Mudahnya mendapatkan minuman beralkohol atau minuman keras (miras), membut warga semakin resah. Tuak misalnya, minuman khas batak itu, di Kota Padang semakin menjamur.
Salah seorang warga Parupuk Tabing, Kecamatan Padang Utara yang tinggal di sekitar lapau tuak tersebut, Masriani (46) mengaku, keberadaan lapau tuak yang semakin banyak sangat menggangu kenyamanan, khususnya pada malam hari.
“Saat malam hari, pengunjung lapau tuak yang ada di sekitar pantai, masih saja mengganggu pendengaran. Mereka sering menyanyi dengan suara yang tinggi. Selain itu, mereka sering tenggen dan mengganggu warga yang ada di sekitar lapau,” katanya.
Hal sedana juga disampaikan oleh warga yang tinggal di pinggiran pantai Purus, Kecamatan Padang Barat, Sandia Wulandari (55). Ia mengatakan, keberadaan kedai tuak yang semakin banyak, membuat warga resah. Apabila para peminum tuak sudah teler, akan mengganggu warga yang tinggal di sekitar lapau tersebut.
“Biasanya, kalau mereka sudah teler, mereka akan berbicara keras-keras. Kalau ditegur, nanti takutnya mereka marah,” ujarnya.
Menurut pantauan Haluan, daerah pinggiran pantai Kota Padang banyak dijumpai kedai tuak. Seperti di daerah Parupuk Tabing, Lubuk Buaya dan daerah Padang Barat. Kedai-kedai tuak sering dipenuhi oleh para peminum yang mayoritas bapak-bapak, dan pemuda.
Biasanya, mereka datang ke kedai tuak pada waktu sore hari, dan kembali dari kedai tuak pada malam hari (hingga larut malam atau subuh). Untuk menambah daya tarik, pemilik kedai tuak sering juga menyediakan makanan pelezat (tambul), dan permainan seperti permainan judi.
Warga berharap, semakin banyaknya berdiri kedai-kedai tuak tersebut, pemerintah harus segera menertibkannya. Agar kenyamanan warga yang tinggal di sekitar kedai, bisa merasakan keamanan dan kenyamanan.
“Kalau dibiarkan, warga khawatir mereka akan menambah lapau tuak lagi. Hal itu membuat warga akan semakin terganggu,” ujar Masriani.
mantap minuman kesukaanku..
BalasHapus