LETUSAN GUNUNG MARAPI
PADANG, HALUAN- Semburan abu vulkanik Gunung Marapi yang berada di Kabupaten Tanahdatar dan Agam, sejak Sabtu (1/10) pagi mencapai Batusangkar. Kendati demikian, abu tersebut belum mengganggu aktivitas warga di Batusangkar. Aktivitas warga masih normal seperti berjualan, rekreasi dan kegiatan lainnya.
Siswanto (30), warga Batusangkar, Kabupaten Tanahdatar, mengaku dirinya sudah beberapa kali harus membersihkan sepeda motornya yang terkena abu vulkanik.
“Awalnya saya mengira itu hanyalah debu dari jalan raya, tapi setelah dilihat lebih dekat ternyata lebih kesat dan berwarna kehitaman,” sebutnya.
Dia menambahkan, sepeda motor yang biasa ia parkir di depan tokonya di Pasar Batusangkar tidak pernah terkena abu seperti itu. “Tapi kali ini hampir seluruh permukaan kendaraan terkena abu berwarna kehitaman,” katanya menambahkan.
Sejumlah kendaraan baik yang diparkir atau yang melintas di jalan raya, termasuk tanaman dan bangunan di Batusangkar juga terlihat dikotori abu vulkanik.
Kendati demikian, abu tersebut belum mengganggu aktivitas warga di Batusangkar. Aktivitas warga masih normal seperti berjualan, rekreasi dan kegiatan lainnya.
Sejumlah warga menyebutkan, tiupan angin yang terasa lebih kencang dari biasanya membuat debu vulkanik Gunung Marapi sampai ke Batusangkar.
Gunung Marapi yang memiliki ketinggian 2.891 meter di atas permukaan laut (mdpl) menyemburkan abu vulkanik berbau belerang sejak 3 Agustus 2011 hingga ketinggian 1.000 meter dan menjangkau sejumlah daerah di Sumbar seperti Agam, Tanah Datar, Padang Pariaman, dan Padang Panjang.
Pihak Badan Geologi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana (BGPVMB) Bukittinggi masih menetapkan status waspada level II. Dengan status itu pendakian lebih dari tiga kilometer dari puncak gunung dilarang.
BGPVMB Bukittinggi terus memantau perkembangan gunung tersebut, namun tidak lagi mendatangi lokasi karena alat seismograf yang dipasang di daerah Batupalano dan Lasi sudah bekerja maksimal.
BGPVMB telah memasang tiga alat seismograf dan satu digital analog pada ketinggian 2.000 meter di daerah Batupalano dan di ketinggian 1.500 meter di Lasi.
Semburan asap hitam juga terjadi Jumat (30/9) mulai pukul 07.00 hingga 08.00 WIB. Semburan vulkanik ini tidak mengganggu aktivitas warga.
Menurut Nini, warga Padang Panjang, saat dihubungi lewat telepon, dirinya ketika hendak pergi ke sawah menanam padi terkejut mendengar suara letusan. “Ketika saya mau keluar rumah mendengar ada suara letusan dari luar, saya terkejut dengan suara tersebut,” katanya.
Menurutnya, seketika itu juga ia cepat keluar untuk mengetahui apa yang terjadi di luar rumah, namun ternyata Gunung Marapi mengeluarkan debu vulkanik disertai belerang dari kepundan. Debu vulkanik yang dikeluarkan dari kepundan Gunung Marapi terlihat sangat hitam dari kejahuan.
Warga sekitar hampir setiap hari melihat Gunung Marapi mengeluarkan debu vulkanik disertai belerang. “Walaupun Gunung Marapi mengeluarkan debu vulkanik disertai belerang berwarna hitam, warga masih tetap beraktivitas,” katanya.
Hal senada juga dikatakan Arif, warga Agam, bahwa asap hitam Gunung Marapi yang dikeluarkan dari kepundan sangat tebal. “Gumpalan asap hitam kali ini terlihat sangat tebal hampir menutupi permukaan Gunung Marapi,” lanjutnya.
Menurutnya, kecemasan masyarakat akan timbul apabila gunung itu tidak menujukkan aktivitasnya sebagai salah satu gunung api yang aktif.
Dia menambahan, sejak gunung meletus sebulan yang lalu hampir tiap hari asap hitam menggumpal dari ke pundangnya, namun kondisi itu belum mengakibatkan warga khawatir.
“Warga malah senang dengan sering keluarnya debu vulkanik yang bercampur belerang tersebut, karena selain bisa menyuburkan tanah, kondisi itu biasanya akan memperlancar aktivitas gunung merapi,” lanjutnya.
Tempat terpisah Koordinator Pusdalops PB Sumbar Ade Edward mengatakan, saat ini Gunung Merapi di Sumbar ada dalam status waspada plus (+), tapi belum siaga. Status Gunung Marapi yang telah sedikit di atas status waspada itu, perlu langkah-langkah siap siaga dari pemerintah provinsi serta kabupaten dan kota setempat untuk menyosialisasikanya pada masyarakat,” tuturnya.
Dia menambahan, peningkatan aktivitas Gunung Marapi hingga saat ini tidak mempengaruhi patahan semangka yang membentang lurus dari Danau Kembar di Kabupaten Solok hingga Kabupaten Pasaman.
“Belum ada keterkaitan peningkatan aktivitas gunung dengan pergerakan lempeng yang bisa menimbulkan gempa. Keadaan masih normal dan belum ada catatan gempa yang dirasakan masyarakat sejak meningkatnya aktivitas Gunung Marapi,” katanya.(ant/aci)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar