kompasiana

Setelah sebelumnya, pada bulan februari lalu saya menulis tentang Kenangan Wisata ke Kawasan Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Yaitu di Bukit Lengkisau, Pantai Carocok, Jembatan Akar, Air Terjun Bayang Sani dan Air Terjun Timbulun. Kini saya kembali untuk mencoba menuliskan pengalaman saya selama berwisata di Sumatera Barat, sekaligus untuk bernostalgia, setelah beberapa waktu lamanya foto-foto saya tersimpan rapi dalam komputer tanpa terjamah sekalipun.
Museum Adityawarman, tampak dari depan
Choirul Huda
Museum ini dinamakan sebagai Museum Adityawarman, karena mengingat jasa seorang Raja Minangkabau di abad XIV masehi. Raja Adityawarman yang berasal dari pulau Jawa, dan masih keturunan dari Raden Wijaya, Raja Majapahit. (Sumber: Wikipedia)
Dalam sejarah, juga disebutkan bahwa Adityawarman yang mendirikan kerajaan bernama Malayapura, berbeda dengan kerajaan Dharmasraya. Karena Adityawarman mengangkat dirinya sendiri sebagai seorang Raja untuk melepas pengaruh Majapahit. Serta memindahkan pusat kerajaannya lebih kedalam ke daerah Pagaruyung, yang merupakan strategi menghindari langsung konfrontasi dengan Majapahit, yang pada masa itu sedang berambisi melakukan penaklukan wilayah-wilayah di antero nusantara, dibawah kendali Sang Mahapatih Gajah Mada.
Karena jasa-jasanya tersebut, maka namanya diabadikan sebagai nama museum Adityawarman.
* * *
Dibangun tepat di jantung kota Padang, yaitu Kompleks lapangan Tugu, jalan Dipenogoro No 10, Padang. Di museum ini tersimpan sekitar 6000 koleksi, baik itu yang berasal dari Sumatera Barat sendiri, maupun pulau Jawa, atau beberapa daerah di nusantara. Di depan museum terdapat Taman Melati, yang dahulunya merupakan taman bermain warga kota Padang dan sekitarnya.Saat tinggal di Sumatera Barat saya sendiri sudah beberapa kali mengunjungi museum Adityawarman. Karena letaknya sangat dekat dengan tepi pantai (atau, Taplau dalam bahasa setempat) yang biasanya saya jadikan sebagai tempat melepas penat dan cuci mata. Juga karena dekat dengan pusat Kota, dan beberapa hotel ternama di Padang, seperti Bumi Minang, Inna Muara, atau Ambacang, yang sudah runtuh akibat gempa 2009 lalu. Sayangnya, waktu itu kalau malam hari, di depan museum ini dijadikan tempat mengumpul laki-laki hidung belang dan kupu-kupu malam, melalui perantara beberapa taksi yang mangkal tepat di depannya.
Terakhir saya berkunjung adalah saat Idul Fitri 2009, atau sekitar seminggu sebelum kejadian gempa pada tanggal 30 September 2009, yang meluluh lantahkan kota Padang.
Dan di museum ini pula, saya pernah mendapatkan kenangan manis dengan seorang gadis minang, yang hingga kini sangat sulit untuk dilupakan…
* * *
Arca Aditywarman sebagai Bairawa atau Dewa-Raksasa
* * *
Prasasti yang ditemukan di pinggiran sungai Batang Hari, Sumatera Barat
* * *
Maket Candi Borobudur
* * *
Maket Candi Prambanan
* * *
Miniartur rumah Gadang yang berada di Pagaruyung
* * *
Ruang adat Pelaminan khas Minang
* * *
Diorama Makanan tradisional khas Minangkabau
* * *
Silaturahmi dalam pernikahan
* * *
Diorama yang sangat Fantastis dan unik
* * *
Uups, ada Pesawat di Taman Melati…
* * *
Taman Melati untuk Taman Bermain Anak-anak Hingga Remaja
* * *
Patung Seorang Pejuang, tampak nyata apabila dilihat sekilas lekuk tubuhnya
* * *
Beberapa Gadis remaja sedang asyik berfoto dibelakang Museum
* * *
Budaya dari suku Mentawai, di seberang pulau Sumatera
* * *
Foto pasca terjadinya Gempa 2009. (Sumber: http://www.museum-adityawarman.com/index.php?option=com_content&view=article&id=54:museum-adityawarman-pasca-gempa&catid=8:kegiatan)
* * *
Di rumah, saya banyak mengoleksi beberapa souvenir Khas dari Minangkabau: Miniatur Ramah Gadang, dan Boneka Uda-Uni. Sebab untuk sekarang, hanya ini yang saya bisa lakukan untuk melestarikan dan mencintai budaya bangsa sendiri…
* * *
Menggabungkan Koleksi dari seluruh Nusantara: Jawa, Sunda, Minang, Jambi, Pontianak, Banjarmasin, dan dipadukan dengan luar negeri seperti gitar, drum serta mobil 4wd…
* * *
- Choirul Huda (CH)
__________________________________
Tidak ada komentar:
Posting Komentar