Penyelenggaraan iven bertaraf internasional Tour de Singkarak (TdS) dinilai sukses. Konsultan Amaury Sports Organization (ASO) yang juga menangani Tour de France menetapkan, TdS salah satu iven yang paling ramai penontonnya di dunia dengan peringkat ke 5 setelah Tour de France, Giro a Itali, Vuelta a Espana (Spanyol), The Santos Tour Down Under Australia.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumbar, Burhasman kepada Haluan Minggu (8/7), di Padang menyebutkan, kabar itu disampaikan langsung Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sapta Nirwandar saat evaluasi pelaksanaan TdS di Jakarta belum lama ini. Penilaiannya didasarkan pada partisipasi masyarakat yang luar biasa memberikan dukungannya pada helat Tour de Singkarak (TdS) awal Juni lalu.
Meski tak menutup mata dengan berbagai kekurangan yang terjadi selama pelaksanaan iven TdS, namun peran masyarakat ini menjadi penilaian tersendiri bagi organisasi dunia selevel ASO. Sementara kekurangan yang ditemui, tentunya akan diperbaiki pada pelaksanaan di masa datang.
“Kata Wakil Menteri Parkraf, ASO menilai TdS merupakan iven yang paling ramai penontonnya dan berada pada urutan ke 5 dari sejumlah iven besar yang digelar di dunia, yaitu Tour de France, Giro a Itali, Vuelta a Espana (Spanyol), The Santos Tour Down Under Australia dan TdS,” ujar Burhasman mengutip Wamen Parekraf RI.
Kabar baik lain yang menyertainya adalah pelaksanaan TdS yang dinyatakan naik grade dari 2,2 menjadi grade 2,1. Selama 4 tahun pelaksanaannya, TdS terus berbenah memenuhi standar iven balap dunia. Saat ini sudah TdS sudah masuk dalam Calender Of Event Internasional (UCI) dan hal itu dapat dilihat dari nasional team yang ikut berlaga.
“Kenaikan grade ini bakal menentukan peserta TdS pada pelaksanaan tahun berikutnya. Standar pelaksanaannya juga akan ditingkatkan,” terang Bushasman.
Dengan serangkaian kabar menggembirakan itu, Pemprov Sumbar bersiap untuk menyambut TdS 2013. Kabupaten/Kota yang akan ambil bagian dalam etape yang dilalui diharapkan mulai berbenah sejak dari awal dengan melibatkan pihak swasta atau dunia usaha. Berkaca pada pengalaman TdS 2012, masalah krusial yang dihadapi tetap persoalan akomodasi, penginapan para atlet yang belum memenuhi standar.
Sedangkan masalah makanan, sudah lebih baik dengan menyediakan menu yang sesuai dengan negeri asal para pembalap diselingi dengan kuliner lokal. Namun karena sebagian atlet itu tetap mencicipi menu khas Ranah Minang yang kadang belum sesuai dengan lidah mereka, menyebabkan muncul juga keluhan agar dipisahkan benar menu-menu tersebut.(h/vie)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar