SERAMBI/YUSMANDIN IDRIS
Fahmi Fonna (20) mahasiswa Unimus korban penggorokan, Sabtu (28/1) malam dirawat di Puskesmas Kruengpanjoe, Kutablang Bireuen.
BIREUEN – Fahmi Fonna (20), mahasiswa Universitas Al-Muslim (Unimus) Peusangan Bireuen, Sabtu (28/1/2012) malam, digorok pria yang diboncengnya di kawasan Desa Gle Putoh, Kecamatan Kutablang, Bireuen.
Korban mengalami luka sayat di leher, namun selamat dari musibah itu setelah bergumul dengan pelaku. Tapi sepeda motornya berhasil dilarikan pelaku.
Keterangan yang diperoleh Serambi (Tribunnews.com Network) dari Mukhtar (46), ayah kandung korban, di Puskesmas Krueng Panjoe, Kutablang, Bireuen, Minggu (29/1/2012) dini hari, Fahmi tercatat sebagai penduduk Mee Tunong Kruengmane, Kecamatan Muara Batu, Aceh Utara.
Pada malam kejadian, sekitar pukul 20.00 WIB, Fahmi sedang makan bareng ayah dan ibunya di rumah mereka, Desa Mee Tunong. Tiba-tiba HPnya berdering.
Fahmi mengaku seorang wanita, teman kuliahnya yang menelepon dan mengajaknya ke Pasar Inpres Kruengmane, Aceh Utara, karena ada suatu keperluan.
Beberapa saat kemudian Fahmi ke luar rumah menuju Kruengmane naik sepmor Yamaha Vixion BL 3017 KY. Setiba di sana, rekan wanitanya itu meminta Fahmi mengantarkan pakciknya yang sakit ke Keude Kutablang. Fahmi menurut saja.
Tapi sebelum sampai ke Kutablang, pakcik si wanita itu yang belum dikenal Fahmi memintanya berbelok ke Gle Putoh. Di tempat sepi itulah pelaku menggorok leher korban dari belakang.
Namun, rencana pelaku menghabisi nyawa korban tak kesampaian, karena saat pisau terasa menempel di lehernya, Fahmi langsung memencet nomor HP ayahnya dan mengatakan ia dalam bahaya. Lalu pembicaraan dengan sang ayah terhenti, sepeda motor korban pun jatuh.
Mahasiswa semester II Jurusan Biologi di Al-Muslim itu memelas agar tidak bunuh. Tapi kalau mau ambil sepeda motor silakan saja. Korban berkata seperti itu sambil melarikan diri, menjauh dari pelaku.
Karena ketakutan, kata ayah korban lagi, Fahmi pun melarikan diri ke arah rumah warga, sedangkan si pelaku lari entah ke mana sambil memacu sepmor Vixion milik korban. Fahmi yang lehernya berdarah-darah, lari ke rumah warga. Melihat pemuda yang datang itu berlumur darah, warga ketakutan dan tak berani membantunya.
Fahmi terus lari ke areal persawahan desa itu sampai ke Paya Rangkuluh. Di sini ia bertemu dengan warga yang sedang mencari pencuri lembu. Kabar duka itu pun sampai kepada ayahnya.
Setibanya di lokasi, ayah Fahmi langsung membawa korban ke salah satu tempat praktik dokter di Kutablang. Dokter tersebut ternyata tak sanggup menanganinya, karena luka di lehernya parah.
Korban kemudian dibawa ke Puskesmas Krueng Panjoe. Menurut dokter puskesmas, Hafni Zahara kepada Serambi, korban mengalami luka sayat sepanjang 10 centimeter di lehernya dengan kedalaman 5 milimiter.http://www.tribunnews.com
Editor: Anwar Sadat Guna | Sumber: Serambi Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar