Penyebab galodo yang menghantam Nagari Simpang dibantah Bupati karena pembalakan liar. Penduduk masih dicekam ketakutan munculnya galodo susulan. Kerugian mencapai Rp12 miliar. Benarkah penyebabnya, karena sungai meluap?
PASAMAN, Banjir bandang atau galodo menghondoh dan meluluhlantakkan Nagari Simpang, Kecamatan Simpang Alahan Mati (Simpati) Kabupaten Pasaman, Rabu (22/2) petang, hingga tadi malam, akses menuju jalan Kecamatan Tigo Nagari masih tertutup. Timbunan kayu dan bebatuan masih membelintang di jalan.
Kendati demikian, tampak alat-alat berat dikerahkan untuk percepatan pembukaan akses jalan dengan mendatangkan alat berat untuk menyapu sejumlah titik longsor yang melanda daerah Simpati Pasaman.
Dari data yang diperoleh di Posko Utama Penangulangan Bencana, kerusakan sementara yang diperoleh pascabanjir bandang yang merupakan bencana terbesar sejak 50 tahun terakhir, rumah rusak berat 42 unit, rusak sedang 24 unit, dan ringan dengan total 174 unit rumah, rumah ibadah 6 unit, jembatan 13 buah sawah dan kebun 221 ha, irigasi 18 buah, los pasar 4 unit, puskesmas 1 unit, kendaraan roda empat 3 unit, sepeda motor roda dua 9 unit, jalan kabupaten 500 meter, jalan negara 1.250 meter, sementara satu mobil jenis Avanza rusak diseret banjir, dan empat sepeda motor yang belum ditemukan, sebanyak 118 kepala keluarga terpaksa mengungsi dan ditampung di lokasi yang aman. Nilai mencapai Rp12 miliar.
Menurut Tasrin Jules, Camat Simpati, kini umlah penduduk Kecamatan Simpati sebanyak 8.230 lebih jiwa. Bupati Pasaman Benny Utama, telah memerintah BPBD Pasaman untuk segera mengirimkan alat berat jenis eskavator untuk membebaskan 12 km jalur jalan lintas Simpati-Tigo Nagari. Jalur ini tersumbat longsoran bebatuan, kayu dan material tebing.
Dari penelusuran yang dilakukan Haluan, akses Jalan Simpang menuju Nagari Malampah, putus dan tidak bisa ditempuh dengan kendaraan kecuali dengan jalan kaki. Terlihat ruas jalan provinsi sudah terban sebanyak 3 titik.
Dari cerita warga sekitar, ada 7 unit mobil dalam keadaan rusak berat terkena hantaman galodo, salah satunya mobil pos dan giro yang rusak berat, sedangkan 22 sepeda motor turut terhanyut akibat dihantam oleh banjir bandang yang terjadi sekitar pukul 18.00 Wib kemarin.
Dari Posko Utama diperoleh informasi, sementara korban jiwa akibat galodo, belum terdata.
Berita Haluan Kamis kemarin yang menyebutkan ada dua korban yang hilang saat memancing, ternyata keduanya telah kembali ke rumah orang tuanya.
Jorong terparah yang dilantak galodo adalah Jorong Sawah Laweh merupakan Pasar Nagari Simpang. Tidak itu saja banjir juga menerjang Nagari Malampah, Kecamatan Tigo Nagari, dimana tiga jorong yakni Maringgiang, Pasar Malampah dan Aia Malanca adalah yang terparah, beberapa kedai di sepanjang jalan Rimbo Malampah hanyut disapu oleh banjir bandang. Ekonomi dan aktivitas warga lumpuh.
Sementara itu, untuk akses jalan menuju Lubuk Sikaping-Padang berjarak kurang lebih 185 km, dan beberapa kabupaten/kota telah ikut menyalurkan bantuan berupa sembako dan obat-obatan yang telah didistribusikan kepada para korban galodo
Bukan Karena Pembalakan
Bupati Pasaman Benny Utama saat jumpa pers dengan beberapa wartawan media TV dan media cetak termasuk Haluan menyebutkan, penyebab terjadinya banjir bandang yang menelan kerugian yang tidak tidak sedikit itu, bukan disebabkan praktik pembalakan hutan atau illegal logging.
“Penyebabnya curah hujan yang tinggi sehingga air Batang Marambung meluap dan menghantam ratusan rumah penduduk. Bisa Anda lihat sendiri material kayu yang dibawa oleh banjir adalah kayu yang telah lapuk dan bukan disebabkan pembalakan,” ujar Benny Utama meyakinkan, Kamis (23/2).
Dijelaskannya, dilihat dari lokasi hutan Kabupaten Pasaman merupakan yang terbaik saat ini di Sumbar dan menjadi kebanggaan Pasaman sendiri karena telah menerima beberapa penghargaan bidang kehutanan tingkat nasional.
Dari penelusuran Haluan di lokasi Jalan Rimbo Malampah, terdapat 12 titik longsoran material berupa lumpur, kerikil dan kayu. Tampak dua kedai ditinggal pemiliknya dengan puluhan sepeda motor yang diparkir di kedai kosong itu.
Sampai saat ini, kondisi Nagari Simpati masih berstatus waspada karena curah hujan masih tinggi.
“Kami masih cemas karena bisa saja banjir susulan datang. Hujan masih lebat,” kata Inun dengan bahasa Indonesia yang terbata-bata.
Dampak Darurat 10 Hari
Masyarakat Nagari Simpang tampak disibukkan dengan aktivitas membersihkan rumah dan memungut sisa barang yang masih bisa dimanfaatkan.
Namun sayangnya, hujan yang terus mengguyur di kawasan Simpati membuat sejumlah titik jalan utama masih digenangi air, sehingga sedikit menghambat aktivitas warga setempat. Meski hanya berkedalaman semata kaki hingga betis orang dewasa, namun arus sisa banjir bandang itu masih tergolong cukup deras.
Di sebagian besar perlintasan banjir bandang, hingga kemarin sore juga masih dipenuhi oleh kayu gelondongan. Para petugas baru bisa memotong dan membersihkan kayu yang menghambat jalan utama.
Dari pantauan Haluan di lokasi kejadian, aliran air dari perbukitan tidak berada pada satu titik. Lebih dari tiga titik aliran air ditemui di perbukitan yang sama, namun anehnya pergerakan air itu tidak sealur dan menyebar ke berbagai sisi, sehingga wajar banjir bandang itu menimpa tiga kecamatan, yakni Kecamatan Tigo Nagari, Kecamatan Simpati dan Kecamatan Bonjol.
Kecepatan arus banjir bandang di tiga kecamatan itu juga berbeda. Tak heran jika Kecamatan Simpati mengalami dampak terparah, sedangkan dua kecamatan lainnya tidak terlalu berdampak besar.
Terkait bencana parah ini, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pasaman telah memastikan tidak adanya korban jiwa dalam kejadian itu, dan menetapkan status tanggap darurat selama 10 hari, terhitung mulai Kamis (23/2) kemarin. Pemkab Pasaman juga meliburkan sekolah yang berlokasi di kawasan banjir bandang. Belum jelas kapan anak sekolah kembali belajar seperti biasa, karena belum ada kebijakan.
“Untuk sementara, kerugian akibat banjir bandang ini ditaksir Rp12 miliar. Banyak yang masih dalam tahap proses pendataan, termasuk pendataan ternak warga yang menjadi korban banjir bandang,” ujar Bupati Pasaman Benny Utama di lokasi kejadian, Kamis (23/2).
Meski banyak warga yang mengakui banyaknya aktivitas penebangan pohon di sekitar Bukit Malampah, namun Benny Utama mengklaim bahwa banjir bandang itu bukan akibat dari aktivitas illegal logging. Ia menjelaskan, selama ini ia tak pernah sekalipun mengeluarkan izin alih fungsi hutan dan tak pernah mendengar adanya aktivitasillegal logging.
Benny Utama juga membantah ada daerah yang terisolir akibat kejadian banjir bandang. Menurutnya, semua akses jalan bisa dilalui, meski ada yang harus ditempuh dengan jalan kaki. (h/tos/wan)
http://www.harianhaluan.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar