SHUTTERSTOCKIlustrasi
JAKARTA, Istri Kepala Unit Reserse Kriminal Kepolisian Sektor Pamulang Ajun Komisaris TS, EK, yang mengaku menjadi korban pemerkosaan, akhirnya tetap menjalani tes "lie detector" di Badan Reserse Kriminal Polri, Jumat (16/12/2011) petang. Sebelumnya, tes itu dibatalkan oleh Mabes Polri karena belum mendapatkan surat rekomendasi dari Kepolisian Resor Depok.
"Karena kami mencoba kooperatif dengan pihak Mabes, kami tetap tes," ujar Buswin melalui pesan singkat kepada Kompas.com, Jumat. Namun, ia mengaku belum dapat membeberkan hasil dari pemeriksaan kliennya karena tes baru akan dilanjutkan kembali hari Senin (19/12/2011). "Tesnya di lanjutkan Senin karena klien saya sudah lelah," sambung Buswin.
Seperti yang diketahui, tes kebohongan ini direkomendasikan Polresta Depok, Jawa Barat, karena laporan EK terkait pemerkosaan dan perampokan di rumahnya dianggap sebagai laporan yang direkayasa. Hal itu diungkapkan Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Baharuddin Djafar, yang menyatakan ada beberapa kejanggalan dalam peristiwa yang dilaporkan EK.
Salah satu kejanggalannya adalah ketidaksinkronan keterangan yang diberikan EK dengan saksi-saksi yang ada. Dari hasil pemeriksaan sementara, EK mengaku pelaku masuk ke rumahnya sekitar pukul 03.00. Namun, pada pukul 03.00 lebih, ia juga mengirimkan pesan singkat kepada suaminya, TS, yang menyatakan "Cepatlah pulang".
Padahal, saat itu, perampok tersebut masih berada di rumahnya. Pesan itu sangat singkat. EK sama sekali tidak mengabarkan ada perampok yang menyatroninya. Pesan yang berisi kalimat "Cepatlah pulang" dikirim EK kepada suaminya sebanyak tiga kali. Selain itu, EK juga mengaku perampok itu lalu melecehkan EK di kamarnya. Tangan EK diikat oleh pelaku. Mulut dan matanya ditutup dengan plakban agar EK tak memberontak.
Sekitar pukul 04.00, pelaku langsung melarikan diri melalui pintu jendela. Namun, sebelumnya pelaku membukakan ikatan di tangan, sementara plakban tetap pada posisi semula. Pelaku juga mengambil sebuah ponsel korban. Kendati ikatan sudah dibuka, EK ternyata tidak membuka plakban di mata dan mulutnya. Suaminya yang datang dan kemudian membuka plakban tersebut.
Mengapa EK tidak langsung membuka plakban di mata dan mulutnya? Baharuddin pun mengaku belum mengetahui alasannya. "Kami belum tahu itu karena yang bersangkutan setiap diminta keterangan selalu nangis sampai pingsan," ucap Baharuddin, Senin lalu.
KOMPAS.com
TERKAIT:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar