PADANG, Sedikitnya 2 hektare lahan perkuburan etnis Tionghoa kembali terbakar di Perbukitan Gunung Padang, Kecamatan Padang Selatan, Kota Padang, Minggu (29/1) sekitar pukul 11.00 WIB. Tidak diketahui hingga sekarang siapa yang membakar lahan yang berisi sekitar 2.500 kuburan tersebut.
Informasi yang dihimpun Haluan menyebutkan, saat kebakaran terjadi Dinas Kebakaran (Damkar) Kota Padang berupaya untuk memadamkan api, tapi karena jauh dengan sumber air anggota pemadam terpaksa menggunakan air seadanya dan dibantu warga sekitar.
“Tiap tahun di lokasi ini memang sering terjadi kebakaran. Umumnya terjadi setelah perayaan imlek atau sebelumnya. Kebakaran ini cepat membesar karena lahan perkuburan banyak ilalang kering,” kata Ici (28) warga sekitar lokasi kejadian. Diduga ada pihak keluarga yang membayar untuk membersihkan kuburan, akibat pembakaran yang tidak dilakukan dengan baik mengakibatkan api terus menjalar dan membesar.
Dilanjutkannya, api baru bisa dipadamkan setelah anggota pemadam kebakaran, bersama warga terus menyiramkan air.
Setelah tiga jam berselang, api baru bisa dipadamkan dan membuat warga setempat tenang.
Feri Nakia sebagai Ketua RW 03 Rt 04, Kelurahan Batang Arau, mengatakan, selama ini masyarakat telah sering memberitahukan kejadian tersebut pada pengurus makam. Meski telah diberitahukan, tapi kejadian serupa tetap terjadi setiap tahunnya.
“Kami takutkan, saat kebakaran api tidak bisa dikendalikan, maka nanti akan menyambar rumah warga yang ada di sekitarnya. Kalau telah terjadi, siapa yang akan bertanggung jawab atas kejadian tersebut,” ujarnya.
Dilanjutkan Ketua RW yang dipanggil akrab Defi, jarak api dari kuburan ke rumah warga diperkirakan sekitar 200 sampai 300 meter. Apabila angin kencang terjadi saat kebakaran, maka ditakutkan api yang berterbangan akan mencapai rumah warga, kalau api menyentuh satu rumah warga saja, maka kebakaran besar tidak akan terelakan dan kerugian akan mencapai puluhan juta rupiah.
Ditambahkannya, lokasi perkuburan etnis Tionghoa tersebut, selalu terbakar setiap tahun karena tingginya ilalang akibat kurangnya perawatan dari keluarga. Namun, kebakaran yang diduga disengaja itu membuat warga setempat panik, karena api dari tahun ke tahun api semakin dekat dengan perumahan warga setempat.
Sementara itu, Kepala Dinas Damkar Kota Padang, Budhi Erwanto mengungkapkan, untuk mematikan api di kawasan itu, memang memakan waktu berjam-jam, karena jarak sumber mata air dengan lokasi kebakaran sangat jauh. Ditambah, untuk mobil pemadam pun tidak bisa masuk, karena jalan yang sempit dan pendakian yang sangat terjal. Akibat dari itu, pemadaman hanya bisa dilakukan dengan cara manual dengan cara memukulkan ranting-ranting kering ke sumber api.
Dijelaskannya, saat ini setengah dari perkuburan tersebut telah dipindahkan ke kawasan Bungus Teluk Kabung, dan memang ada setengah lagi dengan luas lahan tiga hektar yang belum dipindahkan. Pemindahan belum bisa dilakukan, karena ahli warisnya berada di luar kota dan hanya datang sekali setahun untuk membersihkan kuburan tersebut.
“Kebakaran ini memang menjadi fenomena dari tahun ke tahun. Maka untuk mengantisipasi kejadian yang sama, Pemko Padang telah berkoordinasi dengan aparat kepolisian, karena kuat dugaan kebakaran dipicu karena ada oknum atau masyarakat setempat yang melakukan pembakaran tersebut,” jelasnya.
Ditambahkan Budhi, biasanya kebakaran terjadi pada bulan Januari dan Februari, karena bulan-bulan itu bertepatan dengan perayaan Imlek yang dilakukan etnis Tionghoa. Pada bulan itu ungkap Budi, ahli waris mendatangi makam, mungkin karena tingginya ilalang di sekitar perkuburan ada ahli waris yang membayar warga setempat untuk membersihkan perkuburan itu, sehingga apinya menyebar.
Sebelumnya, ratusan kuburan warga Tionghoa, yang berada di Bukit Gunung Padang terbakar, pada tangga 18 Maret 2011. Terbakarnya ratusan kuburan itu, karena dibakar oleh orang tak dikenal.
Kebakaran tersebut, sempat membuat warga panik, karena api terus meluas mencapai 200 meter di kawasan itu. Upaya Dinas Pemadam Kebakaran untuk pemadaman api tersebut juga tidak bisa dilakukan, karena tidak adanya akses jalan.
Api yang terus membesar akibat tiupan angin itu sempat berpindah-pindah. Akibatnya, luas lahan kuburan yang terbakar itu terus bertambah, mencapai enam titik api, api tersebut baru padam setelah beberapa orang anggota Damkar memukul api yang terus membakar rumput ilalang itu. (h/nas)http://www.harianhaluan.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar