Setelah peristiwa tertangkapnya dua penari telanjang di Fellas Cafe, Padang, warga penasaran bagaimana sesungguhnya kota ini di malam hari. Berikut laporan ‘Kehidupan Malam Kota Padang’ ditulis wartawan Singgalang, Guswandi dan Deri Okta Zulmi ***
Setelah mengupas kehidupan malam di Padang, Singgalang kembali mengupas sisi lain yang ada di kota ini. Katanya di Padang juga menyediakan wanita simpanan, bagi pria yang tidak mau mengikat pernikahan bisa memakai wanita simpanan, baik yang belum mempunyai istri atau pun yang sudah beristri. Singgalang pun mencoba menelusuri di mana wanita simpanan tersebut. Bermodalkan kenalan dari seorang teman, Singgalang bertemu salah seorang wanita simpanan yang ada di Padang. Sebelum mengupas lebih jauh wanita simpanan ini, baiknya kita tahu apa arti dari wanita simpanan. Wanita atau perempuan simpanan adalah pasangan seks wanita jangka panjang milik seorang lelaki dan mitra yang tidak dinikahi oleh lelaki tersebut. Hubungan biasanya stabil dan sekurang-kurangnya semi permanen. Namun, pasangan ini tidak hidup bersama secara terang-terangan. Hubungan ini juga biasanya tidak senantiasa rahasia. Terdapat banyak lelaki pada masa lalu yang memiliki wanita simpanan bersama istri mereka. Dalam sejarah, istilah ini digunakan bagi wanita yang disimpan dengan gaya hidup mewah oleh lelaki kaya agar wanita ini senantiasa bersedia melayani kebutuhan seksualnya. Wanita demikian dapat berganti peranan dari perempuan simpanan dan pelacur tergantung pada keadaan diri dan sekelilingnya. Namun, di masa kini, istilah perempuan simpanan biasanya digunakan untuk merujuk pada pasangan wanita milik lelaki yang menikah dengan wanita lain; dalam kasus lelaki tidak menikah ia biasanya dirujuk sebagai ‘pacar’ atau ‘pasangan rumahtangga’. Secara sejarah, lelaki ‘menyimpan’ wanita. Sebagaimana yang dibayangkan oleh istilah itu, ia bertanggungjawab bagi utangnya dan memberi uang sebagaimana dia berikan kepada istrinya. Pada zaman ini dan kebebasan hak, kemungkinan wanita simpanan tersebut turut bekerja, dan jika ada, kurang bergantung sepenuhnya secara keuangan kepada lelaki tersebut. Adalah menjadi perkara biasa bagi lelaki mempunyai anak bersama wanita simpanannya. Perempuan simpanan tidak dianggap pelacur (menurut undang-undang). Pelacur mendapatkan uang dengan layanan seks, tetapi perbedaan mendasar adalah perempuan simpanan menyimpan dirinya khusus bagi satu lelaki, sama seperti seorang istri. Terdapat juga kemungkinan adanya hubungan sosial dan emosi antara lelaki dan perempuan, sementara pelacur hanyalah khusus secara seksual. Kali ini Singgalang berkesempatan mengobrol dengan salah seorang wanita simpanan di Padang. Sebut saja namanya Desy, 37, (samaran). Sebelum menjadi wanita simpanan, Desy adalah seorang biduan organ tunggal yang ada di kota ini. Suaranya yang merdu dan goyangannya yang gemulai menghipnotis semua pria yang menontonnya, sampai-sampai pria itu lupa akan istrinya di rumah. Desy pun bercerita kepada Singgalang ia menjadi biduan organ karena hoby bernyanyi. Lama-kelamaan ia pun betah dengan pekerjaannya tersebut dan menjadikan hobinya sebagai mata pencariannya. Ia menjadi biduan semenjak umur 20. Semuanya berjalan normal sampai umur 23. Saat ia manggung di salah satu acara formal ia ditawari untuk menjadi pacar dari salah seorang pengunjung acara tersebut. “Saat itulah saya memulai berhubungan (berpacaran). Saya tidak tahu kalau pengunjung tersebut beristri. Lama-kelamaan hubungan kami semakin jauh, lalu pria itu meminang saya untuk dijadikan istri. Melihat itikad baiknya, saya pun memberitahukan kepada keluarga kalau saya akan dipinang,” ujar wanita berambut panjang itu. Ia hanya tahu kalau pria itu seorang pengusaha dan memiliki perusahaan di Padang. Tapi pria itu bukan asal Sumbar. Akhirnya ia dengan pria itu hidup bahagia dan membina keluarga. Rumah tangganya berjalan normal, tanpa ada gangguan. Semenjak suaminya ada pekerjaan di luar Sumbar di sanalah ia mulai merasa ada yang aneh dengan rumahtangganya. “Saya baru menyadari ketika suami saya selalu keluar kota. Katanya ada pekerjaan, tapi ia pulang sekali dua minggu, seperti bang toyib saja,” katanya. Akhirnya semua yang ia cemaskan terjadi. Ternyata suaminya sudah memiliki istri. Ia pun merasa disakiti dan dibohongi. Perasaannya gundah setelah mendapatkan kabar tersebut. Parahnya lagi si suami tidak pulang-pulang dan tidak menafkahinya, sampai anak yang dikan dungnya dan melahirkan tidak didampingi suaminya. Tidak di situ saja penderitaan Desy. Setelah ditinggalkan suami tanpa ada kejelasan, anak kesangannya meninggal dunia pada usia tujuh bulan. Ia stres dan shock dengan kejadian yang ia alami. “Saat itu saya merasa mau mati saja. Orang yang saya sayang semuanya telah pergi meninggalkan saya,” ujarnya pilu. Desy pun kembali menjadi biduan untuk menafkahi dirinya sendiri. Semenjak itu ia tidak mau menjalin hubungan terikat (menikah) dan benci dengan pria. Tawaran pun begitu banyak untuk menjadi biduan di acara-acara. Di sanalah ia didekati seorang pria yang berumur 39 tahun. Pria tersebut menawarinya untuk dijadikan istri (wanita simpanan) dengan syarat ia tidak boleh lagi menjadi biduan. “Waktu saya mengisi acara di salah satu instansi pemerintahan, saya ditawari salah seorang anggota dewan untuk dijadikan wanita simpananya. Saya pun menyetujui tawaran pria tersebut, karena saya sudah jenuh dan trauma menjalani hubungan terikat,” ujarnya lagi. Saat itu, perekonomian keluarga Desy pun berubah drastis. Semua yang ia inginkan ada dan terpenuhi. Pria tersebut memberikan ia tempat tinggal yang mewah dengan seisi rumahnya. Semuanya berjalan normal tanpa ada gangguan. Setiap pria itu mem butuhkannya, ia pun siap melayaninya dengan puas. “Saya menjalani dengan enjoy aja. Mungkin ini sudah takdir saya menjadi wanita simpanan,” ungkap wanita berparas ayu itu. Desy pun pernah didatangi oleh istri sah suaminya. Ia pun meladeninya dengan enjoy saja, tanpa ada rasa ketakutan di dalam hatinya. Salah seorang istri dari kekasih gelapnya mendatangi rumahnya, sempat terjadi perkelahian kecil di antara mereka. “Pernah sekali, istri sah dari kekasih gelap saya mendatangi saya. Kami pun sempat berantem. Istrinya pun memaki-maki saya. Tapi saya acuhkan saja, memang ini toh risiko dari perbuatan saya,” ujarnya. (*) |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar