Bagi masyarakat di dusun perbatasan Indonesia dengan Malaysia, akses kesehatan dan ekonomi merupakan barang mewah. Komando Pasukan Khusus TNI-AD dalam satu aktivitas terpadu di Desa Tingting Sligi, Badau, Kalimantan Barat, memberi pelayanan kesehatan dan gizi pada masyarakat setempat. (Komando Pasukan Khusus TNI-AD/T Sobri)
... Kami sangat kesulitan jika ada masyarakat yang sakit. Jika sakit kami harus pergi jauh sekali, bahkan kalau perlu sampai ke Lubuk Hantu karena di sana lebih lengkap...
Adalah Dusun Telian, Desa Tingting Sligi, Kecamatan Badau, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, yang kali ini menjadi lokasi bhakti sosial pasukan Baret Merah itu. Tentu bukan cuma personel tentara saja yang terlibat, namun gabungan PMI, dinas kesehatan setempat, relawan, dan lain-lain.
"Baru kali ini, menurut penuturan masyarakat setempat, dilaksanakan kegiatan serupa. Jika mereka sakit, harus pergi ke Pos Pengamanan Perbatasan atau malah ke Lubuk Hantu di wilayah Sabah, Malaysia. Kami sangat bangga bisa menyumbang sesuatu pada masyarakat di perbatasan negara kita ini," kata Kepala Dinas Penerangan Komando Pasukan Khusus TNI-AD, Letnan Kolonel Infantri T Sobri, di Jakarta, Rabu.
Kegiatan itu sendiri, katanya, berlangsung dua hari lalu. Ratusan masyarakat setempat sangat antusias mendaftarkan diri atak anak-anaknya. Seorang paramedik relawan yang turut, Siwo, menyatakan, "Kebanyakan mereka menderita sakit terkait pencernaan, di antaranya maag atau penyakit bagian gigi dan mulut. Kami bersama personel tentara bahu-membahu menyuluh kesehatan dan gizi pada mereka."
Secara keseluruhan, jumlah pasien masyarakat setempat yang didominasi suku Daya Iban itu sebanyak 1.700 orang. Mereka juga menjadi subyek penerima bantuan sosial berupa bahan-bahan pangan dan kesehatan lain.
Karena ini kerja bersama, maka seluruh unsur di sana dilibatkan. Tim gabungan terdiri dari Kopassus (15 orang), Kodim Kapuas Hulu (20), personel Batalion Infantri 644/WS (24), Batalion Infantri 643/WNS (empat), Kesehatan Korem 121/Alam Bhannawannawai (14), Dinas Kesehatan Kapuas Hulu (tiga), dan PMI Pusat (dua).
Seorang tokoh masyarakat di desa itu, Tumenggung Yohannes Uban, "Kami sangat kesulitan jika ada masyarakat yang sakit. Jika sakit kami harus pergi jauh sekali, bahkan kalau perlu sampai ke Lubuk Hantu karena di sana lebih lengkap."
Karena ini program latihan yang penting bagi Komando Pasukan Khusus TNI-AD, maka Wakil Komandan Jenderal Kopassus, Brigadir Jenderal TNI Doni Munardo, memimpin langsung kedua aktivitas ini. Upacara adat untuk menghormati rombongan dari Jakarta digelar masyarakat setempat dan Munardo mendapat penghormatan tersendiri di halaman satu rumah betang (rumah besar) mereka.
Latihan terpadu mereka sendiri dilaksanakan di beberapa lokasi dan berujung di Singkawang. Bumi Kalimantan bukan tempat asing bagi Komando Pasukan Khusus TNI-AD, karena saat konfrontasi dengan Malaysia pada awal dasawarsa '60-an, mereka sudah mencicipi keganasan hutan belantara perawan pulau itu.
Saat itu, nama pasukan Baret Merah itu adalah Resimen Para Komando TNI-AD, yang ditugaskan merekrut dan menggalang kekuatan dari masyarakat setempat jauh di belakang garis pertahanan Malaysia. Bahkan, beberapa segmen pertempuran dalam skala terbatas dengan pasukan khusus Inggris, Special Air Forces, juga sempat mereka alami secara langsung.
Tidak kurang itu terjadi pada Mayor Infantri (saat itu) Leonardus Benyamin Moerdani yang lebih dikenal dengan nama LB Moerdani, di satu sungai di wilayah perbatasan Putussibau-Sabah. Puluhan tahun kemudian, personel-personel SAS yang nyaris kontak senjata terbuka dengan Moerdani bertemu dengan jenderal legendaris di dunia pasukan khusus Indonesia itu.
"Wakil Komandan Jenderal menegaskan, medan latihan di Kalimantan kali ini sangat ideal. Terutama untuk melatih para prajurit khusus muda agar mereka mengenal lebih jauh medan rawa, sungai dan hutan yang sesungguhnya," kata Sobri. (ANT)
Editor: Ade Marboen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar