UNJUK RASA TOLAK PENAIKAN BBM DI PADANG
Demonstrasi menentang rencana pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM), dengan berakhir rusuh dan ricuh, bukan hanya milik Kota Makassar dan Jakarta, tapi juga terjadi di Padang.
Padang, Delapan mahasiswa yang berunjuk rasa di tiga titik di Kota Padang menolak kenaikan harga BBM, terpaksa diamankan polisi. Aksi unjuk rasa yang semua damai berubah menjadi anarkis. Polisi memaksa mahasiswa bubar karena tekah melewati izin unjuk rasa, Kamis (29/3).
Selain itu, seorang mahasiswa dilarikan ke Rumah Sakit Yos Sudarso Padang, karena mengalami luka gigitan anjing pelacak.
Hingga pukul 23.19, kedelapan mahasiswa itu masih dimintai keterangan oleh pihak kepolisian di Polresta Padang. Mereka ditanyai, menurut versi polisi, karena melakukan aksi pelemparan dan diambil identitas.
Tak hanya itu, bentrok mahasiswa dan polisi membuat tiga ruangan di DPRD Sumbar mengalami pecah kaca akibat dilempar batu oleh mahasiswa, yakni ruangan Badan Legislasi (Baleg), ruangan Komisi IV dan ruangan Sub Bagian (Subbag). Menurut Reno Fernandes, Ketua Badko HMI Sumbar, kericuhan terjadi karena murni provokasi aparat kepolisian.
“Bentrokan yang terjadi di depan kantor DPRD Sumbar berawal dari provokasi aparat kepolisian yang langsung menyerang mahasiswa dengan pentungan dan gas air mata,” kata Reno Fernandes, kepada Haluan, Kamis (29/3).
Kedelapan mahasiswa itu adalah Ulul Azmi (Teknik Elektro UNP), Togor Lubis (Sosiologi STKIP PGRI Sumbar), Tiko Ferdyansyah (Sejarah, FIS UNP), Adrizal (STMIK), Bon Hardiansyah (UNP), Firman Rahandu Arif (UBH), Agam Martias (UNP), dan Faisal (UNP). Hingga tadi malam, semua mahasiswa itu “ditemani” LBH Padang dan PBHI Sumbar.
Ribuan mahasiswa yang melakukan unjuk rasa sejak pukul 10.00, berasal dari berbagai kampus itu, telah melakukan orasi di depan kantor BI Padang. Ribuan mahasiswa itu berasal dari Aliansi Lingkar Mahasiswa Minangkabau Raya (Lima Mira). Lima Mira yang merupakan aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) perguruan tinggi di Sumbar, di antaranya BEM AMIK STMIK Jayanusa, BEM KM ITP, BEM Universitas Bung Hatta, BEM Universitas Muhammadyah Sumbar, STISIP Padang, BEM ATIP, STIE Dharma Andalas, STKIP PGRI Gunung Pangilun, STBA Agus Salim Bukittinggi, IAIN Imam Bonjol dan Institut Seni Indonesia Padang Panjang, Kelompok Cipayung, Unand, UNP, Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Sumbar, GMNI, HMI, PMKRI, dan GMKI.
menumpahkan kekecewaannya. Ketatnya pengamanan seakan-akan menyiratkan kehadiran mereka bukan bagian dari masyarakat daerah ini. Apalagi aparat sampai membentangkan pagar kawat berduri.
Awalnya, lebih dari seribu mahasiswa dari berbagai kampus dan perkumpulan di Sumbar melakukan aksi damai di tiga titik, yakni di halaman Kantor Gubernur Sumbar, depan gedung Bank Indonesia (BI) Jalan Sudirman dan gedung DPRD Sumbar Jalan Khatib Sulaiman Padang.
Di halaman Kantor Gubernur, mahasiswa mulai kecewa, karena gubernur tidak berada di tempat dan mereka menolak kehadiran Asisten III Bidang Admininistrasi Sudirman Gani yang menemuinya. Mahasiswa juga menuding kepolisian tidak menyampaikan jadwal penyampaian aspirasi mahasiswa ke gubernur, sehingga gubernur melanjutkan agenda kerja ke Kabupaten Dharmasraya. Para mahasiswa yang sempat emosi itu juga berusaha menembus pagar kawat berduri yang dipasang polisi. Namun usaha mereka kandas, karena banyak petugas yang menghalangi niat mereka.
Dengan penuh kekecewaan itu, para mahasiswa kemudian bergerak menuju Kantor DPRD Sumbar. Awalnya aksi tersebut berlangsung damai dan terkendali. Namun masuknya ratusan mahasiswa yang datang pada gelombang kedua membuat situasi tak terkendali dan mulailah terjadi aksi dorong-dorongan dan pelemparan batu yang dilakukan mahasiswa kepada petugas.
Jalan Khatib Sulaiman depan DPRD Padang lumpuh total dan tak bisa dilintasi kendaraan, karena aksi mahasiswa juga dilakukan di jalanan sambil membakar kertas dan ban bekas.
Sementara itu, aksi pembubaran massa secara paksa yang dilakukan pihak kepolisian juga berbuntut panjang. Tak puas diusir dengan senjata gas air mata dan Amor Water Canon (AWC), sekelompok mahasiswa mengamuk dan merusak pos jaga polisi di Simpang Didong Jalan Khatib Sulaiman Padang.
Bahkan ketika melarikan diri dari kejaran polisi, sekelompok mahasiswa juga membuat pengguna Jalan Hamka Air Tawar Padang menjadi heboh, karena para mahasiswa mengejar beberapa mobil plat merah yang melintas.
Tak tanggung-tanggung, mahasiswa mengejar mobil plat merah dengan bersenjatakan kayu dan batu. Untung saja beberapa mobil plat merah yang melintas itu selamat, setelah melaju kencang menghindari amukan mahasiswa. Tak sedikit masyarakat yang mengalami ketakutan akibat aksi anarkis tersebut.
Hanya butuh waktu singkat, petugas kembali membuat kondisi kondusif. Tapi itu juga tak berlangsung lama, karena ditangkapnya salah seorang mahasiswa membuat lebih dari seribu mahasiswa itu kembali terlibat bentrok dengan polisi.
Puncaknya, polisi terpaksa membubar paksa aksi para mahasiswa, karena telah melewati batas waktu unjuk rasa pukul 17.00 WIB. Itupun petugas telah memberi toleransi kepada mahasiswa untuk berorasi hingga pukul 18.00 WIB.
Saat bubar paksa aksi mahasiswa, puluhan petugas kepolisian mengusir mahasiswa dengan menggunakan senjata gas air mata, semprotan air dari AWC serta aksi agresif petugas untuk membubarkan mahasiswa.
Sambil melarikan diri, mahasiswa yang telah kocar kacir dan berpencar ke berbagai arah sempat merusak pos jaga polisi lalu lintas (polantas) di Simpang Didong. Beberapa polantas yang sedang bertugas mengatur jalan tak bisa berbuat apa-apa dan hanya mampu melihat aksi anarkis para mahasiswa.
Satu unit bus kota juga sempat disandera mahasiswa yang melarikan diri dari kejaran polisi. Aksi kejar-kejaran mahasiswa dan polisi yang sampai ke Jalan S Parman ternyata membuat sebagian masyarakat yang melintas menjadi ketakutan. Masyarakat takut jika mereka terimbas aksi kekerasan, seperti yang mereka lihat di televisi.
Mengerahkan 1.000 Personil
Untuk mengamankan aksi unjuk rasa itu, Kapolresta Padang Kombes Moch Seno Putro mengatakan, kepolisian menurunkan sekitar 1.000 personil yang dikerahkan dari Polresta Padang beserta jajaran dibantu dari Polda Sumbar, Brimob, Polresta Pariaman, Polresta Padang Pariaman dan Polresta Padang Panjang.
“Kami akan mengusut delapan mahasiswa yang tertangkap tangan melakukan pelemparan. Batu dan pecahan kaca akan kami jadikan barang bukti. Untuk korban yang digigit anjing, kami bertanggungjawab dan akan membiayai pengobatan hingga sembuh,” ujar Seno.
SPBU Tutup
Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan di jalur perlintasan longmarch pengunjuk rasa, Polresta Padang memutuskan untuk menutup tiga SPBU, yakni SPBU Padang Baru, SPBU Jalan Khatib Sulaiman dan SPBU Jalan S Parman simpang DPRD Sumbar, selama jadwal aksi unjukrasa.
Menurut Kapolresta Padang, penutupan SPBU tersebut memang sengaja dilakukan, untuk menghindari pergerakan mahasiswa menuju SPBU, seperti yang dilakukan mahasiswa luar daerah lainnya. (h/wan/vie/ang/naz/nas)
http://www.harianhaluan.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar