua hari sebelumnya , hujan es dan angin puting beliung kemarin menghantam Payakumbuh. Akibatnya, puluhan rumah rusak.
PAYAKUMBUH, HALUAN — Hujan deras disertai angin puting beliung, Jumat (9/9) sore menghantam puluhan rumah di beberapa kelurahan di Kecamatan Payakumbuh Timur. Bahkan hujan deras dan puting beliung tersebut menghebohkan Payakumbuh karena terjadi hujan es sebesar kelereng.
Saat Haluan mendatangi tempat kejadian setelah hujan lebat tersebut, sebuah pabrik kertas telur milik Mulyadi dan sebuah kandang ayam sepanjang 100 meter milik Sipon di Kelurahan Payobasung tampak hancur karena ambruk dihantam angin puting beliung yang terjadi sekitar pukul 16.00 hingga pukul 17.000 WIB tersebut.
Kandang ayam yang ambruk tampak rata dengan tanah. Hanya saja kandang ayam potong pedaging tersebut tidak berisi ayam, karena baru selesai panen. Ditaksir kerugian dari hancurnya kandang ayam tersebut mencapai ratusan juta Rupiah. Selain, kandang ayam, tampak juga ambruk sebuah pabrik kertas telur yang tak jauh dari tempat tersebut.
Menurut keterangan Repa (40) salah seorang pekerja yang tinggal di pabrik tersebut angin kencang terjadi saat ia pergi ke warung untuk mencari minuman.
“Saya pergi ke warung, tiba-tiba hujan lebat datang disertai angin yang sangat kencang. Sesampai ia kembali ke pabrik yang terbangun dari semi permanen tersebut tampak bangunan pabrik sudah ambruk rata dengan tanah,” terang Repa.
Repa menyebutkan pabrik kertas telur tersebut baru 2 bulan berjalan. Pabrik tersbut milik Mulyadi warga Koto Panjang yang kini berada di Medan. ”Ya, Saya sudah melapor ke Pak Mulyadi. Ia akan pulang besok,” tutur Repa seraya mengumpul barang-barang yang berserakan.
Sementara itu Camat Payakumbuh Timur, Dafrul Pasi mengaku sudah mendapat laporan dari warga perihal bencana tersebut. Untuk sementara ia mendapat laporan bahwa cukup banyak rumah yang rusak akibat terpaan puting beliung tersebut
“Di Koto Baru dilaporkan 11 rumah yang rusak, di Koto Panjang ada 55 rumah, di Payobasung ada 9 rumah. Ini hanya data sementara, kita sedang di lapangan untuk melihat situasi. Sekarang kita sedang kumpulkan kepala RT dan RW untuk menenangkan warga. Besok akan kita himpun data warga yang rumahnya rusak ’ terang Dafrul Pasi.
“ Belum ada laporan apakah ada korban jiwa. Namun kerugian ditaksir sudah mencapai ratusan juta Rupiah,” kata Camat Payakumbuh Timur Dafrul Pasi kepada Haluan.
“ Waktu angin puting-beliung datang, warga yang tinggal di empat kelurahan ini sangat cemas sekali. Sehingga setelah hujan reda, warga langsung melihat rumah, pabrik dan kandang ayam yang ambruk tersebut. Kita sedang berembuk apakah diperlukan tenda barak untuk menampung warga yang rumahnya rusak,”ujar Dafrul Pasi.
Dafrul juga mengatakan bahwa ia juga menerima laporan dari warganya dalam kejadian tersebut sempat terjadi hujan es.
Di sebuah kebun yang tak jauh dari Pasar Ternak terdapat bongkahan es yang sangat luas menimpa jaring pelindung tanaman di kebun tersebut. Warga menyebutkan itu adalah bukti telah terjadi hujan es. Selepas hujan reda warga tampak berbondong melihat lokasi penumpukan bongkahan es tersebut.
Peristiwa yang sama juga melanda Kota Medan dan sekitarnya Rabu (7/9) siang yang mengakibatkan sejumlah pohon dan tiang listrik tumbang.
Fenomena Biasa
Cuaca seperti hujan es bukanlah fenomena cuaca yang baru terjadi atau fenomena cuaca yang aneh, karena fenomena ini biasa terjadi di Indonesia. Hujan es dan angin puting beliung ini sifatnya hanya local, luasannya kurang dari 10 km maupun durasinya yang sangat singat.
Menurut Kepala Sub Bidang Informasi Metereologi, Badan Metereologi dan Geofisika (BMG), Ahmad Zakir, turunnya buliran es yang menyerupai salju itu disebabkan gumpalan awan yang dekat dengan permukaan bumi. Bila gumpalan itu dekat permukaan bumi, jelasnya, akan menyebabkan gumpalan awan tersebut tidak lebur dengan baik sehingga turun ke bumi dalam keadaan masih berbentuk kondensasi (gumpalan).
“Tapi peristiwa seperti ini hanya berlangsung beberapa menit. Setelah itu hujan berlangsung normal kembali,” katanya.
Menurut Zakir, fenomena itu biasanya terjadi di daerah yang memiliki awan yang dekat dengan permukaan bumi. “Awan merupakan asal hujan. Di Jawa Barat bagian utara hal seperti ini juga sering terjadi. Beberapa daerah di Indonesia juga sering terjadi,” ucap Zakir.
Lebih lanjut dikatakan Zakir, butiran es itu adalah semburan kondensasi air hujan yang menggumpal di atas permukaan bumi yang disebut awan gelap. “Biasanya seperti itu. Pertama kali keluar butir yang ada. Nah itu lima sampai 10 menit akan seperti itu. Pertama kali itu bukan hujan gerimis tapi semburan dari butir-butir hujan tapi ini tidak lama,”katanya. (h/il)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar